31. Ini Tentang Rasa Ikhlas

685 159 21
                                    

"Jangan capek-capek, jangan lupa makan siang, jangan lupa minum obat, jang—"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan capek-capek, jangan lupa makan siang, jangan lupa minum obat, jang—"

"Iya Boss, tenang aja oke?"

"Engga usah ngeyel Jessi, ini buat kesembuhan lo"

Ucapan Sergio barusan membuat Jessi mengernyit, barusan dia seperti sedang ngeyel kah?

"Iya sayang, aku denger kok" ucapnya agar Sergio diseberang sana tidak lagi mengatainya ngeyel.

"Aduhh, enak juga dipanggil sayang sama lo"

Jessi berdecak pelan, niatnya hanya mengerjai Sergio, sekarang kenapa dia malah jadi salah tingkah sendiri. "Ya udah jangan lupa minum obat ya sayang, Love you"

Jessi langsung mematikan panggilan, Ia menjauhkan ponsel dari telinganya dan menggeleng pelan. Benar kata Sergio, enak juga dipanggil Sayang. Sementara Bianca yang duduk didepan Jessi menatap sahabatnya itu datar.

Sebagai sahabat, Bianca tidak pernah melarang Jessi dekat dengan siapapun, itu hak Jessi mau berhubungan dengan siapa. Dia hanya bisa memberi masukan, agar Jessi tidak salah pilih. Dan soal Sergio, Bianca tahu seperti apa Sergio. Lelaki itu memang sudah tidak pernah berpacaran lagi, tapi tetap saja Ia takut Sergio hanya mempermainkan Jessi.

"Jessi" panggil Bianca ketika gadis itu masih sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa bi?"

"Lo udah sejauh mana sama Gio?" pertanyaan Bianca lantas membuat Jessi terdiam. Apa yang harus jawab jika dia tidak merasa hanya disitu saja.

"Gue sama Gio engga ada hubungan apa-apa"

"Tapi lo suka kan?"

Jessi kembali diam, Ia menarik sudut bibirnya lalu tersenyum kecut. "Biar itu jadi urusan gue"

Ya, biar itu menjadi urusannya sendiri. Perihal janji yang Ia ingkari untuk Sergio, dan perasaan yang mungkin saja tidak akan terbalas. Sosok Sergio bukanlah sosok yang mudah Ia gapai.

"Cowok sangat bisa chattingan, peluk cium antar jemput tiap hari tanpa ada rasa" ucap gadis itu yang membuat senyuman Jessi semakin miris.

Bianca tidak salah, itu bisa saja benar. Dia dan Sergio sudah berciuman, bahkan dua kali. Tidak sekali juga diantar jemput, bahkan lelaki itu yang mengantarkan dirinya setiap akhir pekan menemui dokter. "Jauhin kalau lo gak yakin"

Jessi menyela cepat, "Tapi disitu masalahnya Bi"

"Bukan gue engga nganggap lo semua ada buat gue" cicit gadis itu seraya menunduk. "Tapi gue kuat karena Sergio"

"Jessi" Bianca mendekat, memeluk erat sahabatnya itu. Jessi pun lantas membalas pelukan Bianca.

"Gue engga peduli dia ada rasa ke gue atau engga, tapi yang gue tahu, gue kuat karena dia, gue yakin bisa sembuh karena dia"

Calon Mantu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang