Not that easy

125 35 2
                                    

Segalanya tidak bisa berjalan dengan semudah itu.

~~~

Gibran terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Akibat kejadian tadi malam, lukanya cukup parah. Bahkan ketika ditemukan, Gibran sudah tidak sadarkan diri.

Beberapa anggota inti Gladior ada disana. Seperti Ganta, Alden, Geo, dan Axel. Gema belum datang karena ada rapat OSIS, lalu Gavin memimpin jalannya kegiatan klub ORKESKI. Sedangkan Garka, dia pergi entah kemana. Karena lelaki itu tidak terlihat di sekolah selama satu hari.

"Gua bakal cari tau siapa yang udah nyerang Gibran sampe kayak gini," ucap Axel dengan tatapan dingin.

Lelaki itu akan menjadi paling bringas jika salah satu orang yang dia sayangi terluka begitu saja.

"Jangan-jangan ini ulah anak-anak Varior bang," sahut Ganta.

"Kayaknya bukan, deh. Ngapain juga anak-anak Varior keliaran di daerah situ. Mereka kan mainnya cuma di sekitaran jalan sepi deket sekolah," sambung Alden.

"Tapi kalau bukan anak-anak Varior, siapa lagi? Musuh kita kan cuma mereka," Geo mulai menimbrung.

Ganta lalu mengacak-acak rambutnya frustasi. "Dah lah, pusing pala gua. Udah capek mikirin tugas sejarah dari Bu Titin, sekarang ditambah mikirin siapa yang gebukin Gibran."

Alden ikut duduk di samping Ganta yang merebahkan diri di atas sofa. "Bukan lu doang yang pusing. Kita juga, kali."

"Lu kan mental baja. Lah gua? Melempem gini, den."

"Makanya, jadi orang jangan mikir seneng-seneng doang. Jadinya gini, nih. Dapet susah dikit, ngeluhnya minta ampun," ucap Geo.

"Kayaknya waktu pembagian mental, gua sibuk beli seblak, deh."

"Tapi waktu pembagian bakat tp-tp, lu ngantri paling depan, kan?" ucap Alden.

"Nah! Bener itu bro!" Ganta menepuk pundak Alden heboh karena setuju dengan ucapannya.

"Woy, Garka kemana?" tanya Axel pada semua yang ada disana.

"Gua tadi sempet tanya sama ketua kelasnya, dia bilang Garka nggak ada kabar sama sekali. Jadinya dia alpa," jawab Geo.

Mereka dibuat bingung. Baru kali ini Garka menghilang begitu saja tanpa kabar. Selama sehari ini dia tidak terlihat sama sekali di sekolah. Bahkan beberapa kali dihubungi, tidak ada respon sama sekali.

"Lah iya, kemana tuh bocah?"

"Beli seblak ceker," jawab Geo singkat.

"Serius, bang?"

Geo mengusap wajahnya kasar. "Astaga, lu ini begonya stadium berapa, sih? Ya nggak, lah! Kalau kita tau Garka kemana, pasti Axel nggak akan nanya."

"Hehe sans bang. Eh, tapi,"

"Apa lagi?"

"Gara-gara lu bilang seblak ceker, gua jadi pingin," ucap Ganta enteng disertai cengiran khasnya.

Disaat genting seperti ini, sempat-sempatnya Ganta memikirkan persoalan perut. Pantas saja otaknya kosong. Karena yang diisi hanya perut dengan segala makanan enak, bukan otak dengan segala ilmu.

Cklek

Seseorang masuk.

Dia seorang perempuan yang tidak asing lagi di mata anak-anak Gladior yang ada disana.

Rhea, dengan rambut terikat rapi dan setelan casual yang serba hitam tiba-tiba saja datang dengan membawa bubur di dalam kantong plastik.

"Ngapain lo kesini?" tanya Axel dingin.

RHEA! [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang