CHAPTER 22

464 47 7
                                    

"Loh Alinya mana, kok Kamu kesini sendiri?" tanya Kartika, mama Prilly.

"Tau mati kali," balas Prilly acuh.

"Heh mulutnya! Kamu ngapain bawa koper?" tanya Kartika ketika matanya tak sengaja menatap koper beser yang dibawa Prilly.

"Iyaa soalnya sekarang Prilly udah nggak tinggal lagi sama Ali."

"Lah kok gitu?"

"Yaiyalah soalnya Prilly udah minta cerai sama si brengsek itu."

"RYLIE! Mama gak pernah yah ngajarin Kamu ngomong kayak gitu. Kalau ada masalah itu diselesaikan bukan kabur-kaburan kayak gini. Kamu udah nikah bukan pacaran, Mama kecewa sama Kamu!"

Prilly sempat tersentak kaget mendengar suara Mama nya yang meninggi saat menasihati nya. Karena keterkejutannya tanpa dapat dihindari lagi air matanya jatuh dari pelupuk mata kiri.

"Hiks...Mama bisa bilang gitu karna Mama gak tau apa yang udah Ali lakuin sama Prilly!" tegas Prilly seraya menghapus air matanya kasar.

"Kalau gitu jelasin!"

"Nanti Prilly jelasin, untuk sekarang Prilly masih butuh waktu sendiri," Prilly langsung berlalu pergi dari hadapan sang Mama yang melongo manatap tingkah lakunya seraya menarik kasar koper mikiknya.

Sesampainya dikamar langsung saja koper itu dihempaskan dengan kencang sampai menimbulkan suara yang nyaring. Untung kamar Prilly dirancang kedap suara jika tidak pasti Mama nya akan berlari naik.

"Hiks...hiks...kenapa semua nyalahin Aku tanpa mereka tau apa yang sebenarnya terjadi. Arghhh brengsek. Gue cinta sama Lo tapi kenapa Lo nyakitin Gue!" monolog Prilly seraya memukul kepala nya secara berulang.

Andai saja semua itu palsu, andai saja dia menolak perjodohan dengan Ali pasti sekarang hidupnya tidak akan semenderita ini. Tapi semua hanya berputar di kata 'andai.' Prilly tidak mengira semua akan menjadi seburuk ini, awalnya Ia pikir Ia hanya akan bertemu dengan Rian tapi nyatanya....

Flashbak on

"Hai, udah lama ya nunggunya?" tanya Prilly pada Rian seraya menarik kursi didepannya.

"Nggak kok, Gue baru aja sampai," Rian tersenyum manis membalas ucapan Prilly. Prilly hanya menganguk membalas ucapan Rian.

"Apa yang mau Lo omongin," tanya Prilly langsung tanpa berbasa-basi lebih lama lagi.

"Santai-santai mending pesan makan dulu Gue yang traktir deh,"

"Gak usah Gue udah makan jadi langsung aja."

"Kalau gitu temenin Gue makan dulu deh,"

"Cepatan kalau gak Gue pergi nih," ancam Prilly pada Rian yang sedari tadi membuatnya merasa jengah.

"Okok, santai tapi Lo jangan marah ya."

"Iya bawel dah Lo!"

"Enak aja, congor nya tidak dijaga ya bund."

"Bund bund pala Lo peyang. Cepet gak Gue pulang nih!" desak Prilly.

Bukan apa Prilly hanya tidak ingin ada gosip yang tidak-tidak lagi antara dirinya dan Rian seperti kejadian di mall waktu itu. Untung saja ada Ali yang membantu membersihkan nama nya. Berbicara tentang Ali, Prilly jadi rindu dengan pria itu, dan jangan lupakan pria itu juga yang menyuruhnya agar tidak dekat-dekat dengan Rian. Entah apa maksudnya, apa mungkin Ali-nya itu cemburu? Ali-nya? Heh tidak salah bukan jika Ia mencap Ali sebagai miliknya lagipula mereka kan juga sudah menikah.

"Heh tadi Gua disuruh ngomong ngapa sekarang jadi Lo yang melamun," sindir Rian menjintak kepala Prilly yang sedang melamun.

"Hah heh hah heh kagak ada sopannya ya, Gue kasih tau Ali kalau Lo jitak pala Gue nyaho Lo."

HATE BE LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang