Versus

365 70 18
                                    

Sudah jelas, kalau kamu bukan lawanku.

~~~

Hari Senin tiba.

Seperti biasa, setiap sekolah akan mengadakan upacara bendera bukan?

Pukul 07.00 tepat, petugas upacara yang diambil dari anggota paskibra, memulai kegiatan wajib itu dengan hikmat.

Kalau kalian mengira, semua murid SMA Rajawali mengikuti kegiatan upacara dengan tenang dan tidak berisik, maka kalian salah. Ya, namanya juga manusia. Apalagi masih labil-labilnya.

Belum ada 10 menit, mulai banyak kicauan sana-sini.

Contohnya bisa dilihat pada barisan kelas XI MIPA 2.

"Gila, kok udah panas aja sih? Mana belum pake sunscreen lagi. Iyuuhh," keluh Sherly, cewek yang terkenal paling rempong di kelas.

"Eh, tutupin gue dong! Kagak pake topi nih!" seru Bara yang menyuruh Asep untuk sedikit bergeser supaya mata elang para anggota OSIS tidak menemukannya.

Namun, usaha itu gagal total.

Gema, sebagai ketua OSIS yang berjaga dari belakang, menyadari akan pelanggaran Bara pun segera mendatangi barisan lelaki itu.

"Bar, ikut gua."

"Eh! Pagi Pak ketua," sapa Bara ramah pada Gema yang menatapnya tanpa ekspresi.

"Jangan tangkep ya. Kita kan temen sekelas. Ya kali, gua kena hukuman," rayu Bara sambil sesekali menepuk-nepuk bahu Gema yang terbalut oleh jas kebesarannya.

Asep, Cakra, dan Devon yang berada satu rumpun dengan Bara hanya bisa melongo karena keberanian lelaki itu dalam tawar-menawar bersama Gema, di manusia kutub.

"Disini, semua sama. Yang salah nggak akan dapet kekebalan hukum," ucap Gema kemudian menyeret paksa Bara yang pasrah karena harus menerima hukuman setelah upacara nanti.

Sementara itu, Garka yang berada di barisan tengah, tidak melakukan banyak tingkah. Namun sesekali dia risih karena banyak mata yang gagal fokus akibat melihat wajah babak belurnya.

"Gar!" Alden yang berada di barisan kelas sebelah, tepatnya XI MIPA 3, memanggil Garka dengan bisikan.

Garka menoleh pelan.

"Munduran dikit, nggak lurus."

Tingkah Alden tentu membuat Garka memutar bola mata malas. Namun lelaki itu tetap menuruti perintah sohibnya itu.

"Gar!"

"Apaan?! Tali sepatu gua nggak sama? Apa dasi gua miring?"

"Calm bro, gua cuma mau nanya. Ntar kalo guru-guru liat muka lu gimana?"

Mendengar pertanyaan Alden, Garka jadi berpikir.

Sejak pindah ke SMA Rajawali, dia selalu dipuji. Bahkan tak jarang dijadikan sebagai teladan untuk murid lain karena kehebatannya yang mampu menguasai bidang akademik maupun non-akademik, serta kepemimpinannya untuk Gladior yang membawa dampak baik untuk sekolah.

Kalau sampai guru-guru tahu mengenai wajahnya, mereka pasti berpikir yang tidak-tidak dan akan mengadu pada sang ayah. Tentu itu menjadi kiamat tersendiri untuk Garka.

"Gampang, ntar gua pikir," jawab Garka yang membuat Alden mengangguk-angguk paham.

Berpindah ke lain sisi, di samping kiri tiang bendera, terdapat kelompok khusus yang barisannya berhadapan dengan semua peserta upacara.

RHEA! [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang