CHAPTER 35

478 46 2
                                    

Kini Ali telah tiba di bandara, lengkap dengan semua barang bawaan nya. Tadi nya Ia pikir akan susah melewati Prilly, tapi ternyata otak nya bekerja lebih cepat. Ia menyuruh Mutter nya untuk menemani Prilly ke mall bersama dengan alasan menghilangkan bosan.

Keberangkatan Ali ke Selandia Baru di dampingi oleh Adeline. Ayah Adeline adalah sahabat Baren yang akan menangani Ali untuk menjalankan operasi, itulah alasan mengapa Adeline bisa mejadi sahabat Ali dan bisa mendampingi nya untuk ke Selandia Baru.

Kondisi Ali tiba-tiba saja drop saat perjalanan menuju bandara membuat Adeline panik setengah mati.

"Ali Kau masih kuat?" tanya Adeline memandang khawatir ke arah Ali yang tampak mulai kesusahan mengambil oksigen.

"Ya."

Dengan sekuat tenaga Ali mencoba menahan rasa sakit yang kembali menghantam dada nya. Napas nya terasa sangat sesak. Dengan batuan alat medis, kedua nya tiba di Selandia Baru. Cukup menegangkan mengingat kedua nya bisa tiba dengan selamat.

Selama perjalanan menuju rumah sakit kondisi Ali semakin menghawatirkan, wajah nya perlahan berubah warna menjadi keunguan.

"Bertahan Ali," lirih Adeline seraya menintihkan air mata. Adeline tidak tega melihat kondisi sahabat nya memburuk. 3 tahun waktu yang cukup lama untuk Ali bertahan dengan penyakit nya.

Mobil ambulance mereka kini telah tiba di perkarangan rumah sakit. Brangkar milik Ali pun sudah di turunkan. Tanpa membuang banyak waktu lagi tim medis segera membawa Ali ke ruang operasi.

Ruangan operasi ditutup disertai lampu diatas pintu yang semula nya mati berubah menjadi kemerahan menandakan kegiatan operasi sedang berlangsung.

"Semoga Kamu selamat Li!" gumam Adeline gusar.

Cukup lama bersahabat dengan Ali membuat Adeline benar-benar terikat, layaknya seperti saudara.

"Adeline gimana kabar Ali?" tanya Alyana yang baru tiba bersamaan dengan suami dan putra nya yang masih balita. Mereka menikah beberapa tahun lalu. William dan Rena juga hadir saat itu dan itu adalah pertemuan terakhir mereka sebelum hari ini.

"Belum tahu Kak, tapi tadi Ali drop banget."

Alyana yang mendengar kabar adik nya di buat menintihkan air mata. Satu bulan lalu Ia baru bertemu dengan Ali dalam kondisi sehat. Alyana masih ingat, saat itu Ali melukis nya bersama dengan suami serta putra nya yang masih balita.

Lukisan itu adalah lukisan terindah yang pernah Ia lihat dan Ali menghadiakan itu untuk nya.

Tak lama setelah kedatangan Alyana, kedua orang tua kandung mereka pun tiba, William dan Rena.

"Apa yang terjadi dengan Morgan?" tanya William. Apakah putra nya itu mengalami sakit parah sehingga Ia harus melaksanakan operasi? Batinnya bertanya.

"Gagal jantung," jawab Adeline membuat kedua nya shock. Terutama Rena, Ia hampir saja pingsan.

"Bagaimana Morgan bisa menderita penyakit separah itu?" tanya Rena memecah keheningan. Rasa nya Ia masih tidak percaya mendengar hal ini.

Pasalnya selama ini Ia dan suami nya hanya mengurus perusahaan, jarang sekali ada waktu bersama dengan anak-anak nya.

"Bagaimana bisa?!" ulang Alyana bertanya dengan nada penuh amarah. Tangan nya terkepal kuat menahan emosi.

"Kalian masih tanya bagaimana bisa?! Orang tua macam apa kalian?! Kondisi anak sendiri aja nggak tau," cerca Alyana sinis dengan nada yang di naik kan.

Anggap itu tidak sopan, tapi Alyna benar-benar tak sanggup menahan emosi dan rasa kecewa nya lagi. Sudah berpuluh-puluh tahun Ia dan Ali memendam kecewa.

HATE BE LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang