[ 18 ]

415 68 14
                                    

In author's eyes..

_______

Minggu lalu, masa - masa ujian kelulusan resmi berakhir. Joandra kini tengah menikmati waktu akhir pekan-nya sendirian di balkon kamar miliknya.

Ya. Joan kembali tinggal di rumah utama saat ini.

Setelah pergi dari apartemen Saka kala itu, secara kebetulan-atau mungkin tidak, Joan mendapatkan pesan dari sang Ayah yang berisi permintaan maaf serta memohon agar Joandra kembali ke rumah.

Tak punya pilihan lain, dirinya memutuskan untuk mengesampingkan ego dan kembali ke rumah besar itu.

Untuk sementara, ia akan mencoba melupakan semua yang terjadi antara keduanya untuk saat ini. Lagipula Joandra merasa belakangan ini sikap Ayahnya perlahan berubah, beliau seolah kembali menjadi sosok 'Ayah' yang ia kenal.

Bukan lagi sosok Tuan Pradipta yang keras serta tak kenal belas kasih.

Meski tak dapat dipungkiri, ia merasa pasti ada sesuatu yang membuat Ayahnya berubah. Entah apa itu.

Tok! tok!

Pintu diketuk dari luar tak lama terdengar suara khas sang Ayah, "Joandra, ini Ayah. Boleh Ayah masuk?"

"Masuk aja, Yah. Pintunya nggak dikunci," serunya dari balkon.

Lantas sosok pria paruh baya itu masuk lalu mendekati Joandra. Kemudian duduk di bangku dekat sang anak.

Diam sejenak, Gavin-nama Ayah Joan-memerhatikan sosok tinggi di hadapannya dengan seksama dari atas hingga ke bawah.

Tak terasa, si kecil jagoannya telah tumbuh dewasa, mengapa waktu berlalu begitu cepat? Pikirnya.

"Ada hal penting yang mau Ayah bicarain?" tanya Joan memecah keheningan.

"Ya. Ada sesuatu yang harus kamu tau, Joandra, sesuatu yang sangat penting. Jadi, selama Ayah cerita, jangan sela ucapan Ayah, mengerti?" ujar Gavin.

Joandra hanya mengangguk untuk menanggapinya.

"Sebelumnya Ayah minta maaf karna baru bisa ceritain hal sepenting ini ke kamu sekarang, dulu mendiang Bunda-mu selalu ngelarang Ayah buat kasih tau semua sampai saat sebelum dia pergi, Bunda baru kasih izin..."

"...meski begitu kamu harus inget kalau Bunda sama Ayah selalu sayang sama kamu, nak."

Mendengar itu Joandra merasakan gejolak aneh di dadanya, feeling-nya mengatakan bahwa apapun yang akan Ayahnya ceritakan merupakan suatu hal yang besar.

Menarik nafas pelan, Gavin memulai kalimatnya dengan menceritakan pernikahan dirinya dengan Park Jihye-mendiang Bunda Joan-yang mana merupakan hasil perjodohan orangtua mereka.

Awalnya tak ada rasa apapun diantara keduanya hingga Jihye mulai jatuh cinta terhadap Gavin. Namun, tidak sebaliknya.

Di usia dua tahun pernikahan, keduanya tak kunjung dikaruniai anak. Ketika melakukan check up, dokter menyatakan bahwa Jihye mengalami kelainan rahim. Yang membuatnya tak bisa memiliki keturunan.

Hal ini juga-lah yang membuat Jihye pada akhirnya meninggal akibat kanker serviks yang di deritanya di kemudian hari.

Sampai di tahun ketiga usia pernikahan, Gavin mengakui bahwa dirinya memiliki wanita yang ia cintai. Dia adalah ibu kandung Joandra, Helena namanya.

Ketika itu, Helena tengah mengandung, dan ternyata anak itu kembar.

Jihye sangat terpukul mendengarnya.

Awalnya Jihye ingin menyingkirkan wanita itu, namun ia tak sampai hati bila anak tak bersalah itu harus menanggung akibat perbuatan suaminya dan terlahir tanpa memiliki orangtua kandung yang sah.

Akhirnya, Jinhye memutuskan untuk mengizinkan Gavin berpoligami, dengan syarat ia akan mengasuh salah satu anak dari hubungan gelap suaminya sendiri.

Anak itu....adalah Joandra.

"Ibu beserta saudaramu tinggal di Seattle selama ini..." Gavin menatap mata sang anak yang telah berair.

"....dan yang waktu itu berniat ayah kenalkan adalah ibu kandung kamu, Joan."

.

Setelah mendengar seluruh cerita itu, batin Joandra sangat terguncang. Tak menyangka bahwa bunda yang selama ini merawatnya ternyata bukanlah ibu kandungnya.

"Sekarang ada dimana mereka, Ayah?" Joan bertanya dengan suara serak akibat tangisan yang tertahan.

"Mereka tinggal di Jakarta sejak satu tahun yang lalu. Awalnya Ayah berniat mengajak mereka tinggal seatap dengan kita. Tapi saat itu Ayah paham kamu masih belum melupakan kesedihan atas kepergian Bunda-mu.."

"..jadi, sekarang apa kamu keberatan, nak?"

Joandra mengangkat kepalanya cepat, "Nggak sama sekali. Tolong, pertemukan Joan sama Ibu kandung Joan, Ayah."

Sang ayah tersenyum teduh kemudian mengusap pelan bahu putranya, "Itu artinya kamu juga udah siap ketemu sama dia 'kan?"

Mendengar pertanyaan itu, Joandra kembali tercenung.

Benar. Ia juga akan bertemu saudara kembarnya yang terpisah sejak lahir.

'Apa dirinya siap?'

Entahlah. Joandra bahkan tak tahu harus bereaksi seperti apa nantinya.

_______

author's corner :

Kerasa gak sih alurnya kayak makin gak jelas. Maaf T-T

Ah. Whatever.

Anyways, masalah Joan aku anggap udah clear ya. Tenang, nanti juga ketemu sama kok sama kembarannya.

Spoiler dikit habis ini kita beralih ke asal usul problematika Arsaka.

See you.

niskala - jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang