[ 05 ]

459 77 7
                                    

In author's eyes..

_______

Joandra mendengus keras untuk yang kesekian kalinya. Dia tak suka jika Arsaka dalam mode silent sepenuhnya. Jika begini terus Joan bisa mati kebosanan.

Sepertinya mood sahabatnya itu sedang buruk. Joan tidak tahu pasti alasannya, yang jelas ia merasa tak membuat kesalahan apapun.

Mungkinkah Arsaka kesal padanya? Tapi kenapa? Joan memikirkan lagi apa yang telah ia lakukan seharian ini.

Begitu selesai makan malam tadi, Saka lebih memilih fokus dengan gawainya. Dipanggil berapa kali tetap tidak menyahut sedikitpun. Joan total diabaikan.

"Sak.."

"Saka.."

"Arsakaa.."

"...."

Joan masih mencoba mendapatkan perhatian Saka, tapi tidak berhasil.

"Gue enggak suka dicuekin, sak."

"Gak ada yang tanya."

Menggaruk kepalanya frustrasi, Joan bangkit dan memutuskan untuk pergi ke dapur.

Tak lama kemudian pemuda itu kembali dengan sekaleng kopi dan segelas susu dari lemari pendingin.

"Sak, gue mau cerita," Joan menyodorkan gelas berisi susu yang langsung diterima oleh sahabatnya itu.

Berhasil.

Arsaka mengalihkan atensinya dari smartphone lalu meneguk susu pemberian Joan. Kemudian menyamankan posisi duduknya di sofa.

"Lo tuh emang harus didiemin dulu baru mau cerita ya," senyum Saka mengembang. Hal yang sangat langka mengingat pemuda itu biasanya hanya memasang wajah datar.

Joan cengo, jadi Saka sengaja diem buat mancing dia biar cerita tentang masalahnya? Bukan karena kesel?

Oke, masuk akal. Tapi gimana Saka bisa tau kalau Joan lagi ada masalah?

"Gak usah bingung gitu, kita temenan udah lumayan lama, Jo. Dari gelagat lo ketauan banget kalo lagi ada masalah, buktinya aja sekarang lo nginep disini lagi 'kan," Saka membaringkan kepalanya di paha Joan.

"Nah, sekarang ayo cerita. Gue dengerin," titahnya.

Jadilah malam itu keduanya habiskan untuk saling bertukar cerita, nasihat dan pendapat masing - masing mengenai prahara hidup yang mereka alami.

Sejujurnya Saka tak pernah berbagi cerita hidup dengan siapapun. Tapi karena ini adalah Joan, maka dia dengan senang hati mendengarkan keluh kesah sahabatnya itu sampai beban di pundaknya terasa berkurang.

Oh, Arsaka. Kamu tidak tahu saja ada hati yang berbahagia hanya karena kamu mau mendengarkan kisahnya tanpa men-judge sedikitpun. Hati yang senantiasa bertalu tiap kali tatapan matanya bertemu dengan netra jernih milikmu.

Malam telah larut.

Joandra tersenyum kala mendapati sahabatnya tertidur pulas di pangkuannya. Ia terkekeh gemas melihat bibir semerah cherry itu sedikit mengerucut.

Ia dekatkan wajahnya untuk melihat lebih jelas keindahan seorang Arsaka ketika tidur. Ekspresinya sangat tenang, bulu matanya sangat lentik untuk ukuran seorang laki-laki, pipinya yang sedikit berisi itu sangat menggoda untuk dici-eh? Joan menggeleng keras, apa apaan!

Singkirkan pikiran anehmu, Joan! Teriaknya dalam hati.

Akhirnya ia putuskan untuk menggendong sahabatnya dengan super hati-hati. Kemudian dibaringkannya tubuh kurus itu di kamar supaya bisa tidur dengan nyaman tanpa harus bangun dengan rasa sakit di seluruh tubuh esok hari.

_______

tbc.

niskala - jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang