[ 13 ]

354 70 11
                                    

In author's eyes..

_______

Suara pintu apartemen yang terbuka mengalihkan atensi Arsaka dari televisi di hadapannya. Ia beranjak dari sofa untuk memastikan siapa yang datang malam - malam begini, meskipun tahu kemungkinan besarnya adalah Joandra.

Benar dugaannya bahwa yang datang adalah sosok sahabatnya itu. Dengan penampilan yang cukup berantakan.

"Joan, lo kenap-"

Grep!

Belum sempat kalimat tanya selesai ia lontarkan, ia didekap oleh yang lebih tua sampai tubuhnya terdorong ke belakang, saking eratnya.

Arsaka membeku. Namun tak lama kemudian membalas pelukan itu dengan mencengkeram sisi jaket yang dikenakan Joan.

Harum yang menenangkan menyeruak, memenuhi indra penciuman Joandra. Entah sejak kapan aroma tubuh Arsaka menjadi secandu ini.

"Plis, biarin kaya gini dulu sebentar. Jangan lepas," suara berat Joandra terdengar bergetar. Sedikit teredam karena wajahnya ia tenggelamkan di ceruk leher Arsaka.

Saka hanya balas mengangguk pelan kemudian menyandarkan kepalanya di bahu lebar Joandra. Masih kebingungan atas perilaku sahabatnya itu yang secara tiba - tiba datang lalu memeluknya erat. Apa yang terjadi?



Keduanya bertahan di posisi itu selama lebih dari lima belas menit. Arsaka tidak protes, ia malah fokus menyimak detak jantung Joan yang awalnya cukup ribut kini mulai berdegup stabil. Nafasnya yang memburu pun kini mulai teratur.

Dengan gerakan lembut, Saka melepaskan diri kemudian menarik lengan Joandra supaya duduk di sofa.

"Ada apa, hm?" jemari lentiknya bergerak merapikan rambut Joan yang sedikit berantakan karena angin.

Pandangan mereka bertemu, hazelnya bersirobok dengan oniks kelam milik Joandra. Kemudian hening, keduanya sibuk menyelami netra masing - masing.

Bisa Saka rasakan banyaknya emosi yang terpendam di mata sahabatnya itu. Terbukti dengan bola matanya yang memerah dan cairan bening di pelupuk mata yang siap jatuh kapan saja.

Perlahan, Joandra merapatkan diri pada Arsaka.

"Sak.." lirihnya.

"Gue cuma punya elo sekarang, jadi gue mohon, jangan pernah pergi.. Apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalin gue, ya?"

Saka mengangguk pasti. Kemudian tersenyum manis hingga dimple-nya tercetak jelas.

"Janji?"

"Iya. Gue gak akan pergi kemanapun, Joan. Janji," Arsaka menyodorkan kelingkingnya dan disambut kelingking Joandra. Pinky promise.

Kali ini Saka mendekap erat tubuh Joan sambil sesekali mengusap punggung lebar yang kini tengah rapuh itu. Membisikkan kalimat - kalimat penenang di telinga sahabatnya.

Tak lama kemudian Saka merasakan bahunya basah. Joandra terisak pelan.

Isakan pilu tersebut membuat hati Saka ikut hancur. Seandainya rasa sakit bisa dibagi, saat ini ia rela jika harus menanggung luka di hati Joan.



Oh, Arsaka. Tidakkah kamu sadar perasaanmu itu bukan hanya sekedar simpati belaka? Debaran aneh di dadamu selama didekatnya itu tidak bisa berbohong.

Untuk kedepannya, persiapkan dirimu, Arsaka. Lambat laun, kamu akan jatuh lebih dalam. Lagipula, Joandra Pradipta bukan sosok yang mudah untuk hatimu lewatkan begitu saja.

_______

• author's corner :

Double up done, ya. Kita jumpa lagi minggu depan.

See you.

niskala - jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang