CHAPTER 31

450 44 5
                                    

"Ihr Sohn hat Herzversagen. Wenn es schwerwiegend ist, muss sich der Patient einer Hertransplantati on unterziehen, um zu überleben. (Putra Anda mengalami gagal jantung. Jika parah, pasien harus menjalani traspaltasi jantung untuk bertahan hidup)"

Kedua nya tampak terkejut mendengar penjelasan dokter mengenai kondisi Ali. Bertina tampak mengatupkan bibirnya yang terbuka menggunakan salah satu tangan nya. Ia menangis histeris di ruangan dokter, Baren juga tak kalah terkejut nya seperti Bertina tapi Ia lebih memilih menahan tangis nya.

Baren tidak ingin memperkeruh suasana lagi dengan menangis jadi Ia lebih memilih untuk menenangkan istri nya.

"Was tun für die Behandlung unseres Sohnes? (Apa yang dapat kami lakukan untuk perawatan putra kami?)" tanya Baren seraya menahan tangis nya, suara nya terdengar serak.

"Vorerst werde ich ihm Medikamente geben, aber trotzdem müssen wir sofort ein geeignetes Herz für ihn finden, um Transpaltation durchführen zu können. (Untuk saat ini saya akan memberikan obat kepadanya, namun kami masih harus segera mencarikan jantung yang cocok untuknya agar dapat melakukan transpaltasi.)"

Kedua nya keluar dari ruangan dokter setelah melakukan konsultasi mengenai kesehatan Ali. Tumpah sudah air mata mereka. Mereka juga meminta bantuan dokter untuk mencarikan jantung untuk Ali.

"Baren, apa Kau mempunyai kenalan dokter?" tanya Bertina disela tangis nya. Rasa nya sangat sakit mengatuhui kondisi Ali.

"Aku punya teman kuliah yang berprofesi sebagai dokter, tapi sekarang Ia berada di selandia baru."

"Hubungi Dia, mungkin teman mu itu bisa membantu Kita."

"Baiklah akan ku coba. Berhentilah menangis, putra Kita pasti akan baik-baik saja, Dia itu kuat."

"Ya Aku tahu itu, Ali pasti akan sembuh." Bertina mengusap air mata nya, meninggalkan Baren yang tampak sibuk mencari kontak teman nya.

Dengan langkah pelan Bertina memasuki ruangan Ali, dokter sempat mengatakan jika Ali sudah boleh di kunjungi. Bertina tak kuasa menahan air mata nya yang terus berjatuhan, Ia tidak kuat. Tidak kuat harus melihat Ali yang sudah Ia anggap menjadi putra nya terbaring lemah tak berdaya.

Bosan menunggu, akhir nya Bertina tertidur dengan posisi terduduk seraya menggengam jemari Ali yang Ia telungkupkan di bawah wajah nya. Ali membuka mata nya bertepatan dengan Baren yang baru saja memasuki ruangan Ali.

"Kamu sudah sadar?" tanya Baren dengan nada layak nya orang bergumam.

"Ja. (Ya)" Ali berusaha mengangkat kepala nya, melihat ke arah jemari nya yang entah mengapa terasa berat dan sulit untuk digerakkan.

"Mutter?" Ali mengerutkan dahi nya menatap ke arah Baren bingung, tangan nya basah?

"Are you ok?" Baren berusaha sekuat mungkin mengalihkan topik pembicaraan mereka. Ia tidak ingin membuat Ali kembali bersedih.

"Aku baik. Tunggu dulu Vater, jawab pertanyaan ku. Apa yang sebenar nya terjadi? Apa sesuatu yang buruk?"

"Buruk...sangat buruk," gumam Baren pelan yang masih dapat di dengar oleh Ali.

Ali menatap Baren dengan tatapan tajam nya. "Seberapa tingkat keburukan nya Vater? Jawab dengan jujur, Aku yakin jika Vater sangat mengetahui tentang ku."

"Lebih dari sekedar kata buruk. Gagal jantung," lirih Baren. Rasa nya percuma jika Ia harus berbohong. Toh suatu saat Ali juga yang akan mengetahui nya.

"Hidup seperti tidak berjalan dengan adil ya, Vater?" tanya Ali memandang kosong jendela yang berada di samping kamar nya. Entah sadar atau tidak air mata kembali menguyur wajah nya.

HATE BE LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang