11. Pembunuh Berantai

125 26 0
                                    

Dalam ruangan pengap tanpa ada fentilasi dalam bangunan tersebut, bau anyir darah menyeruak menusuk indra menciuman. Ruangan temaram yang hanya ada satu lampu sebagai pencahayaan. Dua manusia didalam sel yang berbeda meringkuk merasakan hawa dingin yang menusuk kulit masing-masing. Diam membisu tanpa kata. Dua manusia itu sama-sama tidak menangis, tapi pandangannya sama-sama kosong menghadap kedepan. Entah memikirkan sesuatu yang memusingkan kepala atau bahkan pikirannya benar-benar kosong. Seolah otaknya terlalu tumpul hanya untuk berfikir. Benar-benar pasrah dengan keadaan walau besok dirinya akan mati.

Luka lebam seluruh tubuh mereka berdua terasa sakitnya sampai pada tulang dan sel-sel persendian. Tapi rasa sesak didada karena tertekan lebih dominan menyelimuti. Disaat seperti ini Dira sangat merindukan mamanya. Merindukan ceramahnya yang memekakan telinga, merindukan petuah-petuahnya yang membosankan, merindukan tegurannya yang menyebalkan, merindukan dekapan kasih sayangnya yang menghangatkan. Jika diizinkan ingin rasanya menemui mamanya untuk terakhir kali sebelum Ia dibunuh. Setidaknya Dira ingin mengucapkan kata terimakasih untuk mamanya yang belum sempat Ia ucapkan langsung.

Mata Dira yang sebelumnya memandang kosong kedepan kini beralih memandang lantai lusuh dan kotor ya Ia tiduri. Dira berfikir ada sesuatu yang aneh dalam penataan kramik lantainya. Ada satu kramik yang besar daripada kramik lainnya, dan itu terlihat berongga. Ia mengetuk setiap kramik lantai dalam sel kurungannya dan menemukan perbedaan suara disana.

‘Ini dapat dibuka ?!’ pikirnya dalam hati.

Lalu Dira memastikan sesuatu lagi, melihat setiap sel penjara yang dalam pantauannya. Hasilnya semua lantai terlihat sama. Disetiap sel ada satu kramik yang besar daripada kramik yang lain.

Dengan hati-hati Dira mencoba membuka kramik besar itu dengan sisa tenaga yang masih Ia punya. Dan benar saja, kramik itu dapat dibuka, dibawahnya terdapat sebuah pintu kayu yang dapat dibuka lagi.

‘Ruang bawah tanah ?, bahkan ada tangganya. Apa semua seperti ini ? apa ada sesuatu disana ? apa ada jalan keluar disana ?’ banyak pikiran berkecamuk dalam otaknya. Bimbang antara mencoba turun atau mengabaikannya. Ia takut jika ketahuan kabuar dirinya akan disiksa seperti sebelumnya.

“Apa kamu tidur ?” Dan Dira memutuskan untuk mencobanya.

Seseorang disel sebelahnya merasa ditanya, pasalnya hanya ada mereka berdua disana.

“Apa menurutmu dapat tertidur dalam keadaan seperti ini ?” jawab seseorang itu tanpa menoleh.

“Aku Dira. Siapa namamu ?”

“Lusi.”

Setelahnya Dira memberi tahu prihal penemuannya dan rencana untuk kabur dari sel penjara yang laknat ini. Dengan masuk ke ruang bawah tanah. Tanpa diduga seseorang bernama Lusi itu menyetujuinya.

“Aku akan mengecoh mereka dengan membuka kunci sel.” Ujar Lusi melepas japitan rambutnya dan berusaha membuka kunci sel penjara mereka berdua.

Dira dan Lusi masuk ke ruang bawah tanah di sel bagian Dira.

^^^

Tok tok tok.

“Masuk” ujar Sandi setelah mendengar ketokan pintu ruangannya.

Munculah Inanda dengan setelan baju warna putihnya yang menunjukan identitasnya sebagai suster “Dokter Sandi sudah ditunggu Dokter Riyan diruangannya.” Ucap Inanda dengan bahasa formalnya.

“Saya akan segera kesana. Terimakasih sus ?!” ucap Sandi dengan tulus.

“Sama-sama Dok.”

Setelahnya Sandi pergi keruangan Riyan yang sama-sama berprofesi sebagai dokter psokologi. Ia akan berdiskusi dengan temannya mengenai kasus yang dialami Naya.

“Lama tidak berjumpa San !” ungkap Riyan setelah Sandi membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Yang tentunya hanya disahuti deheman singkat oleh Sandi.

“Kamu sudah membaca rekam medis yang aku kirim yan ?” Tanya Sandi to the point.

Riyan menghentikan pekerjaanya dan beralih menatap Sandi yang duduk di sofa dengan nyaman.

“Sudah. Ciri-ciri yang dialami Naya sama dengan ciri-ciri kelainan DID, mulai dari mengalami rasa panik, cemas yang berlebih, insomnia, mudah marah, sedih dan merasa depresi.” Ucap Riyan mulai menganalisis.

“Dan kemaren aku melihat Naya berbicara sendiri. Seolah dia mendengar suara-suara dalam pikirannya..” sanggah Sandi.

“Skizophrenia ?” Tanya Riyan memastikan.

“Bukan, Dia tidak mengkonsumsi obat-obat terlarang.” Jawab Sandi cepat.

“Sudah sampai tahap diagnose ?” Tanya Riyan lagi.

“Belum. Masih tahap evaluasi.” Jawab Sandi.

“Ini kasus langka, yang biasanya hanya kita dapatkan materinya di buku. Aku akan membantumu sebisaku.” Gumum Riyan penuh kepasrahan.

“Terimakasih bung.”

^^^

“Berita terkini. Korban penculikan yang dinyatakan hilang selama 14 hari kini ditemukan tewas ditempat penculikan terjadi. Korban berinisial L ditemukan dalam keadaan tubuh penuh luka. Polisi sedang menangani kasus penculikan dan pembunuhan berantai ini.”

Semua penghuni kantor sedang menatap ke layar televisi dengan serius. Menyaksiakan siaran berita tentang pembunuhan berantai. Semua orang merasa ngeri mendengar kasus pembunuhan berantai yang sampai kini belum ditemukan pelakunya.

“Ini sudah korban ke lima dalam kasus mengerikan itu.” Celetuk Bagas setelah berita selesai ditayangkan.

“Iya, Aku jadi takut kalau harus pulang terlalu malam sekarang.” Laras ikut menanggapi.

“Kamu harus hati-hati Nay, penculik itu telah melihat wajah kamu.” Ucapan Bagas membuat Naya mendongak. Kepalanya yang pening setelah melihat berita itu semakin bertambah pening.

Naya tahu teman-temannya mengkhawatirkan keadaannya sekarang. Tapi mengetahui fakta bahwa penculik itu selalu menghantui dirinya membuat otaknya berdengung nyaring. Suara-suara dalam otaknya semakin berteriak. Naya seperti merasa otaknya akan meledak hanya dengan sentuhan bulu sekalipun.

“Hai Naya, apa kabar ?” sapa seorang perempuan yang tiba-tiba berada disamping meja kerja Naya.

Mata Naya terbelalak melihat seseorang dengan senyum sinisnya.

“Nia ?!” cicit Naya gagu.

^^^



Selamat datang selamat membaca 😅
Berusaha update sesuai jadwal walaupun mepet. Setengah jam lagi ganti hari 🤣

Baca part sebelumnya dulu, tadi sempat aku revisi. Hehe....

Bisa menebak gak sih alterego Naya itu siapa ?

Dan penculiknya itu siapa ?

Banyak banget teka-tekinya. Mari kita ungkap satu per satu mulai bab selanjutnya !!!.

Disosiatif AlteregoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang