Chapter 21

360 59 14
                                    

Happy Reading







"Inne!" Ananda masuk dengan emosi.

"Iya, Mas?"

"Apa-apaan kamu, Inne?!" seru Ayah.

"Mas, yang apa-apaan. Datang-datang marah-marah enggak jelas!" kesal Bunda dengan suaminya yang datang-datang marah-marah.

"Enggak usah pura-pura tidak tahu, kamu! Aku dengar sendiri dari maid-maid disini, kamu udah baik sama anak itu 'kan?!" hardiknya.

Sedangkan, sang istri hanya menghela napas sebelum menjawab. Ternyata suaminya sudah mengetahui semuanya, dan ia sudah tahu ini akan terjadi.

"Bagus, ya! Ditinggal keluar kota, kamu malah ngelanggar perjanjian kita!"

"Tapi, Mas itu semua aku lakukan karena aku sadar, kalau aku itu salah selama ini. Alwi anak yang baik, dia sudah berusaha buat kita bangga, tetapi kita malah tidak menghargainya?! Sadar, Mas!" akhirnya, Bunda ikut terbawa emosi.

"Ck, apa kamu bilang? Menghargainya? Apa kamu lupa apa yang dia perbuat saat ia masih kecil?! Apa kamu lupa?!"

"Itu semua takdir, Mas. Tolong ikhlaskan!"

"Enak banget, kamu ngomong gitu. Orang yang anak itu bunuh adalah orang yang berharga dihidupku, dan dengan enaknya kamu bilang ikhlaskan?! Kamu kira itu mudah, Inne?!"

"Alwi bukan pembunuh, dia enggak salah. Ini emang sudah takdirnya, Mas. Sadar! Kita udah terlampaui batas! Kita udah keterlaluan, Mas!"

"Takdir?! TAKDIR KAMU BILANG?!" Inne tersentak dengan suara tinggi suaminya.

"Kamu enggak tahu, Inne. Gimana rasanya ditinggal orang yang paling disayang, dan itu semua karena anakku sendiri, a-aku benar-benar hancur, Ne."

"Aku enggak terima ini semua, asal kamu tahu aku selalu merasa paling jahat setelah membentaknya, mencacinya, bahkan mengasarinya. Tapi, ketika aku ingin menyudahi ini semua, aku tidak bisa. Karena, setiap aku menatapnya, aku selalu mengingat kejadian itu, Inne. Aku benci diriku sendiri." Inne hanya diam mematung, mendengar semua ucapan dari sang suami.

Tanpa mereka sadari sejak tadi ada seseorang yang mendengar semua itu. Bahkan, matanya sudah berair sejak tadi, ia benar-benar tidak menyangka akan mengetahui semuanya sekarang.

"Jadi ... ini yang buat Ayah benci, Alwi?" ya orang itu Alwi. Ayah dan Bunda yang mendengar suara seseorang, sontak berbalik. Terlihat sekali kalau mereka terkejut.

"Alwi pembunuh? S-siapa yang Alwi bunuh, Yah?" Ayah dan Bundanya hanya terdiam membisu.

"Kenapa kalian diam? A-alwi pengen tahu semuanya, ayo kasih tahu aku!" serunya.

"A-alwi ... ini bukan seperti yang kamu denger, Nak," ucap Bunda.

Alwi menggeleng "enggak, Bun. Bunda enggak usah ngelak, Alwi udah denger semuanya."

"Yah, kenapa ayah diem aja? Ayah enggak mau kasih tahu siapa yang aku bunuh?"

"Yah, aku siap kok di penjara kalau emang itu mau, Ayah. Tapi, aku mohon maafin dan sayang Alwi."

"Alwi rela dimasukin ke penjara, kalau itu emang bisa buat rasa benci ayah terbalaskan."

"Yah-"

"KALAU SAYA SANGGUP, SUDAH DARI DULU SAYA MASUKIN KAMU KE PENJARA, SIALAN! TAPI, SAYA ENGGAK MAMPU, SAYA ENGGAK BISA, DAN SAYA BENCI INI SEMUA!" potong Ayah Murka.

"Saya ... benar-benar tidak sanggup!" Alwi hanya bisa terbungkam.

"Saya benci dengan diri saya! Saya benci karena tidak bisa menghilangkan rasa sayang saya kekamu! Saya benar-benar benci ini semua!"

Bertahan Lalu Pergi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang