CHAPTER 10 SIAPA DIA?

506 58 0
                                    

Hai semuanya, apa kabar? Maaf ya baru update, sekarang lagi sibuk persiapan ulangan, doain ya semoga lancar. Makasih buat yang udah baca, vote, dan selalu nungguin update-an cerita absurd aku. Mau dilanjut? jangan lupa share ya!

Happy reading and have a nice day all!

*

*

*

Tring...tring...tring

Dering dari handphone Ali yang terletak di sebelah kiri nakas berbunyi nyaring, dering itu berhasil membuatnya bangun dari tempat tidurnya, mengusap perlahan matanya, mengumpulkan nyawa, meminum segelas air, dan kemudian berjalan menjauh dari ranjang untuk mengangkat handphone nya yang sedari tadi berdering. Dia tak ingin Prilly bangun karna terganggu akan suara derigan handphone nya.

"Halo, ada apa malam malam begini menelepon?" sapanya terlebih dahulu setelah melihat siapa yang menelefonnya malam-malam seperti ini

"Ah... maaf menggangu tidurmu, apa dia terbangun? Tanya seseorang diseberang sana.

"Dia masih tertidur, ada hal apa kau menelepon ku malam malam begini?" tanya Ali kepada orang diseberang sana.

"Oh syukurlah, kalau begitu. Bisakah kita bertemu jam 7 pagi besok?"

"Kau sudah sampai di Indonesia?" tanya Ali kepada seseorang diseberang sana.

"Ya, aku sudah sampai ke Indonesia dari 2 hari yang lalu." jelas orang diseberang sana.

"Baiklah besok jam 7 pagi, restoran dekat kantor."

"Ok, sampai berjumpa besok."

Tut

Panggilan diputus sepihak oleh sang penelepon, membuat Ali berdecak kesal. Bagaiman tidak rasanya dia baru saja memejamkan matanya memasuki alam mimpi setelah menyelesaikan beberapa laporan untuk meeting besok. Sekarang kepalanya berdenyut pusing, karna tidurnya terganggu. Perlahan dia berjalan menuju ranjang, membuka laci nakas mengambil obat pereda nyeri yang sering dia konsumsi ketika kepala nya terasa nyeri dan segera meminumnya untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Setelah dirasa kepalanya tidak terlalu sakit lagi dirinya memilih untuk kembali tertidur.

***

"Ada apa kau meminta ku menemui mu," tanya Ali kepada wanita didepannya.

"Cuma pengen ketemu aja sama adek gue, emang gak boleh?" tanya wanita yang tak lain adalah kakak nya, Alyana Morgana Syarief.

"Apa kabar, bagaimana perkembagan butik mu di Amerika?" tanya nya sambil menyeruput minuman favoritnya, kopi hitam tanpa gula yang sudah dipesan oleh sang kakak.

"Baik, masih tetap cantik. Butik gue berkembang pesat dan minggu depan akan buka cabang baru di Eropa." Jelas nya panjang lebar sambil menatap sang adik yang tak berekspresi sedikit pun.

"Kenalin gue dong sama istri lo, kan pas nikahan kalian gue di Amerika. Gimana hubungan lo sama dia?" ya saat pernikahan Ali sang adik, Alyana memang tidak bisa hadir karna dia memiliki beberapa masalah pada salah satu cabang nya, jika masalah itu tak segera teratasi maka sudah dipastikan cabang itu akan tutup. Tidak akan membuatnya rugi memang tapi dia hanya berusaha profesional.

"Ya, nanti akan ku kenalkan. Hubungan kami baik," jawab Ali

"Lo yakin?" tanya Alyana penuh curiga, pasalnya dia sangat tau bagaimana sikap sang adik terhadap perempuan.

"Iya."

"Gue harap lo gak bohong Gan. Mereka itu tidak sama, jangan menilai semua hal sama. Masa lalu itu biarlah berlalu, pahit memang tapi jika kita bisa menerima itu dengan hati yang lapang, pahit itu akan tidak akan terasa. Kehadiran dia dalam hidup lo itu seperti gula pada secangkir kopi yang pahit. Gue harap lo bisa ngerti apa yang gue maksud." Ucap Alyana yang berhasil membuat Ali terdiam tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun.

Ali benci berada pada situasi seperti ini. Kakaknya Alyana selalu tau apa yang terjadi padanya. Dia sangat menyayangi kakak nya, orang yang mengenal nya dengan sangat baik. Kakaknya adalah orang yang merangkulnya saat semua orang pergi meninggalkan nya.

"Kau tahu bahkan kemarin saat aku mengunjungi kantor mu untuk memberi kejutan, aku melihatnya mengantarkan makanan untukmu. Tapi apa yang kau lakukan? Aku melihatmu memberikan makanan itu ke ob. Kau memintanya untuk memberikannya ke orang lain. Seharusnya kau menghargai dia Gan, dia sudah bersusah payah memasaknya untukmu. Sikap mu yang satu itu benar-benar sangat mengecewakan ku." Ya orang yang kemarin menintihkan air mata nya adalah Alyana, dia tidak menyangka perilaku adik nya akan seburuk itu.

"Maaf mengecewakanmu, Kak. Akan ku coba kak, kau sendiri tau. Kita berdua mengalami nya, tapi kau hebat karna kau jauh lebih kuat dari ku. Bahkan aku saja tak bisa berbohong kepadamu. Lain kali ajarkan aku bagaiman cara kau melakukannya kak." Ucap Ali sambil tersenyum menatap sang kakak, mereka berdua memang sangat jarang bertemu karna kesibukan masing masing.

Hari ini biarkanlah mereka melepas rindu berdua. Berbagi cerita yang sudah sejak lama tak tersampai. Hanya dengan sang kakak, Alyana lah seorang Ali dapat tertawa lepas, menjadi dirinya sendiri tanpa merasa canggung atau apapun itu. Mereka berdua itu saling melengkapi, Ali si cuek tapi rapuh dan Alyana si rapuh yang dapat membuat sang adik merasakan kenyamanan nya. Hari ini mereka habiskan dengan penuh canda dan tawa.

###

Disisi lain

"Arghhh... kenapa rasanya sesakit ini Tuhan? Apakah aku sudah jatuh cinta? Rasanya tidak mungkin jika aku bisa mencintainya secepat ini. Rasa yang awalnya benci bisa menjadi cinta," batin Prilly pada diri nya.

Tadi pagi setelah melihat Ali berangkat buru-buru, dia mengikuti nya dari belakang dengan menggunakan taxi. Entah kenapa ingin sekali rasanya dia mengikuti Ali, hanya karna semalam dia tidak sengaja mendengar pembicaraan Ali dengan seorang wanita. Apalagi setelah dia mendengar Ali menelepon sekertaris nya untuk mengosongkan jadwal besok. Setelah sampai dia malah melihat Ali, suaminya tertawa lepas dengan seorang wanita cantik. Senyum dan tawa yang tak pernah dia lihat dari Ali saat bersama diri nya.

"Apa aku sedang cemburu?" batin nya bertanya.

Saat dirasa sudah tidak tahan dengan semuanya. Dia beranjak pergi meninggalkan Ali dangan wanita tersebut. Dirinya memutuskan pulang ke rumah agar Ali tidak curiga jika dia mengikutinya sedari tadi.


HATE BE LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang