"Jadilah dirimu sendiri, Karena
orang mana yang mau menjadi dirimu?"
.
.
-Sebastian Jourdan
.
.Happy Reading!
***
Bel sekolah sudah berbunyi satu jam yang lalu, dan di masing-masing kelas sudah ada guru yang mengajar sesuai jadwal masing-masing, dan kini di kelas XII IPA sudah ada Pak Kumis yang mendongeng.
"Bapak tuh dulu sekolah jalan kaki, nulis masih pake biting kertasnya pake daun, pake sendal jepit itupun melewati sungai yang luas buanget," curhat Pak Kumis, ya Pak Kumis seperti karena keterlambatan Dava dan Kenzy.
"Kalian udah ada motor mobil, sekolah elit kok masih males-malesan,"
"Beda orang beda perinsip, Pak!" jawab Krisna.
"Bapak tuh kadang pusing mikirin kalian semua!"
"Yaudin gausah dipikirin lah Pak, hidup kok dibuat susah!" sahut Dava.
"BAPAK CAPEE... CAPEE BUANGET!"
"Istirahat kali, Pak!" jawab Joko.
"JANGAN NGEJAWAB!" bentak Pak kumis.
"Kalian mo jadi apa nanti besar hah? Mau ngajarin sikap begini ke anak cucu kalian nanti?" tanya nya.
"KENAPA PADA DIEM? NGGAK SOPAN BANGET DITANYA TUH JAWAB!"
"ALAH BOH PAK! TADI JAWAB DISURUH DIEM, SEKARANG DISURUH JAWAB, BUBAR AE BUBAR!" teriak Krisna, karena teman-temannya yang entah gila atau bagaimana sekelas bubar keluar.
Hanya menyisakan Raihan dan dua anak ambis lainnya yang berada didalam kelas, yang lain sudah ngacir keluar kelas.
"ASTAGFIRULLAH DARAH TINGGI BAPAK LAMA-LAMA NGAJAR DIKELAS INI!" Pak Kumis nyelonong pergi keluar meninggalkan tiga anak itu.
Sedangkan semuanya sudah berpencar entah kemana, ada yang ke kantin, bolos, nongki di belakang sekolah, ke kelas lain.
Dan disini Kenzy dkk berada di belakang sekolah, tepatnya di warung yang biasa mereka buat nongkrong kalau suntuk dikelas, jika ada bel pun masih bisa terdengar.
"Haikal tadi siapa yang jagain?" tanya Dava, Haikal memang belum di perbolehkan pulang dari Rumah sakit.
"Kalo nggak bibi ya Kak Winda," jawab Kenzy.
"Kak Winda tuh siapanya Haikal sih? Bukannya dia itu anak satu-satunya ya?" tanya Krisna.
"Sepupu tapi dari dulu Kak Winda yang ngerawat Haikal, jadi mereka nganggep kakak adek an gitu," jelas Dava.
Winda saha? Ya Winda itu.
"Gue kasian ama adek gue, sangking pendiemnya dia dikelas gapunya temen!" keluh Krisna, memang Kalyca berbeda 360° dengannya Kalyca cenderung pendiam dengan orang baru, tidak mudah bergaul juga anaknya.
"Yaudah sih suruh gabung aja ama sini," sahut Bastian.
"Bukan gitu Bas, dia mana mau gabung ama geng yang isinya buaya semua," jawab Krisna.
"Lambemu!" Dava menonyor bibir Krisna.
"Suruh gabung ke geng Alesha aja," usul Arsya.
"Emang Alesha sama temen-temennya bakal mau gitu?" tanya Krisna.
"Pasti mau, mereka orang baik!" jawab Arsya.
"Coba nanti gue omongin ke Letta," sahut Fathur.
Tak lama bel istirahat berbunyi, kini tujuan mereka berenam adalah kantin, diwarung tadi mereka cuma nge es doang, makannya tetep mau dikantin katanya, sekalian cuci mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alesha || On Going
Random"Dirimu hilang dari pikiranku, tapi tidak dengan kenangannya" -Alesha