47. Love Me Or Leave Me

702 149 27
                                    

Ketika semua orang dirumah sibuk dengan televisi, maka hanya Elin yang termenung menatap layar ponselnya meski ikut duduk di ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika semua orang dirumah sibuk dengan televisi, maka hanya Elin yang termenung menatap layar ponselnya meski ikut duduk di ruang keluarga. Gadis itu menatap datar layar ponsel, tidak peduli dengan sinetron yang ditonton anggota keluarganya.

Matanya sendu, dadanya terasa nyeri setiap kali membuka ponsel. Menatap lockscreen ponselnya yang mampu membuat Ia rindu.

Rasanya Elin ingin sekali mengirimi pesan pada Hiski, mengatakan bahwa Ia rindu. Tapi setiap kali mulai mengetik di roomchat antara dirinya dan sang kekasih, ada saja bayangan kejadian beberapa minggu lalu menyerang dirinya

Kejadian itu mampu membuat kepercayaan Elin berkurang. Ia takut, selain kejadian itu ada lebih banyak lagi kejujuran yang Hiski sembunyikan.

Sudah hampir dua minggu semenjak hari dimana Papanya di tangkap. Dari saat itu juga Elin menutup semua komunikasi dengan Hiski dan dengan seluruh anggota keluarga lelaki itu. bahkan termasuk Ghea dan Jessi.

"Eric matiin tv nya" pinta Oma ketika suara guntur memenuhi rumah. Dengan cekatan lelaki itu mematikan tv. Padahal sudah dari tadi Oma meminta mematikan tv karena hujan, namun bukan Eric namanya kalau langsung menuruti.

Ting Tong!

Semua yang berada di ruang tv sontak menoleh satu sama lain, menatap bingung karena suara bel rumah yang berbunyi. Siapa yang bertamu ditengah hujan badai seperti ini?

"Lin, buka gih" suruh Mama

Elin menghela nafasnya pelan sebelum Ia bangkit. Ia cukup penasaran juga dengan siapakah gerangan orang yang bertamu disaat seperti ini. Ya, Ia hanya berharap ini bukan orang iseng ataupun hal tidak diinginkan lainnya

Ceklek

Pintu terbuka, menampakkan seorang lelaki dalam keadaan basah kuyup dengan kepala yang menunduk. Mata Elin sontak melebar, tangannya reflek menutup mulut. Seketika matanya berkaca-kaca ketika sang tamu di malam ini mengangkat kepalanya dan menatap dirinya penuh keputusasaan.

"H—Hiski?"

"Akhirnya aku nemuin kamu"

Elin awalnya kalang kabut, namun dengan gerak cepat Ia menuntun Hiski masuk. Berlari secepat mungkin untuk mencari handuk kemudian memberikannya pada lelaki itu.

"Kak siap— BANG HISKI!?" Eric tidak kalah kaget. Suara lelaki itu sontak membuat Mama dan Oma ikut keluar, menemui Hiski yang kini tengah Elin keringkan rambutnya dengan handuk.

"Lho nak Hiski?"

Hiski tersenyum canggung. "Ibu, Oma, maaf Hiski ganggu malem-malem"

Ketika sudah sampai di Malang, nasib tidak baik menimpa lelaki 26 tahun itu. Mobil yang tiba-tiba bermasalah membuat Ia mau tak mau harus meminjam motor milik temannya. Awalnya Hiski cukup ragu untuk langsung menuju rumah neneknya Elin. Ia takut mengganggu, lebih lagi hujan lebat tengah mengguyur kota. Namun Ia tidak puas jika bertemu Elin. Masih banyak yang harus Ia kerjakan setelah ini, dan dia juga tidak mau menunda lebih lama lagi.

Calon Mantu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang