33. Forensik

55 4 0
                                    

Sejauh ini rencana berjalan dengan lancar. Walaupun banyak rintangan dan kendala diluar dugaan mereka. Semua orang sibuk dengan bagian tugasnya masing-masing. Naya masih memantau pergerakan pembunuh tersebut melalui pelacak yang Aji pasang. Putri beserta timnya segera mewawancarai Nia yang tiba-tiba bisa kabur dari penculikan. Sandi mengurus Aji yang masih membutuhkan perawatan medis.

Sedangkan mayat Dira yang telah ditemukan  dalam keadaan yang memprihatinkan telah ditangani dokter forensik yang dipantau oleh Joko, selaku komandan dari kelompok detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai yang telah terjadi.

Dari arah pintu rumah sakit, seorang perempuan paruh baya lari tergopoh-gopoh menuju tempat Joko dan Nicko duduk menunggu hasil otopsi terhadap mayat Dira.

"Diraaa...!!!" Teriak Isma, ibu dari Dira saat sudah sampai didepan pintu otopsi.

"Bu, tenang dulu. Dira masih dalam penyelidikan." Nicko berusaha menenangkan Isma yang histeris. Tangisnya yang sempat berhenti, kini kembali pecah saat membayangkan tubuh putri semata wayangnya berbaring kedinginan didalam ruangan.

"Anak saya masih hidup. Bagaimana ini bisa terjadi. KEMBALIKAN DIRAAAA..." Jeritnya menggema dalam lorong Rumah Sakit yang sepi dan lengang. Karena jam dini hari yang kebanyakan orang sedang tertidur pulas. 

Ismi terjatuh dilantai yang tampak dingin. Tubuhnya lunglai tak bertenaga. Ismi pingsan.

"Ibu Ismi ?" Kaget Joko dan Nicko hampir bersamaan.

"Biar saya yang urus bu Ismi. Komandan tunggu disini untuk menunggu hasil forensik." Ujar Nicko yang disetujui oleh Joko.

***

Setelah kepergian Nicko untuk mengantar Ismi guna mendapat perawatan lebih lanjut, Pintu ruangan yang sebelumnya terkunci kini terbuka. Empat orang dokter keluar dari ruangan dengan membawa data masing-masing. Tiga lainnya menunduk sopan saat berpapasan dengan Joko, begitupun sebaliknya.

"Bagaimana hasilnya Dok ?" Tanya Joko kepada intinya.

"Mau masuk ke dalam ?" Tawar dokter yang bernama Satria tersebut.

Joko dan Satria masuk ruang pemeriksaan mayat dengan langkah pasti. Ruangan yang dingin serta mayat yang telah membiru menjadi pemandangan yang hampir sering mereka lihat akhir-akhir ini.

"Bisa lihat sendiri, semua luka dan sayatan sama persis dengan mayat-mayat sebelumnya. yaitu tanda X. Tapi ada satu perbedaan pada mayat kali ini." Satria mulai menjelaskan hasil analisisnya.

"Perbedaan ?" Tanya Joko penasaran.

"Iya. Lihat luka pada lehernya. Pada mayat-mayat sebelumnya, meninggal karena cekikan di lehernya menggunakan benda tumpul sejenis tali senar. Pada mayat Dira ini, penyebab kematiannya karena luka tusuk pada nadi lehernya. Kalau dilihat dari ukuran dan bentuk lukanya, ini menggunakan benda tajam sejenis pisau lipat." Satria menjelaskan dengan detail sembari memperlihatkan luka pada leher Dira.

Sedangkan Joko memperhatikan penjelasan dari Satria dan mempelajari berkas hasil forensik yang Satria berkan tadi.

"Setelah 5 korban sebelumnya, kenapa Dia mengubah pola pembunuhannya ?" Lirih Joko bertanya entah kepada dirinya sendiri atau kepada Satria.

Joko meletakan berkas pada meja yang terdekat. Tangannya bergerak untuk mengambil dua gloves latex kemudian memakainya. Ia mendekati mayat Dira. Mengecek semua sayatan yang berbentuk tanda X, memeriksa semua lebam dengan teliti. Iya. Semua pola luka yang ada pada mayat Dira 90% sama dengan 5 mayat sebelumnya. Yang membedakan hanya pada penyebab meninggalnya. Sama-sama terputusnya nadi bagian leher. Tapi kali ini bukan tali senar, melainkan benda tajam seperti pisau lipat. Lukanya bukan seperti potongan tapi tancapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Disosiatif AlteregoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang