[ 15 ]

409 69 19
                                    

In author's eyes..

_______

Semakin kesini, hubungan persahabatan antara Joan dan Arsaka semakin terjalin erat. Entah sadar atau tidak, keduanya kini mulai saling bergantung.

Mulai dari Joan yang membantu Saka agar bisa bangun lebih pagi, sampai Arsaka yang membantu Joandra ketika kesulitan memahami materi. Atau saat Arsaka memasak, maka Joandra yang mencuci. Rasa sepi yang semula mendera keduanya pun kini perlahan terobati.

Semuanya berkat kehadiran satu sama lain.

Arsaka senang, tentu saja. Terkadang jantungnya sampai berdebar tak karuan hanya karena melihat tawa Joandra.

Namun, pemuda manis itu cepat - cepat menyadarkan diri. Selama ini, ubungan mereka berdua hanya sebatas sahabat dan teman satu atap. Tidak lebih. Dan seterusnya akan tetap seperti itu.

Arsaka sudah sering memikirkan hal ini. Anggapan bahwa dirinya menyukai Joandra segera ditepis keras - keras oleh logikanya sendiri. Persahabatan mereka sudah sejauh ini, ia tidak ingin jika itu berubah hanya karena keegoisannya.

Tidak. Arsaka tak bisa membayangkan jika harus kehilangan sahabat terbaiknya yang berharga apabila status mereka berubah lebih dari ini.

“Saka? Lo ngelamun?” suara yang amat dikenalinya itu mendistraksi pikiran Arsaka.

“Hm?”

Joandra mengambil posisi duduk di sampingnya kemudian menaruh sebelah tangan di dagu, menatap Arsaka.

“Mikirin apa?”

Tak menjawab, Arsaka justru sibuk menerka tatapan yang diberikan Joandra terhadapnya. Dibalik mata itu, Saka tahu tersimpan sesuatu yang sangat besar melebihi apapun.

Kasih sayang.

Lagi - lagi Arsaka dibuat gelisah. Wajarkah seorang sahabat memberikan tatapan semacam itu?

Ia juga bertanya - tanya pada dirinya sendiri, selama ini bagaimana cara dia menatap Joandra?

Ah, apapun itu tak menjadi masalah. Mulai sekarang ia harus lebih mengontrol diri. Setidaknya ketakutan Arsaka tak akan terjadi bila ia tetap diam.

Karena sekalipun mereka berdua saling menyukai, kemungkinan untuk bisa bersatu sangatlah kecil. Untuk sementara, Arsaka mohon biarkan semuanya tetap seperti ini. Jangan ada yang berubah diantara mereka, Saka tidak rela.

Sentuhan di dahinya menyadarkan Saka kembali, “Tuh, 'kan. Ngelamun terus, mikir apasih? Perasaan nilai ujian lo di sekolah bagus - bagus aja deh. Bersyukur dikit kek, nilai gue bobrok begitu juga tetep gue terima.”

Saka menyingkirkan telunjuk Joan, “Ck, sok tau. Gue nggak lagi mikirin nilai.”

“Terus apa? Mikirin gue ya? Tadi aja natep gue sampe segitunya,” senyum menggoda menghiasi wajah tengil Joandra.

Saka mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sial, apa terlihat sangat jelas? pikirnya.

Melihat itu Joan tertawa puas, “Hahaha, bercanda Arsaka. Hahah muka lo astaga, kenapa sih lo serius amat.”


Kesal ditertawakan seperti itu, Saka membalasnya dengan mendekatkan wajah pada Joandra secepat kilat.

Joan terdiam seketika.

“Kenapa diem? Ketawa aja sepuas lo,” senyum kemenangan pun terbit. Yang sialnya terlihat begitu menggoda di mata Joan. Dia yang selama ini mati - matian menahan diri sekarang sudah tak bisa berpikir jernih lagi.

Meledek sahabatnya dengan cara seperti itu merupakan tindakan paling salah yang pernah Saka lakukan. Sebab ketika hendak kembali ke posisi semula, Joandra menahan tengkuknya kemudian dengan cepat mempertemukan belah bibir mereka.

Arsaka membeku, kepalanya mendadak lambat memproses apa yang terjadi.

Dilihatnya Joan yang sudah menutup rapat keduanya matanya sembari mencumbu bibir cherry miliknya dengan amat pelan dan penuh kelembutan.

Saka gila dibuatnya.

Ia tau ini salah, namun sepertinya kali ini logikanya menolak bekerja. Sehingga Arsaka ikut menutup kedua matanya kemudian membalas ciuman itu.

Meski terkesan amatir dan berantakan karena ini merupakan ciuman pertama bagi keduanya, namun tak dapat dipungkiri bahwa rasanya menyenangkan. Saka merasa perutnya tergelitik, rasanya aneh tapi ia menyukainya.

Sementara itu Joandra bahagia bukan main mendapat lampu hijau dari pujaan hatinya. Kupu - kupu memenuhi rongga dadanya sehingga Joandra tersenyum ditengah ciuman itu.

_______

“ge we es” —arsaka dewa baskara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“ge we es” —arsaka dewa baskara.

• author's corner :

Hallo, masih ada yang nunggu?

Manis - manisnya sampe sini dulu, chapter selanjutnya kita masuk pra-konflik ya :)

Kita jumpa lagi minggu depan.

See you.

niskala - jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang