Hari senin sudah tiba, hari di mana upacara dilaksanakan. Meskipun begitu, masih saja ada murid yang terlambat datang ke sekolah.Entah kebetulan atau tidak, di jajaran murid yang terlambat, di sana terdapat dua gadis cantik yang menjadi primadona di SMA Budi Gandewa.
Iyap! Mentari dan Bulan. Bukan tanpa alasan mereka datang terlambat. Mentari ke sekolah sebenarnya diantar oleh Ayahnya, tetapi mendadak Ayahnya harus menerima telfon yang penting katanya. Ditambah jalanan yang macet menghambat perjalanan.
Sedangkan Bulan, dia bangun kesiangan sehingga datang ke sekolah terlambat. Untuk pertama kalinya seorang Bulan terlambat masuk ke sekolah. Tapi, ya sudahlah, mau bagaimana lagi.
Nasi sudah menjadi bubur, tidak bisa diulangi. Sehabis upacara selesai, mereka langsung dihukum lari mengelilingi lapangan lima kali. Angkanya mungkin tidak seberapa, namun lapangan SMA Budi Gandewa itu luas, 2 kali putaran saja sudah membuat beberapa siswa kewalahan.
"Mentari."
"Iya, Bulan."
"Hehe gak kok, cuma nyapa aja. Ya udah, ayo semangat larinya," ucap Bulan dan hanya dibalas senyuman oleh Mentari.
Jangan salahkan Mentari jika dia menjawab seadanya, bahkan sering hanya menjawabnya dengan senyuman. Karena Mentari itu memang orang yang tertutup, hanya kepada orang-orang terdekatnya saja dia menunjukkan sikap aslinya.
Mereka terus berlari sampai menyelesaikan 5 putaran mengelilingi lapangan. Saat sudah selesai, Mentari dan Bulan duduk berdua dipinggir lapangan.
"Haduh, panasnya."
"Hehe iya nih," timpal Mentari.
Kedua gadis itu masih fokus pada dirinya sendiri, mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan. Sudah panas, ditambah lelah sehabis mengelilingi lapangan yang luas.
"Nih." Seseorang menyodorkan sesuatu kehadapan Bulan.
"Eh, Raja."
Mentari yang masih ada di sana hanya memandangi mereka berdua, lalu langsung mengalihkan pandangan karena merasa tidak sopan.
"Ambil minumnya, haus 'kan pasti?"
"Hehe iya, makasih ya," ujar Bulan sambil tersenyum menatap Raja.
_Cantiknya,_ gumam Mentari dalam hati saat memandangi wajah Bulan. Karena merasa tidak enak atas situasi yang sedang dialami. Mentari langsung pamit kepada Bulan untuk menuju ke kelasnya, dan meninggalkan Raja dan Bulan berdua.
***
Mentari kini sudah berada di kelasnya. Dan direcoki oleh sahabatnya yang tak lain adalah Meilany. Meilany terus saja bertanya pada Mentari tentang bagaimana bisa terlambat dan menanyakan tentang Raja dan Bulan saat di pinggir lapangan tadi. Karena saat itu, Meilany tidak sengaja melihat mereka bertiga bersama.
"Tapi tadi aku liat, Raja bawa dua botol loh, Tar."
"Ya terus?"
"Aku kira, satunya buat kamu," ujar Meilany seperti merasa kecewa karena perkiraannya salah.
"Ya udah sih, kok dipermasalahkan. Lagian, ngapain juga Raja ngasih aku botol itu, orang kita cuma sebatas tau nama doang," jawab Mentari seadanya.
"Ish, tapi 'kan--"
Ucapan Meilany tiba-tiba terhenti oleh kedatangan gurunya di kelas. Pelajaran pun dimulai dan Meilany terpaksa menghentikan aksinya menjadi tukang kepo.
***
Di kelas lain, lebih tepatnya di bangku paling depan sebelah kiri. Ketiga lelaki itu sedang membicarakan sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Bumi
RomanceSetiap manusia layak untuk dicintai. Tidak peduli seberapa buruknya seseorang, seberapa hancurnya seseorang, dan seberapa menyedihkannya seseorang, tapi dia tetap layak untuk dicintai. Seiring berjalannya waktu, yang ditakdirkan pasti akan dipertemu...