our situations

7 1 0
                                        

Kedua lelaki itu terdiam canggung.

Papa Galtra canggung karena ini baru pertama kali nya ia melihat Galtra berinteraksi dengan perempuan didepan mata kepala nya sendiri.

Galtra canggung karena memikirkan risiko yang mungkin akan Gizz terima kala berdekatan dengan Galtra. Terlebih lagi Papa nya yang satu ini. Sudah pasti menghalalkan banyak cara agar Galtra tetap belajar dan jauh dari perempuan itu.

"Siapa? Pacar kamu?" tanya Papa sambil menyeruput Coffe nya santai, di ruang Kepemilikan. Maklum, ini adalah ruangan Adik nya, jadi ia boleh lah santai-santai seperti ini.

Galtra menggeleng, "Temen aja. Papa gaperlu tau banyak hal."

"Kenapa harus seperti itu? Papa ini Papa kamu, Galtra. Papa yang harusnya lebih tau tentang kamu daripada orang lain,"

"Papa tau kenapa Galtra jadi seperti ini?"

"Tentu aja karena keadaan, Pa. Papa yang maksa Galtra untuk jadi kayak gini. Papa mau tau banyak tentang Galtra, tapi bahkan Papa aja gak pernah denger Galtra. Galtra bilang, Galtra gak mau ada Bimbel tambahan diluar Sekolah, Galtra bilang kalau hari Minggu itu Galtra gak mau belajar, Galtra bilang kalau Galtra gak suka denger cerita Papa tentang anak temen Papa yang udah sukses atau bahkan Papa suruh aku ngikutin mereka,"

"Galtra gak mau. Papa pikir Galtra robot? Yang bisa temenan sama Buku setiap waktu? Atau bahkan tiap jam? Galtra punya dunia sendiri Pa. And you don't know about it. Galtra punya temen, Galtra punya hobi, sampai kapan Papa mau perlakuin Galtra kayak gini? Asal Papa tau, Pa, Galtra juga bisa capek. Kayak Papa." Lanjut Galtra, lelaki itu berusaha untuk tidak terbawa emosi.

Karena percuma saja untuk marah-marah pada Papa nya, karena balik lagi; Papa tidak pernah mendengarkan nya.

"Okay, i'll accept it. Accept if you're human too. But, you're my son, Galtra. I hope you be the best more than your Papa. I just want it," jawab Papa nya, terdengar nada bicara yang kelewat santai membuat Galtra makin emosi. Apa lelaki itu tidak bisa serius sedikit saja?

"Let me be your the best Papa, Galtra." Sambung Papa nya sambil menatap mata Galtra.

Galtra berdiri, sudah muak ia berada disini. Rasanya sangat gerah dan melelahkan.

"Jangan deket lagi sama perempuan itu, Gal. I'll warning you,"

Galtra memberhentikan Papa nya, sungguh, kenapa Papa nya itu menjadi lelaki yabg sangat benciable?

Galtra sungguh tidak habis pikir.

Galtra memperhatikan Lantai Koridor yang dipijaknya bersamaan dengan menatapnya dengan kosong.

"Gal!"

Galtra refleks memberhentikan langkahnya, masih terdiam hingga seseorang yang memanggilnya menghampiri Galtra.

"Gal, lo jadi gak pinjem Buku? Buku Fisika yang kemarin lo bilang," kata perempuan itu.

Biar Skye definisikan bentuknya. Perempuan dengan tinggi 175cm itu mungkin lebih cocok jika cita-cita nya menjadi Model. Wajahnya lonjong seperti orang luar kebanyakan, Rambut bewarna hitam legam sebahu, dan.. Selalu memakai Bando ketika ke Sekolah.

"Engga. Kasih pinjem aja ke orang lain," setelah mengucapkan itu Galtra segera melangkah pergi, mood nya yang cukup berantakan membuatnya sedikit malas untuk berbincang dengan orang hari ini.

Rasanya masih saja menyebalkan ketika mengingat Papa nya mengatakan perkataan seperti itu.

"Eh, tapi kan kata lo kita mau Night Date? Gimana, jadi ngga? Gue bisa kok luangin wak--"

DPR; Gizz & GaltraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang