11. Jujur

38 15 6
                                    

Happy Reading....
Hati-hati banyak typo bertebaran.
*


*
*
*
*
**********

Reyhan yang sudah terbangun memposisikan diri untuk duduk.

"Na, lo tadi--" Spotan kepala terangkat menatap si empunya setelah Sheyna menunduk lama. Jantungnya bertegub tidak beraturan.

"Ngomong-"

"Em-mang g-gue ngomong apaan? Gue nggak ngo-ngomong apa-apa," potong Sheyna terbata-bata. Tangannya mulai dingin. keringat dingin seakan mengucur dibalik baju.

Kenapa gue jadi gagap gini ngomongnya?

"Kenapa lo ngomong jadi gagap gitu? Lo mau jadi kembarannya Aziz Gagap?" tanya Rey menatap bingung ke arah lawan biacaranya, kemudian tersenyum di kala akhir pertanyaannya.

Sheyna mengeleng "E-nggak kok, sapa yang gagap? Asal ngomong aja, lawakan lo garing Rey," kekeh Sheyna.

Rey kembali melanjutkan ucapannya yang terpotong "Gue dengar lo ngomong..."

Sheyna merasa tidak tenang jari naik turun diatas paha memikirkan bagaimana caranya agar bisa terhindar dari situasi ini. Dan benar saja tuhan berpihak dengannya kali ini.

"Eeeh... ada Reyhan disini," ucap Nia tersenyum sambil menutup pintu rumah.

"Eh, Ibu dah pulang," ucap Sheyna tersenyum menghampiri dan mencium punggung tangan Nia dan diikuti juga oleh Rey yang sekarang berdiri tidak jauh dari Sheyna sembari tersenyum.

"Iyah sayang, maaf ya ibu pulangnya telat karna tadi ada lemburan." Mengelus pucuk kepala Sheyna lembut merasakan begitu besar kasih sayang ibu padanya.

"Iyah ngak papa bu." Sheyna kembali tersenyum menatap mata sayu ibunya penuh kelelahan disana yang coba sembunyikan dibalik senyum hangatnya.

"Muka kamu pucet banget Na, kamu sakit?" tanya Nia sambil memegang pipi anaknya. Hanya diam, Sheyna takut membuat ibunya khawatir.

Sheyna kalah cepat dengan Rey yang membuka suara duluan "Iyah bu, tadi Sheyna Pingsan di sekolah," jawab Rey membuat Sheyna menengok kearahnya dengan rasa kesal sebelum kembali menatap ibunya. Sebenarnya Sheyna ingin mengatakan kalau dia baik-baik saja. 

"Sekarang gimana masih sakit Nak? ayo kita sekarang ke dokter takut ada apa-apa." Mengelus pipi dan pucuk rambut Sheyna. Benar saja sekarang raut wajah khawatir Nia nampak di mata Sheyna. Ini yang Sheyna takutkan. Kadang terlalu khawatir dengannya Nia tidak memikirkan kesehatannya sendiri.

"Nggak usah ke dokter bu, Sheyna udah nggak papa kok, tenang aja Sheyna udah minum obat, tinggal istirahat aja sembuh," jawabnya tersenyum lebar berusaha menampilkan bahwa dia baik-baik saja dan tak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Yasudah syukur kalau begitu, tapi beneran nggak usah kedokter Na?"

"Iyah bu, nggak usah."

"Terus tadi kamu pulang diantar Reyhan? terus itu ada bubur di meja, bikinan Rey juga?" goda Nia menatap Rey singkat sebelum kembali menatap anaknya. Tersenyum. Reyhan menganguk canggung.

"Iyah bu, udah ah jangan gitu ekspresinya bu," decak Sheyna melihat ekspresi senyum ibu yang aneh menurutnya.

Ibu masih tersenyum-senyum "Iyah..iyah...deh, makasih ya Rey dah nganterin dan jagain anak ibu."

"Iyah bu sama-sama,"jawab Rey.

"Sekarang ibu dah pulang Rey, lo bisa pulang sekarang takut kemaleman nanti."

Will You Be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang