Chapter 22

361 51 12
                                    

Happy Reading





"Sayang, udah dong nangisnya," pinta Bunda.

"Iya, nanti mata jagoan ayah bengkak lagi," sahut Ayah.

"Hiks ... enggak bisa, Yah, Bun. Air matanya enggak mau berhenti," jawab Alwi masih terisak, sedangkan kedua orangtuanya terkekeh mendengar ucapan Alwi.

"Udah, cup ... cup ... udah ya, sayang." Ayah dan Bunda masih berusaha membuat Alwi berhenti menangis.

Tok ... Tok ... Tok

Suara pintu diketuk terdengar, Ayah dan Bunda saling tatap. Sedangkan, Alwi masih saja menangis, bahkan hidungnya sudah beringus dan matanya sudah sedikit memerah.

"Siapa itu?" tanya Ayah dan dijawab gelengan kepala Bunda.

"Yaudah, Ayah coba bujuk Alwi buat berhenti menangis. Biar Bunda yang buka pintu." setelah mendapat anggukan, Bunda bergegas membuka pintu.

Tok ... Tok ... Tok

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, iya tunggu," jawab Bunda dari dalam.

Click

"Eh kalian." ternyata, itu kedua anaknya yang lain, Ridho dan Tammy.

Mereka sontak menyalimi tangan Bundanya "Iya, Bun."

"Yaudah, yok masuk," ajak Bunda lalu mereka masuk.

"Alwi mana, Bun?" tanya Tammy yang tak melihat adek kesayangannya itu.

"Ada di kamar, lagi nangis," jawab Bunda.

Sontak, mereka langsung terkejut "Hah?! Kok bisa, Bun?!"

"Ceritanya panjang, mending sekarang kita kekamar Alwi." mereka berdua mengangguk.

Sesampainya didepan kamar Alwi, mereka kembali dikejutkan dengan pemandangan didepannya. Bagaimana tidak terkejut? Lihatlah! Sang Ayah memeluk Alwi? Apakah mereka sedang bermimpi?

"Aww," rintih Ridho, setelah mencubit dirinya sendiri.

"Bukan mimpi," gumamnya. Bunda yang melihat raut terkejut kedua anaknya, terkekeh.

"Kalian enggak mimpi kok, itu emang nyata." setelah mengatakan itu, Bunda masuk duluan. Meninggalkan kedua anaknya yang masih mencerna semuanya.

"Tam, kayaknya kita ketinggalan berita deh," ujar Kak Ridho.

"He'em, kayaknya sih, Kak," timpal Kak Tammy, kedua orangtuanya yang melihat itu terkekeh.

"Udah sini, masuk!" titah Ayah.

"Nanti kita ceritain," sahut Bunda dan mereka menganggukkan kepalanya saja.

Kini, Alwi sudah tenang. Ia sudah tertidur di pelukan sang Ayah. Ridho juga Tammy mendudukkan dirinya di atas kasur Alwi, untuk mendengarkan cerita kedua orangtuanya.

Ayah pun menceritakan semua kejadian tadi, tanpa terkecuali. Sedangkan, Ridho dan Tammy hanya menyimak tanpa menyela sama sekali.

"Jadi ... gitu, sayang." mereka berdua hanya mengangguk.

"Tammy seneng dengernya," ucap Tammy.

"Ridho juga," sahut Ridho.

"Selalu begini ya, Yah, Bun. Kita enggak tega lihat Alwi selalu menderita, sudah cukup dia menderita selama ini. Jangan diulang lagi," lanjut Ridho.

"Kamu tenang saja, Ayah dan Bunda akan berusaha melupakan masalah itu, dan akan selalu menyayangi Alwi," kata Ayah penuh ketulusan.

"Alhamdulillah," kata semuanya.

Bertahan Lalu Pergi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang