[ 06 ]

471 78 1
                                    

In author's eyes..

Desember 2018,
winter, South Korea.

_______

Angin musim dingin berhembus kuat menyapa kulit pucatnya, membuat Arsaka bergerak merapatkan padding yang ia kenakan. Sesekali menggosok kedua telapak tangannya yang mulai kedinginan akibat suhu udara yang amat rendah malam ini.

Ia sedang menunggu jemputan Joan di depan gedung apartement kakaknya.

Sahabatnya itu berjanji akan membawanya ke menara Namsan yang konon katanya sangat fenomenal.

Ya. Namsan.

Mereka saat ini berada di Korea Selatan, negara yang tersohor akan industri Musik Kpop-nya itu.

Sulit dipercaya mengingat Saka bukan tipe yang suka bepergian jauh apalagi sampai ke luar negeri.

Semua ini berawal dari celetukan isengnya sebulan yang lalu. Saka mengatakan bahwa dia ingin melihat salju, tak menyangka bahwa Joan menganggapnya serius dan malah berjanji akan menyanggupi keinginannya itu.

Joan bilang liburan natal tahun ini dia akan mengunjungi kakek nenek nya yang tinggal di Korea. Orangtua dari almarhum ibunya.

Lalu entah semesta memang sedang berbaik hati padanya atau apa, beberapa hari setelah itu kakak Saka yang tinggal dan bekerja di Korea juga menghubungi dirinya, bilang tahun ini dia tidak bisa pulang. Jadi kakaknya satu - satunya itu meminta agar Saka saja yang datang menemuinya jika ingin.

Kebetulan yang menyenangkan, bukan?

Jadilah saat liburan natal tiba, Saka dan Joan terbang ke Korea setelah lebih dulu mengurus visa dan lain sebagainya. Joan bahkan membuat SIM internasional hanya demi bisa bebas berkendara dengan mobil milik kakeknya.

Tiin!

Suara klakson mobil BMW silver menyadarkan Saka dari lamunannya. Dilihatnya Joan melambai dari kursi kemudi.

Tanpa menunggu lebih lama, Saka segera masuk dan disambut cengiran lebar sahabatnya itu.

"Lo lama banget sih, Jo. Untung gue nggak beku di luar sana gara - gara kelamaan nungguin lo," omelnya. Kesal karen harus menunggu lebih dari setengah jam di cuaca yang dingin.

Joan mengusap tengkuknya, merasa bersalah, "Sori banget, Sak. Gue nggak expect jalanan bakal penuh banget malem ini. Gue tebak nanti di Namsan juga penuh orang - orang."

"Ck, nggak beda jauh sama monas di Jakarta ternyata," gerutu yang lebih muda.

Joan terkekeh pelan sembari mulai melajukan mobilnya, membelah jalanan Korea Selatan yang memang sedang agak padat mengingat salju pertama diperkirakan akan turun malam ini.

.

"Tadi lo udah pamitan sama Mas Cakra?" tanya Joan memecah keheningan.

"Udah, dia lagi sibuk WFH. Nggak tau deh tadi beneran dengerin gue ngomong apa enggak," ujar Saka acuh. Agak kesal pada kakaknya karena beberapa kali ia diabaikan.

Level cuek Mas Cakra itu berada jauh diatas dirinya. Kakaknya adalah manusia bumi dengan sikap dan wajah sedingin es. Prioritas hidupnya hanya Arsaka, dan yang kedua adalah pekerjaannya. Ck! Prioritas apanya, buktinya dia malah dicuekin, tuh!

Meski begitu, Arsaka tau betul dibalik sosok dingin kakaknya itu ada sisi hangat yang hanya diketahui oleh dirinya seorang.

"Bagus deh kalo udah izin, terus ini kalo kita misal pulangnya agak larut lo nggak bakal diomelin 'kan?" tanya yang lebih tua memastikan.

"Enggak lah! Lo pikir gue anak kecil apa," sungut Arsaka. Raut wajahnya sangat menggemaskan di mata Joan.

"Iya iyaa, gitu aja ngambek."

"Siapa yang ngambek?!"

"Elo."

"Gue enggak."

"Lo iya."

"Enggak!"

"Iyaa."

"Enggak, Joan!"

"Iya iyaa enggak. Gemes banget sih," sebelah tangan Joan menjawil pipi Saka yang menggembung lucu.

Hadeh. Tolong fokus menyetir saja, Joandra.

_______

tbc.

niskala - jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang