Not safe

133 31 6
                                    

Sepertinya aku tidak akan aman jika terus seperti ini.

~~~

Hari ini kedatangan Rhea benar-benar menarik perhatian banyak murid. Mereka berbisik-bisik sambil memberikan tatapan aneh. Persis seperti melihat seorang narapidana yang baru bebas dari penjara.

Apakah mereka seperti itu karena Rhea mengenakan hoodie neon milik Garka?

Kalau benar, bagaimana mereka bisa tahu, sedangkan hoodie seperti itu tidak hanya satu di dunia?

"Ck! Ini orang-orang kenapa sih?!" gerutu Rhea kesal.

Bisa saja dia memaki mereka secara langsung. Namun, harus diingat lagi kalau statusnya sekarang adalah maskot sekolah. Rhea harus lebih menjaga sikap agar jabatannya tidak dicopot.

"Rhe!" Seseorang menepuk bahu Rhea. Itu Aura.

"Lo bertingkah apa lagi?"

"Maksud lo?"

Aura menghembuskan napas pasrah. "Lo jadi bahan ghibah lagi di grup chat angkatan," ucapnya sambil menunjukkan isi obrolan dalam grup.

"Posisi lo nggak aman, Rhe."

"Santai aja," jawab Rhea dengan menepuk bahu Aura.

"Cuma masalah kecil. Orang penting kayak gue gini nggak heran kalau dikit-dikit dighibahin," lanjutnya.

Aura lalu menggandeng tangan Rhea dan membawanya ke daerah lorong yang sepi, untuk berbicara empat mata.

"Rhe, jangan anggap remeh. Masalah ini bakal jadi besar. Respon mereka sama foto itu sembilan puluh lima persen negatif semua. Lo nggak baca?" Aura semakin serius terhadap masalah yang menimpa Rhea.

"Kalau sampai kasus ini merembet kemana-mana, nasib lo bakal sama kayak Keyra dan Sharon."

Aura mempertajam tatapannya. "Gue nggak bisa bayangin gimana reaksi bokap lo nanti."

Mendengar itu, Rhea memanas. "Biar gue urus sendiri. Bakal gue cari orang yang udah menggiring opini buruk soal foto gue sama Garka."

Aura menggeleng dan memegang kedua bahu Rhea. "Nggak, lo nggak boleh tanganin ini sendiri."

"Kenapa? Ini nggak ada sangkut pautnya sama lo, Ra."

"Terus gue harus gimana? Ngebiarin lo cari orang itu, terus lo gebukin dia, maki-maki dia, sampe lo puas?"

"Cuma orang rendahan yang balas kejahatan sama kejahatan juga. Dan gue nggak mau lo dinilai sama kayak mereka," ucap Aura.

Rhea berpikir sejenak. Aura memang tahu betul bagaimana dirinya yang cenderung nekat dan berpikir pendek. Mungkin memang lebih baik jika melibatkan sahabatnya itu dalam masalah yang satu ini.

"Apalagi, yang paling disorot itu lo, Rhe. Bukan Garka."

"Lo dikatain pel*cur. Masa gue diem aja?"

"Jadi jelasin sama gue gimana kronologinya. Supaya kalau ada apa-apa, gue bisa jadi juru bicara lo. Takutnya kalau lo sendiri yang speak up, ntar kebun binatang keluar semua dari mulut lo," ucap Aura.

"Kita berdua kehujanan, jadi gue-"

"Jelasin dari awal, Rhe. Dari kenapa kalian bisa berdua?"

"Kemaren gue jalan sama Garka," jawab Rhea to the point.

"Terus, kenapa lo nggak langsung pulang dan malah mampir ke apartemennya Garka dulu?"

"Ya karena tempat dia yang paling deket jangkauannya. Kalau maksain nganter gue, yang ada kita berdua bisa meriang," jelas Rhea.

RHEA! [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang