[ 07 ]

428 79 11
                                    

In author's eyes..

_______

Malam semakin larut, otomatis udara dingin Seoul semakin menusuk. Joan berjalan menghampiri Saka setelah memarkirkan mobilnya, tanpa aba - aba menggenggam tangan sahabatnya itu-menyalurkan kehangatan yang ia punya.

"Ayo, Sak. Keburu makin dingin, kita harus sampai puncak Namsan sebelum saljunya turun," ujarnya, mulai melangkah memimpin jalan tanpa melepas genggamannya.

Yang digandeng hanya diam, memandang punggung lebar Joan dari belakang. Arsaka berdebar, entah karena tak sabar melihat salju turun untuk pertama kalinya atau karena kini seseorang tengah menggenggam erat tangannya, seolah tak ada hari esok.

.

Seperti dugaan, Namsan penuh sesak oleh pengunjung. Mulai dari kalangan anak - anak, remaja, dewasa hingga lansia. Dari turis asing hingga domestik.

Arsaka masih mengamati sekeliling tatkala seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Ia refleks berbalik dan tanpa sadar ia melepaskan gandengannya pada Joan.

Terlihat seorang gadis remaja yang ia yakini sebagai penduduk asli Korea sedang memandangnya berbinar - binar.

"Cheogiyo oppa, heokshi yeojachingu isseoyo?" ucap si gadis.

(Permisi oppa, apakah kamu sudah memiliki pacar?)

Terdengar sorakan tertahan dari beberapa remaja lain tak jauh dari mereka, yang pastinya merupakan teman - teman gadis ini.

Arsaka membeku sejenak, memproses apa yang baru saja perempuan itu ucapkan. Pasalnya ia tak mengerti bahasa Korea sedikitpun.

Syukurlah tak lama kemudian Joan datang dengan tergesa, "Gue pikir lo ngilang, Sak. Astaga, hampir jantungan gue," pemuda itu mengatur nafas.

Si remaja tadi terkejut mendengar Joan menggunakan bahasa asing pada Arsaka. Sepertinya ada sedikit kesalahpahaman disini.

"Jo, lo 'kan bisa bahasa Korea ya, tolong terjemahin ini anak tadi ngomong apa gue nggak tau, kayaknya dia ngira gue orang Korea," Arsaka menunjuk perempuan yang sedari tadi memasang wajah kebingungan.

Setelahnya Joan berbincang dengan remaja itu, mungkin menjelaskan bahwa mereka bukan orang Korea. Entahlah. Arsaka tidak mengerti sama sekali jadi ia putuskan untuk kembali mengamati sekeliling, kali ini sembari mengambil beberapa foto dengan handphone miliknya. Keindahan Seoul di malam hari benar - benar luar biasa. Sayang jika tidak diabadikan.

Perbincangan itu selesai dengan Joan yang terlihat bertukar nomor ponsel dengan si remaja. Raut kebingungan nya telah hilang berganti dengan ekspresi bahagia. Entah apa yang Joan katakan pada gadis itu.

"Udah, Jo? Yuk lanjut jalan aja keburu malem," ajaknya yang diangguki Joan.

Namun belum sempat ia melangkah, rasa sakit menghantam kepalanya. Benar - benar sakit, sampai Arsaka refleks memejamkan matanya. Detik berikutnya ia merasakan sesuatu mengalir dari hidungnya. Darah.

Setelahnya entah apa yang terjadi di sekitarnya karena indera pendengarannya berdenging keras sekali, teriakan panik Joan yang memanggil namanya bahkan hanya samar - samar di telinga Arsaka.

Hal terakhir yang ia lihat malam itu adalah butiran - butiran putih turun dari langit, indah sekali.

Kemudian semuanya menggelap, Arsaka pingsan.

_______

• author's corner :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• author's corner :

Kira - kira Saka kenapa, ya?

Btw makasih banyak buat yang udah baca cerita yang gak jelas ini dan makasih juga udah luangin waktu buat vote, hehe.

Karena ngetiknya spontan jadi aku nggak bisa mastiin kapan mau update, tapi asal beres ngetik draf pasti langsung aku publish kok.

See you.

niskala - jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang