[ 09 ]

417 72 21
                                    

In author's eyes..

_______

Arsaka sudah pulang dari rumah sakit, sekarang ia tengah duduk bersandar pada headboard ranjang nya sembari memainkan ponsel, bosan. Joandra pulang ke rumah kakeknya setelah memastikan dirinya istirahat dengan benar.

Hari ini Mas Cakra sengaja mengambil cuti sehari untuk menemaninya yang masih harus bed rest selama beberapa hari.

ceklek!

Pintu kamar terbuka diikuti seseorang yang masuk ke dalam, kemudian dengan tenang memposisikan diri untuk duduk di sisi ranjang Arsaka.

Ekspresinya pun sama tenangnya, sehingga sulit menebak emosi apa yang ada dalam benak pria dua puluh lima tahun itu. Namun tak dipungkiri wajah yang kalem namun penuh kharisma itu begitu tegas, seolah mampu membuat siapa saja bertekuk lutut.

“Dek.. Mas mau ngomong sebentar, bisa?” nada rendahya terdengar serius.

Arsaka menaruh ponselnya di nakas, “Ngomong aja, Mas. Saka dengerin.”

Cakra menghela napas pelan, “Ini tentang penyakit kamu, dek. Mas tau semuanya.”

Deg!

Mata Arsaka membola kaget.

Bagaimana bisa kakaknya tau? pikirnya.

.

Jawabannya adalah, kemarin saat Cakra menemui dokter yang memeriksa keadaan Arsaka, ia diberitahu bahwa adiknya itu mengalami gejala PTSD. Namun sang dokter berlagak tidak tahu di depan pasien dan mengatakan bahwa Arsaka hanya kelelahan dan stres.

Hal ini dilakukan karena dari pandangan dokter, membahas trauma pasien PTSD sama saja memicu gejalanya kambuh. Jadi, sang dokter juga berpesan supaya Cakra berhati - hati ketika membicarakan trauma adiknya. Terutama ketika membahas pemicunya, bisa jadi kondisi Arsaka malah semakin drop.

Cakra yakin sekali adiknya itu sudah tau mengenai hal ini, tetapi dengan lihai menutupinya.

.

“Udah berapa lama adek sembunyiin ini, hm?” tanya Cakra dengan lembut, jemarinya bergerak mengusak rambut halus adik kesayangannya itu.

Pandangan Arsaka jatuh ke kedua tangannya sendiri yang sekarang saling tertaut, seolah hanya itu objek yang menarik untuk dilihat.

“Dua tahun ini, mas. Maafin adek,” Arsaka semakin menunduk, menyembunyikan kedua matanya yang berkaca - kaca.

“Harusnya adek bilang sama Mas, PTSD itu termasuk gangguan mental serius, dek. Sekarang bilang, apa yang bikin adek sampe kayak gini?” Cakra memandang adiknya dengan tatapan sendu, dua tahun bukan waktu yang singkat. Adiknya pasti sangat kesulitan selama ini.

“Kemarin di perjalanan ke Namsan jalanan padat, mobil Joan hampir nabrak pejalan kaki yang nyebrang sembarangan. Saka trauma sama kecelakaan empat tahun lalu, Mas.”

Arsaka memejamkan matanya erat diikuti air mata yang turun di pipinya, berusaha untuk tidak mengingat kejadian naas yang dialaminya empat tahun silam.

Di tempatnya duduk, Cakra membeku. Sama sekali tak mengira bahwa kejadian itu menimbulkan trauma mendalam pada adiknya.

Segera saja yang lebih tua menarik Arsaka ke dalam pelukannya, “Maafin Mas, dek. Mas bahkan nggak tau kalo kamu menderita sendirian selama ini,” sembari berusaha membendung air mata, tangan kanannya bergerak mengusap punggung sang Adik, berusaha menenangkan.

Tak kuasa menahan tangisnya, yang lebih muda terisak pilu di bahu kakaknya, sejujurnya selama ini dirinya sangat kesulitan.

Ia lelah setiap malam bermimpi buruk.

Lelah karena harus selalu menenggak pil penenang setelahnya.

Lelah menutupi rasa takutnya.

Dan juga, lelah dengan rasa bersalah yang seolah tiada habisnya.

Beberapa kali, ingin rasanya Arsaka menyerah, tapi akal sehatnya berteriak melarangnya.

Ia masih punya orang - orang yang disayanginya. Orang yang mungkin tidak akan baik - baik saja jika dirinya pergi.

Kakaknya dan juga.. sahabatnya, Joandra.

______

Cakra Nareswara (Mas Cakra)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cakra Nareswara (Mas Cakra)

Cakra Nareswara (Mas Cakra)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak baik anak manis.
Arsaka Dewa Baskara.

• glosarium :

PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan.

• author's corner :

Buat yang penasaran kenapa sehabis kejadian hampir-nabrak-orang itu alias pas mau jalan ke Namsan Arsaka-nya kayak baik - baik aja. Tentu karena disitu ada Joan, jadi dia menekan trauma alias maksain diri, akibatnya dia sampe pingsan gitu.

Apalagi disitu kondisi cuaca lagi dingin, beuh bayangin jadi Arsaka, pasti dia kesusahan banget :(

Dah dulu ya guys.

See you.

niskala - jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang