26. Masalah Baru

56 6 0
                                    

Semua bodygoard yang menerobos masuk segera menggeledah rumah Sandi guna mencari seseoarang yang dicarinya. Aji. Semua pintu telah didobrak, kecuali satu kamar. Semua laki-laki berjas hitam menatap pintu yang sedari tadi tidak bisa didobrak.

"Keluar kalian dari sana atau saya hancurkan pintu ini." Teriak salah satu bodygoard.

Hening.

"Baik jika itu yang kalian inginkan."  Ucapnya yang kemungkinan besar menjadi ketua dari semua laki-laki berbadan besar itu. "Hancurkan !" Lanjutnya sembari memberi isyarat kepada satu orang yang memegang kapak ditangannya.

Tanpa dikomando dua kali, laki-laki itu menghantamkan kapak pada pintu didepannya.

Dokk...dokk...dookkk..!!!

Suara kayu hancur terbelah karena alat tajam memotongnya terdengar nyaring. Hingga laki-laki itu dapat melihat kedalam. Ada ranjang yang menghalangi pintu dari dalam. Tapi tidak menangkap sosok Aji atau siapapun dalam ruangan tersebut. Penghancuran pintu terus terdengar hingga lubangnya dapat dimasuki orang.  Laki-laki yang bertugas menghancurkan pintu dengan kapak mundur memberi ruang kepada ketua untuk masuk terlebih dahulu.

Ketua bodygoard itu maju dengan langkah pasti mendekati pintu yang terlah hancur. Hingga kakinya terangkat untuk memasuki ruangan.

"BERHENTI !" Suara terikan terdengar dari arah pintu masuk. Membuat semua bodygoard menolah ke sumber suara, termasuk sang ketua yang mengurungkan niatnya untuk melangkah kedalam ruangan.

"Kami dari pihak kepolisian mendapat laporan bahwa rumah ini terjadi perampokan. Kalian semua saya tangkap atas laporan yang telah kami terima. Kalian bisa menjelaskan atau pembelaan nanti setelah dikantor polisi. Mohon kerjasamanya agar tidak terjadi keributan. Untuk yang membawa senjata, taruh senjata di lantai." Ucap Joko dengan suara lantangnya.

Semua bodygoard yang tertangkap mengangkat tangannya tanda menyerah. Tapi tidak dengan kakinya yang bersiap-siap untuk kabur. Laki-laki yang memegang kapak menaruh kapaknya di lantai dan menendangnya menjauh.

"Tangkap mereka." Intruksi Joko kepada sepuluh polisi dibelakangnya.

Saat sepuluh polisi maju untuk menangkapnya, semua bodygoard melakukan perlawanan hingga terjadilah baku hantam.

Lima lawan sepuluh. Para bodygoard kalah jumlah, tapi lebih baik dalam hal bertarung.

Setelah adu pukul terjadi beberapa saat para bodygoard memutuskan kabur. Sepuluh polisi mengejar mereka hingga ketangkap satu yang langsung dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

Setelah dirasa aman, Joko memanggil Putri. Selaku orang yang melakukan pelaporan.

"Put, keluar. Sudah aman diluar." Suara Joko membuat Putri dan Aji yang bersembunyi di kamar mandi membuka pintu. Menggeser ranjang agar bisa keluar dari pintu yang sudah rusak parah.

"Pak, makasih." Ucap Putri tulus.

"kamu punya hutang penjelasan pada saya." Balas Joko yang berlalu pergi meninggalkan rumah Putri.

Setelah kepergian Joko, Putri dan Aji  berjalan menuju sofa dan mendudukan dirinya disana.

"Maaf." Lirih Aji dengan pandangan mata kedepan. Tanpa melihat Putri yang ada disebelahnya.

"hei..." Putri menangkup kedua pipi Aji agar menghadap kearahnya. "Its okey." Dengan perasaan tulus Putri memeluk kekasihnya yang terlihat pasrah.

Huffhh...

Terdengar helaan napas keluar dari mulut Aji.

"Tidak akan terjadi apa-apa asal kita bersama." Ujar Putri.

^^^

Dilain sisi Sandi merasa ketegangan menyelimutinya. Naya yang tadi tergeletak tidak sadarkan diri, kini malah mengacungkan pisau dapur kepadanya.

"Naya, kamu tenang dulu." Ujar Sandi berusaha menenangkan Naya yang melotot kepadanya.

"Hahaha... Naya ? Udah ke neraka. Perempuan yang bisanya cuma nangis aja itu udah hilang dari tubuh ini." Sosok Darma kini menguasai tubuh Naya.

"Oke, kita bisa bicara baik-baik. Sekarang nama kamu siapa ?" Sandi tidak boleh terpancing oleh apapun yang dilakukan pasien.

Darma menurunkan pisaunya. Alih-alih membuangnya, Darma melemparnya ke lemari kayu yang berada disamping.

Taakkk...

Pisau tertancap disana.

Sandi bernapas sedikit lega. Dengan pelan Ia mendekati sofa untuk duduk.

"Bisa ngobrol sebentar." Ucap Sandi tenang.

Darma menurut dan ikut duduk di sofa yang berseberangan dengan Sandi. Masih menatap Sandi dengan garang. Tangannya meraih rokok dan korek yang ada di meja. Menyalakannya tanpa merasa bersalah. Menawarkannya kepada Sandi yang ditolak dengan halus.

"Nama gue Darma. Gue salah satu alterego yang ada di tubuh ini." Ujar Darma sembari mengepulkan asap rokoknya. Nikotin yang berada dimulutnya sedikit membuatnya rileks.

"Ada masalah apa tadi sampai jatuh pingsan ?" Tanya Sandi.

"Si Naya anjing itu yang depresi menghadapi ayahnya. Sudah gue bilang tidak usah menemui napi tua bangka itu, ngeyel sih kalau dibilangin." Cerocos Darma mulai tersulut emosi saat membahas kejadian tadi pagi.

"Apa yang terjadi sama ayahnya Naya ?"

"Napi sialan itu malah ngusir Naya dari sana dan menolak permintaan Naya untuk membantu menemukan BIG BOSS."

"Kamu tahu masalah Big Boss juga ?" Sandi mulai tertarik dengan pembahasan ini.

"Yataulah anjing, kan gue ada ditubuh ini. Jadi gue tau semua yang terjadi, termasuk kerja sama Naya sama lo." Jawab Darma dengan menggebu.

"Apa pendapat kamu soal masalah ini ? Apakah kamu ingin menangkap Big Boss juga ?"

"Lo banyak nanya ya bangsat. Ya tentu saja gue akan membunuh orang keparat itu sebelum menjadikan tubuh ini korban selanjutnya. Orang lemah seperti Naya tidak berguna untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi mulai sekarang gue yang akan menjadi alterego utama di tubuh ini." Jelas Darma panjang lebar.

"Oke. Tidak masalah alterego siapa yang akan berkuasa. Tapi kita bisa kerja sama untuk menemukan tempat persembunyian Big Boss." Ucapan Sandi membuat senyum culas muncul dibibir Darma.

"Oke deal. Sekarang lo cabut gue mau tidur. Kita bahas lagi besok." Usir Darma sembari berdiri dan masuk kamar. Meninggalkan Sandi yang masih duduk di sofa ruang tamu.

Bukankah bayangan yang diakui akan merasa tinggi ? Sekarang ada yang mengakui dirinya sebagai Darma dalam tubuh ini demi rencana sialan itu. Tapi tidak urung itu membuat Darma merasa ada yang mengakuinya. Hatinya menghangat. Dia akan melakukan apapun asal rencananya berhasil. Dia akan menunjukan bahwa bayangan bisa melakukan lebih baik.

"Puas lo setelah merebut tubuh ini ?" Ujar Lili dengan senyum mengejeknya.

"Gue butuh otak pinter lo biar masalah ini cepet beres." Ucap Darma menimpali.

^^^

Disosiatif AlteregoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang