Rencana Buat Cake

4 1 0
                                    

"Adeh adeh, hais, sakit dodol! Pelan-pelan kek, obati aku dengan kasih sayang bisa gak?"

Irsa malah makin menekan luka yang ada pada wajah Kemed itu. Memang bukan pertama kalinya Kemed datang ke Sekolah dengan wajah seperti ini. Mungkin ini sudah ke 15 kali.

"Ya siapa suruh lo demen banget tawuran? Jagoan lo? Hihhh gemes banget gue," cerewet Irsa tetapi sambil tetap mengobati luka Kemed.

Pay yang baru datang itu langsung menari random sambil menyanyikan lagu 'Samina Mina E E' dengan sangat enerjic.

"Bosen gue liat muka lo bengep gitu, kayak gembel." Tajam Pay yang tentu saja perkataan nya itu menuju Kemed. Lelaki yang kini sedang mengigit Topi nya agar rasa sakit yang ditimbulkan sedikit reda.

"Galtra? Opang? Kemana? Lo sendirian mulu, lo orang atau penggembala Sapi?"

"Kagak nyambung, apa hubungan nya sendirian sama Penggembala Sapi? Orgil lu Sa," nyolot Pay pada Irsa yang sedang membereskan kotak Obat hasil merebut dari eskul PMI itu.

Kenapa merebut? Karena siswa/i yang luka atau sakit wajib diobati di UKS. Bukan ditempat lain.

Tapi kata Kemed, dia tidak mau diobati Perempuan, dan katanya salah satu anak eskul PMI itu ada yang bau ketek, hadeh, mending Kemed dibilang Gay deh daripada diobati anak PMI.

Jujur, keorgilan Kemed sudah level 5.

Alhasil Kemed dan Irsa merebut kotak P3K itu pada tangan salah satu Perempuan yang sudah siap sedia untuk mengobati Kemed.

Jangan salah, walaupun ia cukup tenar di Sekolah dan mempunyai warisan berupa tanah sekitar 7 Hektar dari Bapak nya, sampai saat ini Kemed masih saja menjomblo. Mungkin jodoh nya itu orang Luar Negeri, jadi belum terlihat hilal nya.

"Gue tebak si Galtra kagak kesini karena lagi berduaan dah sama si Gizz, yakin banget nget gue." Kemed berceletuk lagi. Ah, dasar Kemed. Seperti Roy Kiyoshi yang pandai menebak saja.

"Lo kagak denger ni teriakan teriakan? Apakah seperti teriakan penghuni neraka? Oh tentu saja salah, tentu saja ini teriakan nyemangatin Galtra karena tu orang lagi tanding Badminton sama Yara," Pay memberi tahu.

Irsa mengernyit, "Yara? Yara anak Jurnal kok tanding Badminton? Gimana sihhh, gak jelas lo,"

"Yara yang ngajakin Galtra. Denger ya, Yara yang ngajakin Galtra. Emang berani banget dah tu cewek. Masuk dalam kriteria gue," jawab Pay sambil senyum-senyum.

Kemed memberikan tatapan julid nya, "Kayaknya kalo ada dosa jadi Playboy, lo yang paling duluan masuk neraka, Pay."

"Lo kalo ngomong kenapa tajem banget deh, Met."

"Itu omongan atau pisau Steincookware?" lanjut Irsa memanas-manasi.

"Cabut, gue mau liat Galtra. Disini males, ada orgil."

Pay dan Kemed memelototkan Mata nya, kurang ajar. "Siapa yang lo maksud orgil? Hah?"

"Lo berdua,"

Irsa segera lari dengan kecepatan penuh, takut dihajar Kemed. Walau tampilan Kemed itu lunglai tapi jangan salah, ia ikut tawuran karena hajaran nya mantap sekali. Ini kata Ibong, teman per-se-tawuran nya Kemed yang Irsa kenal.

"Kurang ajar banget, gue juga cabut deh. Mau semangatin Galtra, kalau lo mau disini sih bisa, ditemenin Miss K."

"REFAYNA MATI AJA LO!"

Kemed ikut berlari dibelakang Pay, sambil memegangi Perban yang Irsa buat dengan asal-asalan itu.

Kenapa teman-teman nya tidak ada yang waras? Satu pun? Sungguh.

DPR; Gizz & GaltraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang