22 : But I don't.

5.4K 942 187
                                    

○🏀○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○🏀○

Haechan menghentikan mobil Herin di depan rumah minimalis yang biasanya ia kunjungi, ia dapat melihat motor Hyunjin yang terparkir di garasi dengan apik. Netranya melirik langit yang mulai meneteskan air hujan, ini memang sudah memasuki musim hujan, tapi Haechan tak menyangka hujannya akan turun serutin ini.

Ia menatap keluar jendela mobil, menatap pintu rumah yang akhir-akhir ini tak pernah menampakkan pemilik rumah itu setiap ia mengetuknya. Apa yang harus ia katakan pada Injun bila nanti mereka benar-benar bertemu?

Kata Herin, Haechan mencintai Injun, bukan gadis itu, lalu bagaimana cara membuktikannya? Bagaimana bila tebakkan gadis itu keliru? Bagaimana–

Tok tok

"Herin?"

Tubuh Haechan membeku seketika, ia menoleh pada kaca mobil di sampingnya dan mendapati Injun yang berdiri dengan payung di tangannya. Kaca mobil Herin cukup gelap, sehingga Injun tak bisa melihat ke dalam mobil.

"Aku nunggu di dalam tapi kamu nggak keluar-keluar dari mobil, jadi aku kira kamu nggak bawa payung."

Deg deg

Deg deg

Pemuda tan itu meraba dadanya yang terasa seperti tengah diguncang, detak jantungnya terdengar sangat keras hanya karena mendengar suara Injun. Apa karena ia takut ketahuan oleh Injun? Bisa jadi.

Haechan perlahan membuka pintu mobil itu dan melangkah keluar dari kendaraan roda empat itu, dapat ia lihat raut terkejut bercampur takut yang Injun tunjukkan. Haechan meraih tangan Injun yang menggenggam payung besar yang tengah menutupi mereka dari air hujan.

Ia menatap tepat pada sepasang obsidian bak rusa yang menatap lurus padanya, perasa rindu bercampur senang seakan meledak memenuhi rongga hati seorang Lee Haechan. Pemuda tan itu tak bisa menahan senyumnya saat ia akhirnya bisa bertemu dengan Injunnya.

Secara spontan, Haechan menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukan erat nan hangatnya, ahh.. wangi rambut Injun masih sama seperti waktu itu, suhu tubuhnya juga hangat, jantungnya masih berdetak dengan cepat seperti biasa– tidak..

Mata Haechan seketika melebar seakan menyadari sesuatu, ia tak merasakan detak jantung Injun yang biasanya berpacu dengan cepat, itu bukan detak jantung Injun.

Detakan keras itu miliknya... perasaan sesak yang biasa ia rasakan saat ia bersama Injun... semua itu karena detak jantungnya sendiri yang terlalu keras hingga ia pikir itu milik Injun..

Love? -HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang