Nendra mengernyit, merasa asing dengan tempat yang kini ia tapaki.
Hingga punggung seseorang terlihat di pandangannya. Tanpa ragu, Nendra berlari kearah punggung tegap itu, "Bunda!!!!!!"
Kirana yang mendengar namanya dipanggil menengok kebelakang. Senyum hangatnya terbit setelah itu.
Tubuh bunda hampir limbung jika saja ia tidak bisa menjaga keseimbangannya. Kirana terkekeh geli. "Hei, apa kabar anak ganteng bunda?" Nendra tak menjawab, putra sulung Kirana itu masih setia mendekap erat tubuh sang ibunda.
"Ada apa? Kamu baik 'kan?" Bunda kembali bertanya. Dan merasakan Nendra mengangguk dengan posisi masih memeluknya.
Lagi, Kirana terkekeh pelan. "Udah ih, bunda engap nih,"
Nendra melepas pelukannya, lalu menatap lekat manik berbinar Kirana yang tidak berubah. "Bunda masih sama. Masih cantik." Ucapan itu keluar, bersamaan senyum penuh rindu yang Nendra perlihatkan.
Bunda sedikit tersipu. Tangannya memukul pelan lengan kiri sang putra. "Kamu juga masih sama, masih sering godain bundanya." Bibir Kirana mengerucut lucu, membuat Nendra terkekeh dibuatnya.
"Tuhkan, masih awet muda banget. Sifat ngambekannya juga masih ada. Ih, bunda tuh kayak nggak tua-tua tau."
Nendra masih sibuk dengan kekehan nya, sebelum bunda menyuruh dirinya duduk di rerumputan. "Kamu beneran baik 'kan?"
Nendra mengangguk cepat. "Alhamdulillah baik. Baaaiiikkk bangeeett! Ayah, sama Lendra juga baik. Bunda nggak perlu nge-khawatirin apapun."
Bunda mengangguk. Kemudian Nendra menempatkan kepalanya di paha Kirana, menutup matanya sejenak. Menikmati angin yang menerpa wajah tampannya.
"Gimana, kabar adik bungsu kamu? Dia baik juga, 'kan?" Pertanyaan yang sedari tadi tertahan di bibir, akhirnya keluar.
Nendra membuka matanya perlahan, matanya masih setia mengamati wajah ayu sang bunda. Lantas mengangguk, "Baik. Tapi Nendra nggak tau lebih tepatnya."
Hening, baik Nendra dan Kirana tak ada lagi yang mengeluarkan suara setelahnya.
"Sayang, jangan benci Raksa, ya. Gimanapun, itu bukan salah dia. Bunda pergi, itu karena memang takdir bunda. Walau waktu itu Raksa nggak lahir, mungkin bunda akan tetap pergi karena penyakit yang bunda derita."
"Waktu itu, sebelum bunda pergi. Bunda nggak dengerin tangisan apapun dari adik kamu. Raksa terlahir lemah, bahkan sampai sekarang pun sama. Cuma, dia pinter nyembunyiinnya. Dia sakit, bahkan lebih sakit dari bunda."
"Di sini, bunda nggak bisa ngebela Raksa secara langsung. Jadi bunda minta tolong, jagain Raksa ya..? Tolong jadi perantara bunda untuk ngelindungin bungsu bunda. Bilang ke Raksa, tunggu sebentar lagi, bunda pasti bakal jemput dia."
"—Bilang ke Raksa, sebentar lagi, semuanya bakal selesai. Semuanya bakal kembali seperti semula." Bunda menatap manik legam Nendra dalam. Berharap putra sulungnya menjawab 'iya' dengan lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Ayah
Acak❝Tujuan Raksa hidup itu cuma satu, dapetin maaf ayah. Setelah semuanya selesai, Raksa bakal pulang, ketemu sama bunda.❞ ©marchsky 29 April, 2021.