25. Kendali Diri

59 7 0
                                    

Suasana yang tampak awkward terjadi di ruang jenguk lapas. Ayah dan anak berhadapan dengan batas ruang sekat kaca. Naya menunduk saat bertemu pandang dengan manik Indra, ayahnya. Setelah sekian lama berpisah, mereka bertemu dalam keadaan yang berbeda dari terakhir yang diingat.

"Bagaimana kabar ayah ?" Tanya Naya memulai percakapan.

Indra hanya tersenyum kecut menanggapi pertanyaan putrinya. Matanya memanas setelah mendengar suara Naya, terlebih lagi suara itu mempertanyakan keadaanya.

"Naya tidak tahu apa yang terjadi. Tapi Naya paham hal itu yang terbaik buat ayah, buat bunda, dan buat Naya." Entah kenapa Naya selalu memanggil dirinya dengan sebutan nama jika berhubungan dengan keluarganya. Sisi manja pada dirinya mungkin.

"Kamu harus pergi dari sini Naya. Kamu tahu hal ini sangat berbahaya." Alih-alih mengobrol santai, Indra lagi-lagi mengatakan hal itu. Sama dengan apa reaksi bundanya. Menyuruhnya pergi.

"Bagaimana caranya menemui BIG BOSS ?" Tanya Naya singkat.

Indra membelalakan matanya kaget mendengar pertanyaan Naya.

"Naya, jangan main-main."

"Naya tahu kalau target selanjutnya adalah Naya. Jadi agar rencananya gagal, Naya harus tahu soal dia. Ayah mau cerita kan ?" Ucap Naya dengan kelembutannya.

Brakkk!!!

Tanpa sadar Indra menggebrak meja didepannya dengan keras. Matanya nanar menatap Naya dengan tajam.

Naya yang tersentak kaget mendapati bentakan ayahnya membuat matanya memanas. Tapi dengan keras Ia menahan air matanya agar tidak menetes keluar.

"Apa yang sudah kamu ketahui Naya ?" Desis Indra dengan suara pelan tapi menusuk.

"Ayah hanya perlu kasih tahu Naya tentang BIG BOSS, kasih tahu dimana dia sekarang berada. Dan benar, Naya sudah tahu soal BIG BOSS, soal rencana gilanya. Tentang ayah yang menjadikan Naya sebagai jaminan kesetiaan ayah kepada dia, seperti korban-korban lainnya." Akhirnya air mata Naya luruh juga.

Tanpa mendengar penjelasan ayahnya terlebih dahulu, Naya keluar dari ruang janguk. Kakinya lari keluar meninggalkan lapas dengan perasaan yang menyesakan.

^^^

Sepenggal kalimat Naya kirimkan kepada Maya.

'Bunda, Naya kembali ke kota. Ada kerjaan yang harus diurus'

Rencananya untuk mengkorek informasi dari ayahnya telah gagal. Emosi yang Naya miliki tidak memungkinkan untuknya berada dihadapan ayahnya. Naya khawatir alterego yang ada pada dirinya akan beralih saat emosnya tidak stabil. terlebih lagi itu menyangkut hal sensitif.

Dan disinilah Ia berada, di depan jendela rumah. Menghirup nikotin yang terkandung dalam segelintir rokok ditangan kanannya.

"Naya bangsat. Bisa-bisanya kabur saat belum mendapat informasi apapun." Desisnya pelan tanpa emosi.

"Darma tolong sadar diri. Dengan rokok dan minum minuman beralkohol itu juga bangsat buat tubuh ini." Ucapnya lagi. Dengan cepat Darma membuang rokoknya yang sisa setengah.

"DARMA LILY BISA PERGI ?! AKU LAGI PUSING !!!" Teriakan Naya menggema dalam ruangan. Tangannya terulur mengambil botol berisi bir yang masih setengah.

"Aaaaa !!!" Teriaknya sembari membanting botol yang berada dalam genggamannya. Air matanya mengalir dari kedua matanya yang memerah.

Naya memukul dadanya yang terasa sesak. Pikirannya kalut tentang kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu terjadi. Naya jatuh terduduk dan meringkuk dipojokan almari sebelah jendela yang tadi Ia tempati.

Disosiatif AlteregoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang