19. Asal Mula

66 12 1
                                    

Naya meregangkan otot-ototnya yang kaku karena tidur selama 8 jam. Tangannya meraba sebelah kasurnya yang tadi malam ditempati oleh bundanya. Tapi tidak menemukan sosok yang Ia cari.

“BUNDA !” Teriak Naya sambil berlari keluar dari kamarnya.

Maya berjalan tergopoh-gopoh sembil memegang spatula ditangan kanannya.

“Ada apa sayang ?” tanya Maya dengan nada panik yang ketara.

Naya menggembuskan nafas lega saat mendapati Maya baik-baik saja. Ia pikir Bundanya hilang tadi. Naya hanya menggeleng untuk merespon pertanyaan Maya.

“Cepet mandi terus sarapan.” Titah Maya dengan senyum yang mengembang.

Setelah Naya menyelesaikan urusan mandinya, Mereka sarapan bersama untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Sangat lama bahkan hanya untuk diingat.

“Bunda, Naya kangen kak Nata.” Ucap Naya lirih dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Hening.

“Pengen ketemu kak Nata.” Ucap Naya lagi saat tidak mendapat respon dari Maya.

“TIDAK BOLEH !” Tanpa Maya sadari suaranya meninggi dengan nafas memburu.

“Bunda ?” Satu tetes air mata mengalir dipipi Naya. Hatinya tertohok mendapati Maya membentaknya untuk pertama kalinya.

“Maaf kan bunda sayang. Bunda tidak bermaksud membentakmu.” Ucap Maya panik melihat putrinya menangis oleh bentakannya.

“Bunda hanya tidak mau kamu kenapa-napa. Itu terlalu bahaya. Nata bukan seseorang yang bebas kamu temui.” Maya menjelaskannya dengan hati-hati.

“Bunda tolong dengarkan Naya. Naya akan terus baik-baik saja dengan adanya kak Nata dikeluarga ini. Mereka tidak akan melukai Naya. Masih ada kak Nata yang harus dipertaruhkan mereka. Mereka tidak akan mengambil resiko dengan mengorbankan keselamatan kak Nata jika mau melukai Naya. Keselamatan kak Nata ada ditangan bunda. Jadi Naya mohon, izinkan Naya ketemu sama kak Nata.” Penjelasan Naya yang hanya diberi anggukan oleh Maya dengan berat hati.

Apakah Naya terlihat jahat telah memanfaatkan kelemahan orang lain demi kepentingannya sendiri ? Tidak masalah menjadi jahat. Karena pada dasarnya kita akan menjadi tokoh antagonis dalam cerita orang lain.

Tidak. Naya sama sekali tidak pernah membenci Nata bahkan ketika kedua orang tuanya lebih memilih merawat Nata yang sakit dan mengasingkan dirinya ke kota lain. Naya menyayangi Nata seperi kakaknya sendiri. Ia paham bahwa Nata lebih membutuhkan kedua orang tuanya dibanding dirinya. Karena Naya tahu bahwa dirinya tidak pernah sendirian. Masih ada alterego yang ada ditubuhnya. Dan tidak hanya satu. Ada Darma yang bersikap seperti preman. Ada Lily yang mempunyai kepintaran diatas rata-rata. Dan tentu saja ada Naya yang bisa mengendalikan ekspresi wajah dan perasaan sesuai apa yang Ia inginkan. Bukankah hidup Naya sudah terlihat lengkap ?

^^^

“Wahhh… Darma sialan, bisa-bisanya dia memotong rambut panjangku sampe sependek ini. Preman berengsek !” Umpatan Naya terdengar saat Ia menyisir rambutnya. Ia akan berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk Nata.

“Bagaimana kalau kita mutulasi Darma ?” Ucapnya lagi sembari menatap kaca yang menampilkan dirinya sendiri.

“Lily apa kau gila dengan memutilasi tubuhmu sendiri ?”

Apakah Naya sudah seperti orang gila telah bicara pada dirinya sendiri ?

Mungkin.

Setelah selesai dengan urusannya Naya dan Maya pergi ke rumah sakit dengan taxi yang telah Maya pesan tadi. Saat sampai didalam ruangan Nata yang sudah tertata seperti kamar tidur di rumahnya.

“Bunda, bisa tolong tinggalkan Naya sendiri. Naya mau bicara sama kak Nata.” Permintaan Naya disetujui oleh Maya.

Setelah Maya meninggalkan ruangan, Naya duduk dibangku sebelah ranjang. Tangannya terulur untuk memegang tangan kanan Nata yang tidak terdapat selang infus. Dengan usapan lembut, Naya merasakan kehalusan tangan Nata yang terasa hangat.

“Kak Nata, Naya kangen.” Ucap Naya lirih. Mata Nata terbuka pelan menelisik wajah kecil yang kini sedang memandangnya dengan senyum hangat.

Nata masih memandang wajah Naya dengan datarnya. Perbedaan yang sangat signifikan. Naya yang dapat dengan mudah mengendalikan ekspresi dan perasaannya sesuai apa yang gadis itu inginkan. Sedangkan Nata, laki-laki itu tidak dapat merasakan perasaan dan emosinya sendiri.  Nata adalah penderita gangguan Alexithymia yang cukup parah sejak kecil.

“Big Boss menginginkan nyawaku kak, Naya takut.” Suara lirih Naya mampu membuat tatapan mata Nata melebar  sejenak dan kembali ke ekspresi datarnya.

^^^

Setelah kunjungannya ke rumah sakit, Naya memutuskan untuk beristirahat didalam kamarnya. Ia membuka pesan yang masuk diponselnya saat mendengar nada bergetar.

Aku tunggu.

‘Pesan ini lagi.’ Batinnya. Dengan cepat Naya mengalihkan layarnya untuk mengirim pesan kepada Sandi.

To : dr. Sandi
‘Mari kita mulai permainannya besok.’

Setelah obrolannya kemaren yang berujung kerja sama antara dirinya dengan dokter psikiaternya. Sebuah kerja sama simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Sandi yang membutuhkan dirinya untuk mengungkap kasus pembunuhan ibunya. Naya yang akan melepaskan diri dari dia, BIG BOSS. Yang tentu saja membutuhkan bantuan Sandi untuk mengendalikan dirinya dengan alterego.

Misi yang bertujuan untuk memancing pelaku utama keluar menampakan dirinya. Sudah cukup dia bersembunyi dengan nama Big Boss. Membunuh  seseorang untuk kesenangan dan tujuannya sendiri. Sesuai intruksi dari Sandi, langkah pertama yang mereka lakukan adalah bertanya kepada Indra, ayah Naya. Saksi yang masih hidup sampai saat ini. Naya akan mengorek semua informasi tentang Big Boss.

Ditempat lain Sandi sedang membaca pesan dari Naya kemudian menyunggingkan senyum miring andalannya. Ia telah menyiapkan rencana besar saat ini. Sandi memanfaatkan otak cerdasnya dengan maksimal. Tugasnya hanya melindungi Putri untuk saat ini. Ternyata dugaannya benar, Pramudya Laksana, Ayahnya Aji terlibat dalam kasus ini. Apakah pria itu adalah sosok BIG BOSS yang selama ini Ia cari ?

Pram punya segalanya, harta serta kedudukannya di partai politik yang sedang melejit naik. Saat ini laki-laki paruh baya itu menjadi Wali Kota Bandung. Yang kabar simpang siur akan maju mencalonkan sebagai presiden tahun depan. Kampanye sudah mulai Pram lakukan. Dengan kesan ramah, bijaksana, dan dermawan pria itu banyak menarik simpati rakyat lemah.

Tapi ada yang mencurigakan dari semua ini. Diluar Pram terlihat pria yang baik. Tapi kata Putri berbanding terbalik. Laki-laki itu sering memukuli Aji, anaknya sendiri. Sandi belum punya bukti untuk saat ini. Bukti yang menguatkan spekulasinya.

“KAK SANDI ?” Suara terikan Putri membuyarkan pikiran Sandi. Ia bangkit dari kursi kerjanya di kamar dan melangkah keluar.

“Ada apa Put ? Jangan teriak-teriak. Kakak nggak budek.” Jawab Sandi sembari mengusap kupingnya.

“Kak, bantuin Putri ya ?”

“Bantuin apa ?”

“Aji kak, Dia dalam bahaya. Bantu aku membawa Aji kabur dari ayahnya kak. Aku mohon.” Putri tidak dapat mengendalikan kekhawatirannya. Air matanya terjun bebas membasahi kedua pipinya.

^^^


Kira-kira bisa tebak gak korban ke-7 siapa ?

Naya ?

Putri ?

Sandi ?

Atau .... ?

Makasih udah mampir 😭💜

Disosiatif AlteregoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang