7. Sedikit Memori

43 19 1
                                    

Happy Readiiing......
*
*
*
*
**********
"Hanya perlu ibu saja sudah cukup bagiku"

*************

" Na...gue mau ngomong sesuatu!" Reyhan mencekal tangan Sheyna.

Sungguh bingung sebenarnya apa yang akan Reyhan bicarakan padanya. Raut wajah Reyhan tak terbaca sekalipun. Datar, tenang, tidak menunjukkan ekspresi berarti.

"Kenapa Rey?"

"Lain kali kalau genting lo bocor telpon gue," lugasnya
Sheyna tersentak mendengar ucapannya, seperti ada rasa kepedulian walau terbalut akan raut wajahnya datar dan dingin.

"Kenapa dia jadi baik gini biasanya aja cuek,"batin Sheyna.

"Gue kan nggak punya nomor telpon lo. Jangan-Jangan lo modus ya...bilang aja kali," canda Sheyna untuk menghilangkan rasa canggung.

Reyhan diam saja, malas menanggapi dan mengarahkan pandangan kesisi lain.

"Yaaaah...gue dikacangin doang, iya.. deh bercanda doang Rey. lo gitu aja ngambek."

"Siapa yang ngambek, mana hp lo?" 

"Ini." Menyerahkan hp sedari tadi Sheyna sakuin dalam celana trainingnya.

"Ini nomor gue, kalau lo butuh bantuan buat benerin genting tinggal telpon gue!"  Mata Sheyna membulat masih mencerna sikap Reyhan sekarang ini padanya saat menerima Hpnya.

"Ini kalau genting bocor doang nih?" 

Tak ada jawaban laki-laki itu tak menanggapi. Tiba-tiba suara sahutan ibu  menyuruh mereka cepat masuk.

"Makan yang banyak, jangan sampe sakit. Bentar lagih kalian ujian kan?" tanya Nia mengambilkan nasi ke masing-masing piring. Mereka tengah duduk di meja makan. Sheyna duduk tepat disamping Reyhan. Sedangkan Nia di depan mereka.

"Iyah tante."

"Iyah bu, masih lama sekitaran 3 bulanan lagih ini baru mulai tambahan," jawab Sheyna menerima piring yang sudah terisi nasi oleh Nia.

"Reyhan sekelas sama Sheyna?"

"Beda tante, saya kelas IPS kalau Sheyna IPA," jawabnya sopan menampilkan senyum tipis.

"Ouuh gitu...terus gimana kalian kenalnya?" tanya ibu penasaran.

"Ibu kepo deh, nanti makannya nggak selese-selese kalau ditanyain terus." Mengerucutkan bibirnya.

"Iya iyah yasudah abisin makannya." Nia memilih mengalah saja dengan anaknya. Bisa-bisa terjadi perdebatan nantinya. Tersenyum melihat tingkah ekspresi anaknya.

"Ini nak Reyhan tambah sayurnya." Meletakkan olahan sayur brokoli pada piring Reyhan.

Reyhan hanya terdiam melihat sayuran diatas piringnya. Bayangan memori  dulu seperti terputar bak CD. Sheyna tidak sengaja melihat butir putih bening sempat jatuh dipelupuk Reyhan. Sungguh itu hal yang membuat Sheyna semakin bingung. Apa karna dia nggak suka sayur atau masakan ibu nggak enak?  Sampe bisa dia sedih begitu. Tapi tidak mungkin karna masakan ibu itu selalu enak tidak ada tandingannya. Apa dia punya masalah? tapi Sheyna enggan untuk menanyakannya langsung.

Will You Be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang