32. I Know I Love You

759 175 53
                                    

Semenjak dapat lampu hijau soal hubungannya dengan Ghea, Gibran kini benar-benar memanfaatkan kesempatan itu dengan sangat baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak dapat lampu hijau soal hubungannya dengan Ghea, Gibran kini benar-benar memanfaatkan kesempatan itu dengan sangat baik. Mulai dari menjemput Ghea pergi kerja bahkan sampai mengantarkan lagi gadis itu pulang meski dia seharusnya beristirahat.

Tidak sekali juga keduanya menghabiskan waktu weekend bersama.

Sore ini, ketika keduanya sama-sama pulang kerja. Ghea sadar betul kalau mobil yang Gibran bawa tidak sedang berjalan menuju rumahnya, yang Ghea juga sadar betul kalau mobil ini malah berjalan menuju rumah Gibran.

"Kita mau kerumah kamu?" tanya Ghea yang masih penasaran kemana Gibran akan membawanya. Namun disebelahnya, Gibran tampak menggeleng. "Lalu kita mau kemana?"

Sambil menarik sudut bibirnya, Gibran menoleh sejenak, "Ada deh, kamu lihat aja nanti ya" ucapnya lalu kembali fokus pada jalanan.

Akhirnya Ghea kembali memilih diam, meski Ia tidak tahu Gibran akan membawanya kemana, Ia lebih memilih untuk tidak bertanya lagi. Yang penting nanti Ia tetap diantar pulang.

Sampai mobil yang Gibran kendarai itu masuk ke area lahan parkir ruko-ruko yang berjejeran, mungkin ada sekitar enam unit ruko di situ, entahlah, Ghea tidak berminat menghitung secara spesifik jumlah ruko yang ada.

"Ngapain kesini?"

"Turun dulu sayang, nanti aku cerita" lagi, Gibran seolah tidak memberi kesempatan pada Ghea untuk tahu sekarang juga. Ia lebih memilih membuat gadis itu bertanya-tanya dan tenggelam dalam rasa penasarannya.

Keduanya turun dari mobil, lalu berjalan menuju sebuah ruko yang dalamnya tampak sedang di kerjakan. Masuk ke dalam, Ghea dalam menarik kesimpulan bahwa ruko ini memang sedang dikerjakan, dan tampak seperti sebuah tempat praktek dokter.

Keduanya naik ke lantai atas, hingga sampailah mereka di rooftop ruko itu.

"Duduk" titah Gibran, memberikan sebuah kursi plastik pada Ghea. "Kamu ingat engga cita-cita kita pas masih pacaran dulu"

Ghea mengernyit, menatap Gibran dengan tatapan menerawang. "Yang mana?"

"Yang selalu kita bicarain kalau habis lomba"

Ghea masih berusaha mengingatnya, cukup lama sampai Ia tak kunjung ingat dengan apa yang dulu pernah mereka cita-citakan bersama. Sampai Gibran menarik senyum, meraih dua buah papan yang ada dibelakangnya. Membalikkan papan tersebut lalu menunjukkannya pada Ghea.

Rasa kaget tidak bisa Ghea hindari, gadis itu reflek menutup mulut dengan tangannya. Kini Ia ingat apa cita-cita yang pernah mereka ingin wujudkan bersama. "Aku mau wujudinnya sama kamu"

Papan berwarna putih itu cukup menjadi bukti bahwa cita-cita mereka benar ingin Gibran wujudnya. Salah satu papan dengan jelas bertuliskan nama Gibran, gelar, profesi dan nomor SIP. Satunya lagi juga papan putih, namun masih kosong, putih dan bersih.

Calon Mantu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang