46. Sebuah Tujuan

601 147 8
                                    

Menunggu Ghea di area parkir rumah sakit sore ini benar-benar membuat Gibran merasa menjadi perhatian banyak orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menunggu Ghea di area parkir rumah sakit sore ini benar-benar membuat Gibran merasa menjadi perhatian banyak orang. Kacamata, kemeja biru laut yang menempel di tubuh serta sepatu dan celana hitam yang biasa Ia gunakan kerja, outfit sederhana itu nyatanya mampu membuat setiap orang yang lewat pasti melirik ke arah dirinya.

Gibran bisa saja masuk mobil lagi setelah membeli air putih di kantin rumah sakit tadi. Namun Ia merasa udara di luar sedang nyaman untuk dihirup sore ini.

"Heh!" Gibran yang kaget sontak menoleh, mendapati Ghea tiba-tiba sudah ada didekatnya.

"Lho Ghe? Udah lama?"

Gadis itu menggeleng pelan, lalu kemudian berkacak pinggang "Hebat ya kamu tebar pesona disini"

"Siapa pula yang tebar pesona" Gibran memutar malas matanya lalu melipat kedua tangannya.

"Aku lihat kamu dari awal dateng, habis itu senderan di kap mobil. Itu apa kalau engga tebar pesona?" ucap Ghea yang terdengar kesal

Gibran tertawa pelan, kalau dipikir memang cara dia menunggu seperti sedang tebar pesona sih. Mana kebetulan dia juga ganteng kan. "Oke oke terserah kamu, ya udah yuk. Kasian Jessi udah nungguin"

Meski mendengus kesal, Ghea tetap menuruti Gibran, keduanya lantas memasuki mobil. Sore ini mereka memang memiliki janji dengan Jessi di tempat pertunangan mereka nanti akan dilaksanakan. Setelah hari dimana Gibran melamar Ghea langsung dihadapan kedua orang tua gadis itu, mereka sepakat melaksanakan acara pertunangan sebulan setelah hari itu.

Dan hari ini, tepat seminggu lagi acara sakral itu akan diadakan

Di sebuah hotel yang kebetulan menawarkan acara outdoor, disitulah keluarga memutuskan melaksanakan pertunangan. Begitu sampai di hotel itu. tidak hanya Jessi dan Bianca, ada juga Sergio bahkan Hiski sudah berada disitu.

"Wihh udah rame ya" ucap Gibran seraya berjalan menuju mereka berempat dengan tersenyum lebar.

"Kalau ga rame itu artinya tunangan lu batal" sahut Sergio asal.

"Doa lu jelek banget" Gibran langsung pundung, menatap tajam adiknya yang satu itu.

"Gio doa kamu jelek banget" Ghea ikutan berkomentar, ikut menatap tajam adik dari calon tunangannya itu. "Nanti cincin di jari Jessi bisa hilang lho"

Gibran dan Hiski yang mendengarnya langsung bingung. "Cincin?" tanya keduanya bersamaan.

Sergio langsung menghela nafasnya pelan, sementara Jessi dengan reflek menyimpan kedua tangannya dibelakang. Beda lagi dengan Ghea dan Bianca yang memang sudah tahu soal cincin itu.

"Lo ngelamar Jessi?" tanya Gibran yang penasaran. Tampak Sergio dan Jessi yang bersebelahan saling melirik, hingga Sergio memutuskan kontak mata terlebih dulu. Dengan rasa ragu dan malu, Ia mengangguk.

Hiski sontak mencibir abangnya yang satu ini dengan wajahnya. Ada rasa tidak percaya dalam dirinya, tapi Ia cukup bangga dan bahagia akhirnya hubungan yang sempat tidak tahu mau dibawa kemana itu akhirnya menemukan titik terang.

Calon Mantu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang