Ingin Berdua

17 2 0
                                    

Terlihat kayu panjang yang ditopang kayu besar dibawahnya menjadi sarana Duduk mereka.

Depan Pohon Rindang. Itulah Markas mereka. Tempat tidur, tempat makan, tempat untuk bolos, tempat untuk muhasabah diri. Terlebih lagi suasananya tenang, seseorang yang terlalu banyak pikiran bisa duduk tenang disini.

"Cie ilahhh, yang masih mikirin Gizz gini banget," Irsa berceletuk mencairkan suasana yang tadinya mencekam karena Galtra sedang berdebat (lagi) dengan Papanya.

Galtra dengan Papanya memang selalu bertikai, entah masalah Kuliah di Luar negeri, masalah ikut Les atau bimbel, dan masih banyak lagi. Galtra yang sudah muak itu, hari ini ia meledak. Walau mereka bertikai di Handphone, itu tak membuat Galtra mengendalikan emosi.

"Pa, harus berapa kali Galtra bilang? Galtra gak mau, Galtra capek. Bisa gak kali ini denger Galtra sebagai anak? Stop bicarain itu atau Galtra keluar dari Rumah!"

Kira-kira seperti itu lah emosi yang Galtra Semenjana keluarkan hari ini.

"Etdah, kaku amat kawan. Gimana kalau kita tiktokan? Lemesin aja kawan," Pay mencoba mencairkan suasana yang semakin dingin kala Galtra melempar semua buku yang sedang ia baca itu.

"Siapa yang mau gue tonjok?" Galtra bertanya dengan nada rendah. Membuat Ahmed yang sedang pura-pura tertidur itu menambah memejamkan matanya. Walau Galtra tipe yang jarang marah, tapi kalau sudah marah Galtra bisa membabi buta. Ia bukan tipe lelaki yang bisa memendam amarahnya.

"Opang siap!" Opang berdiri layaknya pahlawan yang siap bertempur.

Galtra sudah berdiri, mengepalkan tangannya sekuat mungkin.

Ia memejamkan mata lalu berdecak sebal kala Perempuan kemarin yang datang ke Perpus menemui mereka bersama Perempuan lainnya.

Galtra bisa menebak itu adalah kawan Gizz.

"Cabut!" perintah Galtra dengan keras sambil memakai Tasnya itu.

Gizz melotot, ia tak boleh kelewatan. Segera ia menahan Galtra dengan memegang Lengan lelaki itu.

Galtra melirik tangan yang memegangnya dengan kuat agar Galtra tidak pergi itu.

Galtra tersenyum tipis melihat itu, lalu kembali merubah air muka nya.

"Eh? Gizz? Ada apa nih?" Opang bertanya duluan saat yang lain terdiam.

Gizz tersadar lalu meluhat wajah mereka satu persatu, "Ehm, gini. Kita ngomongnya sambil duduk yuk?"

"Ngomongin masalah kemarin?" Pay mulai penasaran. Siapa tau Gizz mau memberi Pay jawaban.

Qiwa gantian memasang wajah bingung, "Maksudnya? Zen? Ada apa deh kok gue gatau?"

Gizz hanya menggeleng, malas memberi tau.

"Galtra.. Gue boleh ngomong? Berdua."

Galtra yang sedang menunduk itu perlahan menegakan kepalanya, "Saya?"

"Iya lah, disini yang namanya Galtra siapa lagi selain lo? Ayo cepet!"

Mau tak mau, Galtra berjalan lunglai mengikuti gadis yang bahkan tingginya hanya sebagian antara perut dan dada Galtra.

"Wah, jangan jangan tu orang dua mau pacaran?" Ahmed nimbrung sambil membenarkan resleting celananya.

"Kemed bego! Ada Qiwa anjir, gak tau malu ya lo," Irsa mulai menutupi tubuh Kemed dibelakangnya.

Ahmed hanya tercengir, dibalas cengiran kaku pula oleh Qiwa.

"Qiw, mending duduk deh sama kita. Kita ngopi cantik," ajak Pay menuntun Qiwa ketempat duduk Kayu itu.

DPR; Gizz & GaltraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang