○🏀○
Pemuda mungil itu sudah siap bila Haechan akan meledakkan amarahnya, ia memejamkan matanya erat, menunggu cacian yang akan Haechan lontarkan. Wajar bila Haechan marah padanya, lelaki itu sudah sangat serius dalam hubungan mereka, tapi Injun terus menerus menarik ulurnya.
Injun menyadari itu, ia tau bahwa ia tengah berlaku tak tau diri pada sang pujaan hati. Tapi, jika Haechan kehilangan segalanya karenanya, ia akan merasa seperti bajingan...
"Heee, iya, kah?"
Pemuda bemata bak rubah itu mematung, 'iya, kah'?! Injun melirik ekspresi Haechan yang tak menunjukkan rasa terkejut atau pun marah dari kaca spion. Pemuda mungil itu menggeleng, mungkin Haechan tak mendengarnya.
"Chan?"
"Hmm? Kenapa??" tanya Haechan langsung, Injun merasa bingung, tidak mungkin Haechan tak mendengar ucapannya. Pemuda mungil itu sedikit memiringkan kepalanya untuk berbicara dekat telinga sang pemuda tan, "Kamu denger ucapanku tadi, kan?"
Haechan mengangguk santai, "Loud and Clear!!" serunya.
Lelaki manis itu lantas mengerutkan keningnya tak suka, kehabisan kata-kata. Apakah ia menganggap Injun hanya bercanda!?
"Haechan, aku nggak bercanda, kita harus berhenti sebelum terlambat. Kamu nggak tau resiko macam apa yang bisa nimpa kamu, bisa aja kamu kehilangan orang tua kamu, sahabat kamu, semuanya." Jelas Injun setengah meninggikan suaranya.
Namun, Haechan hanya mengedikkan bahunya sambil berucap, "Kan, masih ada kamu."
Pemuda Hwang itu mengacak rambutnya frustasi seraya mendecak kesal, "Jangan bercanda, Lee Haechan! kita masih muda, kamu bakal ketemu banyak orang baru ke depannya, kamu bakal ketemu perempuan yang pantas buat kamu." Ujarnya dengan nada terburu, "Pikirin perasaan mama, papa kamu!"
"Ini kan hidup aku, Injun. Kenapa juga mereka ikut campur? mereka nggak akan peduli. Kamu tuh ya, selalu aja mikirin hal yang nggak perlu." Keluh Haechan, membuat Injun semakin merasaka emosi yang mulai tertumpuk.
"Kamu nggak ada bersyukurnya sama orang tua kamu, kah?! kamu bayangin gimana perasaan mereka waktu tau anak satu-satunya mereka–"
Injun berniat melanjutkan sesi memarahi Haechan yang tak menganggapnya serius sama sekali, tapi, suaranya tertahan saat ia merasakan perasaan familiar pada lingkungan di sekitarnya, Injun membelalakkan matanya.
"Kenapa kita ke rumah kamu?!"
Pemuda tan itu menghela nafasnya, "Kalau kamu sekhawatir itu sama pandangan orang tua aku, mending tanya langsung sekarang"
Injun terdiam, ia berusaha mencerna apa yang baru saja pemuda bermarga Lee itu katakan. Setelah beberapa detik terdiam, matanya seketika melebar, sebelum meremat pundak Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love? -HyuckRen
Science Fiction"Dek, nyasar?" "..." Kisah Lee Haechan yang jatuh cinta pada Ace dari Team basket musuh sekolahnya. [Klandestin series pt. 3]