9. DID

146 26 3
                                    

Kecanggungan terjadi di dalam mobil yang Sandi kendarai. Semua itu bukan tanpa alasan. Ya… ada Naya juga dalam perjalanan pulang itu. Bahkan Putri yang selalu berceloteh kini seakan kehilangan kata dalam ingatannya. Putri yang tidak tahan dengan kecanggungan yang melingkupi ketiga orang dalam mobil itu mulai berbicara setelah setengah jam berusaha untuk diam.

“Kak Naya udah baikan ?” Tanya Putri tiba-tiba.

Bukan tanpa sebab Putri tiba-tiba bertanya tentang keadaan Naya. Pasalnya Sandi sudah menjelaskan bahwa untuk sementara Naya akan tinggal di rumah mereka dan Sandi juga memberi tahu tentang Naya yang habis pingsan. Dan pemberitahuan Sandi yang tiba-tiba tadi yang membuat Putri terdiam membisu tanpa kata.

“Ahh… iya udah mendingan.” Jawab Naya sedikit gelagapan tiba-tiba ditanya.

Putri menganggukan kepalanya mengerti, merasa gemas melihat tingkah lucu Naya yang salah tingkah dan gelagapan hanya dengan Ia ajak bicara. Hal itu membuat jiwa usil Putri meningkat.

“Kak Naya sudah makan belum ?” Tanya Putri lagi sembari mencondongkan badannya kedepan menghadap Naya yang duduk didepan.

Naya mengerjapkan mata beberapa kali yang kemudian mengangguk “Sudah” ucap Naya akhirnya. Tingkah lucu Naya tak luput dari penglihatan Putri. Sandi yang mendengarkan interaksi dua perempuan tersebut mulai mengerti kalau Putri sengaja mengerjai Naya tak urung membuatnya tersenyum kecil.

“Makan sama Kak Sandi ?” Tanya Putri lagi yang diangguki Naya.

“Makan dimana ?” Putri sadar pertanyaanya tidak bermutu sekali.

“Dirumah.” Jawab Naya singkat yang membuat Putri mengernyitkan dahi.

“Tadi Dokter Sandi memasak saat aku pingsan.” Lanjut Naya seolah menebak pikiran Putri.

“Ohh… jadi dimasakin Kak Sandi ?!” ucap Putri manggut-manggut sembari tersenyum menggoda.

“Kak Naya sudah punya pacar ?” Tanya Putri akhirnya yang sontak membuat Naya dan Sandi kaget mendengar lontaran Putri yang kelewat santai. Tanpa disadari Sandi menajamkan indra pendengarannya menunggu jawaban Naya. Setelah diam sejenak akhirnya Naya menggeleng sebagai jawabannya. Hal itu membuat Sandi bernafas lega. Entah apa yang membuatnya merasa lega.

^^^

Jam sudah menunjukan pukul 23.42 WIB saat tiga orang manusia masih berkumpul diruang keluarga dengan perasaan tegang. Penyebabnya adalah Naya yang menceritakan kejadian sebelum dirinya pingsan sore tadi. Tentang panggilan berupa ancaman dari tersangka penculikkan yang kasusnya sedang Putri tangani sekarang. Bahkan sekarang Putri terlihat pening setelah mendengarkan panggilan yang sengaja Naya rekam tadi. Otak cerdas Putri seolah tidak berfungsi sekarang.

“Apa kamu mengenal alterego kamu sendiri Nay ?” Tanya Sandi tiba-tiba yang sontak membuat dua manusia lainnya menoleh padanya. Memusatkan perhatiannya pada pertanyaan Sandi barusan.

Hening.

“Entahlah. Aku tidak mengetahuinya. Semua terlalu membingungkan. Seolah-olah aku mengenal alterego aku yang bernama Darma. Tapi disisi lain aku tidak mengenalnya karena aku tidak menyadari apa yang aku lakukan saat aku berganti alterego.” Ucap Naya akhirnya.

Putri yang akan membuka mulutnya untuk berkomentar dicegah oleh Sandi dengan menyentuh lengan Putri lembut. Bukan bermaksut lain, tapi Sandi rasa semua orang sudah lelah. Sandi takut pemikiran Putri yang logis akan membuat semua semakin rumit. Percakapan ini harus segera diakhiri. Mereka harus istirahat agar dapat berfikir dengan jernih.

“Lebih baik kita lanjut besok. Sekarang kita harus istirahat.”

Putri yang akan menyanggah ucapan Sandi mengurungkan niatnya setelah mendapat tatapan menusuk dari Sandi. Hingga ketiganya masuk ke kamar masing-masing.

Sandi yang sudah masuk ke kamarnya tidak langsung tidur. Dia membuka buku diary Naya yang belum selesai dibacanya.

Diary keempat ditulis tanggal 21 Maret 2020

Alterego ku bernama Darma. Aku tidak mengingat wajahnya. Atau bahkan aku tidak pernah tau bentuk wajahnya. Ingatanku melompat pada kejadian setelah pembullyan terjadi, saat aku berumur tujuh tahun. Sosok berpakaian serba hitam dari topi sampai sepatu yang aku rasa dia seperti perempuan. Orang yang muncul dipikiranku dan menyatu dengan ragaku. Berbagi raga yang sama dalam dua jiwa didalamnya.

Dia sebagai malaikat dan setan bagiku. Dia selalu melindungiku saat aku ketakutan. Tapi dia juga menjebakku dengan masalah yang rumit. Bahkan aku tidak dapat menguraikannya. Tentang catatan yang Dia tinggalkan. Teka-teki itu terlalu rumit dan membingungkan.

Sandi berhenti membaca catatan itu. Mengulanginya sekali lagi. Dan membacanya lagi, lagi, dan lagi. Sandi berfikir akan ada petunjuk soal alterego Naya yang lain. Tentang teka-teki rumit yang ditinggalkan Darma. Entah itu berhubungan dengan kejadian lampau yang berhubungan dengan orang dewasa pada masa kecilnya, atau akan berhubungan dengan kejadian penculikan yang sedang ditangani adiknya. Sandi berharap dapat mengungkap kebenaran secara bertahap. Melalui Naya.

Melalui Naya ?

Sandi merasa nyeri diulu hatinya. Dia telah memanfaatkan gadis baik seperti Naya untuk keperluan pribadinya. Rasa bersalahnya menyeruak membumbung tinggi setelah terlintas wajah pucat Naya tadi sore sebelum pingsan. Apalagi memikirkan rangkaian terapi yang akan Naya lakukan untuk menyembuhkan DID nya. Itu sangat menyakitkan fisik dan jiwa Naya. Sandi maraup wajahnya frustasi. Pikirannya kacau saat ini.

“Tunggu… Darma ? seorang berpakaian serba hitam yang seperti perempuan ?” Sandi bermonolog mencerna kalimat yang Naya ungkapkan lewat goresan tinta itu. Bukankan suatu keanehan nama Darma tapi seorang perempuan ?

^^^


Haiii... makasih untuk yang udah mampir dan membaca cerita absurd ini. Huaaa.... 😭😭😭 tarhura, eh... terharu.
makasih untuk vote dan komennya. Luv kalian banyak-banyak 🐣🐣😅

Ada yang penasaran siapa alterego Naya yang lain ? Siapa Darma ? Hayoo tebak 😅

Tandai typo ya :))

Disosiatif AlteregoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang