ba

4.6K 260 1
                                    

Hidup itu bukan hanya untuk mengejar apa yang kita sukai tapi juga untuk belajar menerima apa yang kita miliki saat ini. Dalam hal apapun tak terkecuali tentang cinta. Drama apa lagi yang akan terjadi nanti biarlah menjadi rahasia ilahi.

.
.

.
.

"Minum apa?" Tanya Dera pada Niki yang asik menatap layar ponselnya

"Kopi" hanya jawaban menyebalkan tanpa memalingka  wajah

Didalam bioskop mereka semua duduk dideretan paling belakang. Entahlah posisi ini yang menjadi kesukaan karena memang mereka pasti asik menjaili satu sama lain dan tidak ingin terlalu mengganggu pengunjung yang lain. Posisi duduk paling pojok pinggir juga adalah posisi kesukaan Niki.

Film sudah diputar beberapa saat yang lalu tapi mereka semua masih saja asik mengobrol satu sama lain. Beruntungnya bioskop tidak begitu ramai karena memang masih dijam kerja.

"Lho kok air?" Protes Niki

"Kalau mau cepet mati sekalian sana bunuh diri, heran gue perasaan sehari ini udah berapa gelas kopi yang masuk perut lo" sarkas Dera karena memang Niki pecandu kopi

"Thanks Bora" jawab Niki dan Dera tidak lagi menyahut karena merasa percuma toh Niki akan tetap memanggilnya dengan sebutan itu

Film sudah selesai dan mereka semua keluar menuju timezone untuk bermain ya walaupun usia mereka sekarang bukan lagi remaja. Dan benar saja kelakuan mereka mengundang banyak mata memperhatikan mereka.

"Apa Niki???" Dera kesal karena Niki menarik bajunya

"Potong rambut yuk" ajak Niki yang membuat Dera mengernyit bingung

"Hahh seriusan? Lo lagi sadar kan?" Dera heran karena Niki memang suka dengan rambut panjang

Hanya anggukan kepala sebagai jawaban Niki dan mereka berdua pamit sebentar.

Disalon Niki terlihat melihat beberapa contoh model rambut yang katanya sedang kekinian. Setelah mematabkan pilihan Niki langsung duduk dan segera dikerjakan oleh salah satu pegawai salon.

Selesai dipangkas Niki menemui Dera yang hanya menunggu sambil membaca email pekerjaan yang masuk diponselnya.

"Udah Bora" kata Niki yang membuat Dera menyimpan ponsel kedalam tas dan beranjak berdiri

"Astaga Nikiiiiii" Dera spontan berteriak melihat gaya rambut apa yang dipilih sahabat karibnya

"Lo gila ya? Ya Tuhan Niki ahh gue ga tau deh harus bilang gimana awas aja kalo lo diusir pas pulang nanti" kata Dera

Sama dengan Dera, keempat sahabatnya yang lain juga sangat kaget dengan perubahan penampilan Niki sekarang dan hanya bisa diam.

Setelah hari larut malam mereka semua menuju villa untuk menginap. Kali ini mereka kevilla keluarga milik Niki. Setelah sampai mereka masuk kedalam kamar dan membersihkan badan untuk acara malam yaitu barbeque.

Mereka sudah membagi tugas yaitu para pria menyiapkan panggangan sedangkan kaum wanita bertugas meracik bumbu dan menyiapkan minuman. Tapi tidak dengan Niki dia malah bergabung dengan teman-teman prianya, bukan karena Niki tidak bisa meracik bumbu tapi karena alasan pasti mereka akan berceramah panjang karena perubahan penampilannya.

"Lo lagi galau ya Ki?" Joya memberikan pertanyaan

"Emang kenapa?" Bukannya menjawab Niki malah balik bertanya

"Gue tau sampai detik ini lo ga bisa lupain dia, sorry kalau gue tiba-tiba bahas masalah ini setelah sekian lama" kata Joya lagi

"Ga akan bisa lupa Jo" jawab Niki memberikan senyum palsunya

"Mau ketemu? Selesaikan apa yang seharusnya diselesaikan?" Kata Joya lagi yang membuat Niki termenung sesaat

"Kita punya kesepakatan kok, dan ga akan ingkari itu jadi kalian semua ga usah khawatir karena gue baik-baik aja" jawaban Niki membuat semuanya terdiam memperhatikan raut wajah dan sorot matanya

"Dia pulang minggu depan" ucapan Sonya dari arah belakang membuat kaget semuanya terlebih Niki

Niki tercenung dan mendadak lidahnya kelu tidak bisa berucap dan otaknya seperti disengat listrik yang membuatnya berhenti berpikir. Kelima sahabatnya sangat tau betul saat seperti ini adalah pukulan yang sangat teramat berat untuknya. Dera perlahan mendekat dan mengusap halus pundak Niki. Mereka semua memang sepakat apapun yang terjadi mereka akan selalu saling memberi dukungan.

"Bisa dimulai sekarang aja kan" Niki mencoba mencairkan suasana dan tidak ingin membuat usaha sahabatnya sia-sia

"Iya bisa tapi kayaknya gue harus bakar lagi yang baru, tuh sosisnya gosong" ucapan Hendrik membuat Niki melihat apa yang dihadapannya dan ternyata benar sontak mereka semua tertawa

Setiap mereka mengadakan acara memang pasti ada saja kelakuan dari salah satu mereka yang mengundang gelak tawa.

"Ehhh masih ada beer lagi kan? Kayaknya kurang nih" kata Reno

"Mau pada mabok nih?" Tanya Sonya

"Gue yang ambil" Niki berjalan masuk kedalam villa lalu Dera mengikutinya dari belakang

Ditempat penyimpanan sebelah dapur Niki berdiri sambil menegak langsung satu kaleng beer tanpa jeda. Mungkin hanya dia dan Tuhan yang tau kesakitan hatinya saat ini.

"Gue tau lo pasti kuat Ki, kita semua bakal ada buat lo" Dera memeluk Niki dari belakang

"Awalnya gue yakin kalau gue kuat, tapi kenyataannya lo liat kan kalau gue lemah" ucap Niki dengan bergetar

"Kita semua ga ada yang tau tujuan dia pulang kali ini apa sesuai kesepakatan lo atau karena hal lain, setidaknya lo bisa ketemu dia gimanapun hasilnya nanti" kata Dera

"Iya Bora, thanks" jawab Niki yang membuat Dera dengan cepat melepaskan pelukannya dan memutar badan Niki agar menghadapnya

"Lo emang paling bisa ngerusak moment, dah buruan sana mabok mabokan sana gue ijinin" kata Dera dengan ketus dan menyentil jidat Niki

"Tumben? Lo ga minta naik gaji kan?" Pertanyaan Niki membuat Dera menggeram karena kesal

"Gue ga mau naik gaji, kasih gue sesuatu yang lain aja" jawab Dera

"Apa?" Niki mencoba menerkanya

"Kasih gue Niki yang dulu, bisa?" Kata Dera sambil menatap dalam kedua bola mata Niki

"Gue juga sedang berusaha kok, yukk kesana lagi ntar villa gue dibakar sama mereka" canda Niki

Para pria memang benar-benar mabuk malam ini termasuk Niki bahkan mereka sudah tidak sanggup menopang badan sendiri dan tentu saja para wanita sangat geram dibuatnya. Dipapah satu persatu masuk kamar dan kemudian dibaringkan ketempat tidur. Niki yang masih setengah sadar menolak saat diajak masuk dan bersih keras tetap mau diluar. Mereka tidak ada yang memaksa Niki dan hanya meminta Niki mengganti kaosnya yang susah basah dan untungnya dia menurut.

Pagi harinya Niki sudah bersiap untuk lari pagi padahal semalam hanya tidur dua jam. Sonya dan Dera menemaninya untuk olah raga pagi disekitar villa. Karena sekarang hari minggu tentu saja suasana sekitar sangat ramai dan banyak kensaraan berlalu lalang.

"Lo mau beli minum apa?" Tanya Sonya karena mereka memang tidak membawa air minum

"Gue aja yang beli kalian tunggu" jawab Niki yang langsung melenggang menyeberang jalan

"Der, lihat deh itu anak makin lama kok gue ngerasa makin jauh sama dia" kata Sonya

"Bukan cuma lo Son, gue yang hampir 24 jam sama dia juga sama kayak dia tuh jaga jarak dan itu bikin gue ga tenang" jawab Dera yang melihat kearah seberang jalan

"Gue sayang sama dia Der, orang sebaik Niki kok bisa ngeeasain sakit yang sangat kayak gini" kata Sonya yang susah berkaca-kaca

Tiiiiiiiiiiinnnnnnn!!!!!!!

BRRAAAAKKKK!!!!!!!!!!





























.
.
.
.

Another SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang