[ 04 ]

517 88 9
                                    

In author's eyes..


_______

Pilihan yang salah bagi Saka karena telah mengajak seorang Joandra menemaninya belanja kebutuhan bulanan.

Di sekolah tadi, Joan bilang akan menginap di tempatnya malam ini. Tanpa bertanya apapun Saka langsung mengizinkan.

Tetapi sesampainya di apartemen, Saka baru ingat jika persediaan bahan makanan miliknya telah habis, jadi mau tak mau ia pergi ke supermarket yang jaraknya lumayan itu.

Meski lelah, Saka tetap pergi. Jika tidak, mau makan apa ia malam ini. Delivery Order bukanlah pilihan, Arsaka bukan tipe yang suka DO makanan jika bukan karena terdesak. Ia lebih suka memasak makanannya sendiri.

Joan yang sudah kelewat excited mendengar kata belanja mana mau ditinggal sendirian di apartemen, tentu sahabatnya itu memaksa untuk ikut.

Kini, Arsaka total menyesali keputusannya.

Selain banyak bicara, mengajak Joan berbelanja ternyata juga menguras emosi Saka. Pasalnya mereka berdua tidak berhenti berdebat tentang hal kecil sekalipun daritadi.

Seperti saat ini, keduanya sampai di depan rak sayur dan buah buahan. Mungkin mulut Joan gatal jika diam lima detik saja, makanya dia terus bicara ini itu.

"Sayur mulu yang dibeli, gue tiap liat kulkas lo pasti ada sayurannya, berasa melihara kambing tau ga," ledek Joan, ia memainkan sebuah apel di tangannya. Di lempar-tangkap ke udara.

"Ck, daripada makan makanan instan mending sayuran lah, sehat. Lagian kambing mah makanan nya rumput," Arsaka membela diri.

"Iya sih, bener juga lo. Udah yuk kita ke rak daging aja deh," ajak Joan. Pemuda itu melesat menuju rak daging yang tidak jauh dari sana. Diikuti oleh Saka.

"Lo punya alergi nggak?" tanya yang lebih muda. Ia bergerak menuju rak berisi seafood, lalu mengambil sebungkus udang segar.

"Kalo makanan sih enggak," sahut Joan. Kini tangan pemuda itu sudah penuh dengan bungkusan daging ayam fillet beserta daging sapi.

Melihat itu Saka membelalak, "Eh, banyak banget, Jo. Gak akan cukup uang bulanan gue buat bayar itu semua."

"Siapa bilang ini buat bulanan lo, ini tuh buat persediaan gue, Sak. Tenang, gue bayar sendiri kok. Gue gak mau kalo dirumah lo makan sayur mulu, bisa jadi kambing beneran ntar gue," Joan memanyunkan bibir yang bukannya terlihat imut tetapi malah sangat menyebalkan di mata Saka.

"Ck, terserah lo lah," menghela pasrah, Saka malas mendebat Joan, hanya membuang tenaga.

Setelah Saka memastikan tidak ada yang kurang dari belanjaannya, dua sejoli itu beriringan menuju kasir.

"Totalnya delapan ratus tujuh puluh ribu mas, pembayaran menggunakan kartu atau uang cash?" tanya mbak kasir.

Baru akan mengeluarkan dompetnya, gerakan Saka lebih dulu disela oleh suara Joan.

"Pakai kartu, mbak," ujar pemuda itu sembari menyodorkan sebuah kartu hitam.

"Heh, ngapain lo-"

"Ssstt, udah diem aja," Joan mengisyaratkan telunjuk di depan bibir, menghentikan aksi Saka yang hendak protes.

Selesai membayar, Joan mengangkat dua plastik besar berisi belanjaan sekaligus. Menyisakan satu plastik kecil berisi bungkusan daging yang sengaja dipisah agar dibawa oleh Saka yang mengomel dibelakangnya. Mengatai tingkah laku Joan yang selalu seenaknya.

Diam - diam Joan tersenyum tipis, belanja bersama ternyata bisa jadi se-menyenangkan ini jika bersama Arsaka.

_______

tbc.

niskala - jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang