20. Hati ke Hati

862 194 26
                                    

Semenjak hari dimana Gibran bertemu dengan Nando beberapa hari lalu membuat lelaki itu kerap kali dilanda rasa bersalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak hari dimana Gibran bertemu dengan Nando beberapa hari lalu membuat lelaki itu kerap kali dilanda rasa bersalah. Kejadian yang terjadi tengah hari itu membuatnya yakin kalau Nando punya yang lain selain Ghea.

Ia tidak tahu apa Ghea mengetahui hal itu atau tidak, namun ketika sadar bahwa mungkin Ghea diduakan membuatnya merasa menjadi orang yang ikut menyakiti Ghea. Gibran bimbang, memberitahu Ghea soal perselingkuhan itu tidak akan membuatnya di cap sebagai orang ketiga kan ?

Sore ini, Ia baru saja hendak mengemasi laporannya, pintu ruangannya terdengar berdecit pelan, tanda bahwa ada orang yang membuka pintu itu. Gibran menoleh dan mendapati Ghea ada di ambang pintu.

"Ghea?"

Gadis itu tersenyum tipis, "Aku boleh masuk ?". Gibran pun otomatis mengangguk dan kembali duduk dan disusul Ghea yang kini duduk didepannya.

Netra keduanya saling bertemu meski bibir masih tidak bergerak, hingga Ghea tampak menghela nafas kasar lalu meletakkan sebuah kertas yang tampak seperti foto. Ghea tidak berbicara, namun mengisyaratkan Gibran untuk meraih foto itu. foto yang sontak membuat netra Gibran melebar ketika melihatnya.

Foto saat dimana Gibran melihat Nando bersama perempuan yang entah siapa, namun yang jelas itu bukan Gibran. "Kenapa kamu sembunyiin dari aku ?"

Mata Gibran beralih dari foto, kini menatap Ghea yang menampakkan wajah kecewa dan Gibran yang perlahan dilanda rasa bersalah. "Aku engga maksud nutupi ini, aku juga baru tahu kemarin-kemarin"

"Kenapa kamu engga kasi tahu aku ?"

"Aku belum punya cukup bukti" ucap Gibran dengan nada yang sedikit meninggi, "Dengan mengklaim dia selingkuh gimana kalau misalnya engga ?"

"Aku sayang sama kamu bukan berarti aku mau ngehancurin hubungan kamu kalau kamu masih punya tunangan Ghea" telak Gibran, kemudian bersandar dengan pelan di kursinya.

Perlahan air mata tampak menumpuk di pelupuk mata Ghea, dia bukan kecewa pada Gibran, tapi kecewa pada pilihannya dan pilihan kedua orangtuanya. Rasanya selama ini sudah terlalu jauh Ia dikekang. Ia takut memberitahu hal ini pada kedua orangtuanya.

"Aku bilang kamu, memangnya kamu bakal ngebatalin pertunangan kamu ?" Gibran perlahan berdiri, mendekati Ghea dan memutar kursi yang gadis itu duduki. "Batalin kalau memang kamu engga bahagia" lanjutnya lalu menumpu tangannya pada pegangan kursi.

"Bukan urusan kamu"

"Dengan membiarkan kamu menjalani semuanya dengan terpaksa ? Gitu ?" Gibran kembali menegakkan tubuhnya, membalikkan tubuh tingginya itu lalu melipat kedua tangan didadanya. "Aku sayang kamu Ghea, dari dulu engga berubah"

Ghea perlahan mengangkat kepalanya, menatap punggung lelaki yang kini membelakanginya. "Me too, I realize that everything is still the same" cicitnya pelan.

Calon Mantu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang