23. Pelik

776 182 14
                                    

Tiga bulan, Sergio rasa dia cukup mengenal sosok gadis bernama lengkap Jessica Lie, sosok cantik dan sok sibuk yang menawarkan berteman dengan manfaat alias teman kondangan dengan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga bulan, Sergio rasa dia cukup mengenal sosok gadis bernama lengkap Jessica Lie, sosok cantik dan sok sibuk yang menawarkan berteman dengan manfaat alias teman kondangan dengan dirinya. Jessi tidak pernah mengeluh lelah apalagi sakit ketika sedang bersama Sergio.
   
Rasanya, belakangan semua hal mereka berdua jalani dengan suka cita.
   
Namun tidak dalam dua minggu kebelakang, mimisan, pusing dan pingsan. Bahkan sudah dua kali Jessi tumbang tepat dihadapan Sergio. Awalnya Ia mengira Jessi hanya kelelahan ataupun sedang mendapat siklus bulanannya.
   
Namun semua dugaan itu runtuh ketika Sergio membawa Jessi kerumah sakit, Sofia–––Mama Jessi dan Darwin datang kerumah sakit dengan rasa khawatir yang dapat Sergio rasakan sendiri. Dan saat itu Sergio sadar, Jessi sakit.
   
“Sorry gua engga pernah bilang soal Jessi sama lo” Darwin mendekat, menepuk bahu Sergio yang kini ikut menatap nanar Jessi yang tengah berbaring diatas ranjang rumah sakit, dengan tangan yang dimasuki oleh jarum dan selang infus.
   
“Jessi sebenarnya sakit apa win ?”
   
“CML”
   
Dunia serasa berhenti sesaat, Sergio tercekat, “Leu…kemia?”.
   
Anggukan kepala Darwin sukses membuat tubuh Sergio seketika melemas, perlahan Ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Sejenak tatapan lelaki itu kosong, hingga perlahan mulai memulihkan dirinya dan beralih pada Sofia yang masih setia berada di samping anak gadisnya.
   
Ini pertama kalinya Sergio merasa dirinya tidak berguna, andai saja Ia lebih cepat peka mengapa Darwin dan Sofia selalu meminta dirinya menjaga Jessi dengan lebih intens, dan andai saja dia peka kalau Jessi bukan kelelahan.
   
Namun kalau tidak seperti ini, dia juga tidak akan pernah tahu apa yang gadis itu derita.
   
Suasana ruangan pun perlahan menjadi hening, Jessi masih tidak sadarkan diri. Hingga suara mulai sedikit berisik ketika Bianca datang. Sama seperti yang lain, sahabat Jessi yang merangkap menjadi pacar kembarannya itu kentara sekali khawatir.
   
“Btw tadi ada Jefan ke café ya?” Darwin membuka suara setelah cukup lama diam. Sergio menoleh dengan gerakan pelan kemudian mengangguk.
   
“Jefan mantannya Jessi ?” tanya Sergio yang tiba-tiba saja teringat dengan kejadian di café tadi, dimana lelaki itu menyebut dirinya sebagai tunangan Jessi.
   
Darwin mengangguk, “Diluar aja gua cerita, engga enak soalnya ada Mama”.
    
Darwin langsung beranjak dari sofa dan berjalan keluar ruang rawat, tanpa menunggu lama Sergio pun segera menyusul. Keduanya memutuskan pergi ke sebuah kafetaria yang berada tak jauh dari rumah sakit.
   
“Jefan bilang apa aja ?” tanya Darwin terlebih dulu tepat ketika mereka berdua baru saja duduk setelah memesan minuman.
   
“Dia bilang dia tunangannya Jessi”
   
Darwin tersenyum tipis, “Mantan tunangan”
   
Lagi, hari ini untuk kedua kalinya Sergio hampir serangan jantung karena kejutan-kejutan yang diberikan dari sosok seorang Jessica
   
“Putus sekitar hampir setahun yang lalu. Jefan engga selingkuh, cuma mungkin memang udah engga cocok” jelas Darwin. “Awalnya gue percaya sama Jefan buat jagain Jessi, tapi…”
   
“Tapi?”
   
“Ternyata hubungan mereka setoxic itu, Jefan engga pernah main tangan, tapi gue cukup sering denger dia marahin Jessi bahkan engga segan-segan buat ngebentak dan ngatain Jessi dengan engga pantas”
   
Sergio masih diam untuk mendengar cerita Darwin, perlahan dia mulai bisa menarik kesimpulan alasan kenapa malam itu Jessi salah paham. Ada pengalaman menyakitkan di masa lalu yang membuat secara tidak langsung merasa direndahkan.
   
“Awalnya Jessi engga mau putus, karena dia takut. Tapi gua yang maksa, sampai mereka bener-bener putus, walau sampai sekarang Jessi mau trauma dan engga terlalu mau berhubungan dengan cowok”
   
“Tapi dengan Lo, gue yang yakinin dia buat mau deket sama lo” Darwin mengakhiri cerita panjangnya ketika pesanan mereka berdua datang.
   
“Maaf, gue engga sengaja buat Jessi kembali buka luka lama dia bahkan sampe buat dia masuk rumah sakit”
   
Darwin terkekeh pelan lalu menepuk bahu Sergio pelan, “Itu artinya udah saatnya lo tahu seperti apa Jessi. Dia bukan cewek kuat seperti yang kita semua lihat”
   
Sergio tersenyum tipis. Ya, Jessi memang gadis kuat seperti yang dia lihat selama ini. Berusaha ceria dan banyak berbicara hanya sebagian dari caranya menutupi semua luka dan penyakit yang selama ini Ia alami.
   
“Yo” panggil Darwin lagi. Sergio pun segera menoleh.
   
“Kenapa?”
   
“Bantu Jessi ya” singkat, tapi Sergio dapat melihat sorot mata Darwin yang cukup berharap pada dirinya.
   
Sergio tidak berani menjawab, Ia hanya mengangguk pelan. Dia tidak tahu apa dia bisa membantu Jessi keluar dari semuanya. Sergio takut, kalau ternyata nanti dia hanya kembali menorehkan luka pada Jessi, bukan menyembuhkannya.

Calon Mantu [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang