28 : Worries

4.7K 760 95
                                    

○🏀○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○🏀○

Karina menatap Haechan dengan tatapan aneh, sudah terhitung 5 jam setelah bel masuk dan jam pelajar dimulai, dan selama itu pula pemuda tan yang duduk di sebelahnya kerap menghela nafas berat dan bergerak tak tenang di bangkunya.

"Mau aku tampar, kah?" Tanyanya pada sang pemuda tan yang tengah menghela nafasnya untuk kesekian kalinya.

Lelaki itu lantas mengerang kesal, lalu menekuk bibirnya, seraya menatap gadis itu memelas, "Karina..."

"Apa? Kamu hamilin anak orang?"

Haechan seketika membelalak mendengar pertanyaan enteng yang Karina lontarkan, "Aku nggak pernah hamilin anak orang!!!" Sanggahnya keras, membuat beberapa siswa menoleh ke arah mereka.

Karina mengedikkan bahunya acuh, dan kembali fokus pada ponselnya. Pemuda tan itu menopang dagunya malas, "Mau cerita dong."

Gadis itu mengerutkan keningnya, "Temen-temen kamu kemana emangnya?"

"Ke kantin, katanya nggak mau denger aku ngomongin Injun terus..." keluhnya memelas, Karina mematikan ponselnya, "Injun? Hwang Injun? Yang anak basket cabang pusat?"

Haechan mengangguk.

Karina lantas menepuk dahinya, "Kamu tau nggak sih seberapa jeleknya hubungan Injun sama anak laki-laki di sekolah kita? Dia bahkan berapa kali kena pukul sama berbagai angkatan."

"Iya, sih. Tapi, ini kan bukan tentang basket!"

"Terus tentang apa? Nggak mungkin juga orang kayak Injun mau temenan sama manusia nggak jelas kayak kam–"

"Aku di friendzone sama dia, loh, kamu denger dulu makanya! Aku tuh naksir banget, sampai mau gila!"

....

Karina terdiam, gadis itu menatap Haechan dengan tatapan bingung, sebelum membelalak akibat sadar dengan ucapan sang pemuda tan. Dengan cepat ia menarik Haechan untuk keluar kelasnya, dan menyeretnya ke tangga turun yang jarang dilewati.

"Pdkt??!!" Tanyanya berbisik setengah berteriak, Haechan mengangguk ragu karena ekspresi Karina yang seakan menunjukkan seberapa terkejutnya ia.

Gadis itu memasang tampang tak percaya, sebelum berjalan kesana kemari, tak tenang.

"Kenapa, sih?"

"Diem, aku lagi mikir nasib kamu kalau kalian beneran pacaran nanti..."

Haechan menyandarkan dirinya pada pegangan tangga di belakangnya dan menyilangkan tangannya di dada, "Emang kenapa– bentar! Kok kamu nggak heran aku suka sama laki-laki?!"

Karina menatap Haechan aneh, "Dih, kan suka-suka kamu mau naksir siapa, bukan urusanku." Ucapnya acuh, "Tapi, kalau Injun, itu beda kasus!"

"Injun itu bukan cuma musuh anak basket, tapi primadona di antara siswi-siswi di sini. Dia emang openly gay, tapi nggak sedikit perempuan yang ngira mereka masih ada kesempatan selama Injun belum pacaran."

Love? -HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang