21. Bertahan

23 12 3
                                    

HAPPY READIIIIING.............

*

*

*

***********************

Tuhan belum mengabulkan doanya. Hanya butuh sehari Sheyna mendapatkan kebahagian. Hanya butuh sehari pula dia kehilangan semuanya. Orang yang dia sayang. Banyak waktu yang belum bisa Sheyna manfaatkan sebaik mungkin dengan ibu.

Dunianya kelam. Ruang gelap yang terangi Ibu sudah redup. Pemantik cahayanya telah hilang. Satu persatu. Dia sendiri, terkungkung dalam ruang gelap. Sepi.

Ketukan pintu diluar sana bagai angin lalu. Sudah dua hari lamanya menghindar dari sibuknya dunia. Pandangannya tak teralihkan pada bingkai foto Nia saat bersamanya. Tersenyum tanpa beban.

TOK TOK..

"Nak! Sheyna sayang!" Suara sendu di balik pintu sana. Nandra mencoba membujuk Sheyna keluar.

Gia dan Hap pun sudah bergilir ke rumah Sheyna untuk mengajaknya ngobrol walau hanya depan pintu. Membicarakan suatu hal yang lucu berharap sang empunya keluar. Namun, nihil.

Kini giliran Nandra mencoba lagi, dan lagi. Gia dan Hap sudah ijin pulang.

"Na, Sheyna keluar Nak! Makan, nanti kamu sakit." Tidak ada balasan.

"Na, ayah tau kamu sangat kehilangan Ibu begitupun ayah, Jadi ijinin ayah buat jadi sandaran kamu Nak. Mungkin ayah tidak bisa menghapus rasa sedihmu, tapi ayah hanya ingin kamu merasa kalau kamu tidak sendiri." Mengusap mukanya gusar. Air mata sudah menetes. "Ibu pasti tidak ingin kamu seperti ini! Jangan menyiksa dirimu sendiri."

Di balik pintu sana Sheyna mendengar semua ucapan ayahnya. Memeluk kedua lututnya menangis.

Na maafkan ayahmu yah

Ucapan terakhir itu terus terbayang.

Kenapa ibu menyembunyikan ini semua dari Sheyna, kenapa?

"Jika tidak merasa nyaman dengan ayah, sekarang ayah akan pergi, tapi ayah akan kembali lagi! jangan lupa makanannya ayah taruh di nakas samping pintu kamar." Nandra beranjak pergi.

"Gimana Yah?" tanya Rey, duduk menunggunya di ruang tamu. Hanya gelengan kepala dari Nandra.

"Biar Rey coba bujuk Sheyna. Ayah pulang dulu, istirahat!"

Sudah berhari-hari semenjak kematian Nia, tidur Nandra tak pernah lelap. Anaknya terpuruk dalam kegelapan. Inilah saatnya untuk menjalankan tugasnya sebagai ayah, membawanya dalam cahaya kebahagiaan. Berbagai macam penolakan itu akan terjadi, tapi Nandra tidak akan menyerah.

Reyhan juga berjuang, dia tidak ingin adiknya terlalu larut dalam kesedihan. Sekarang bukan lagi menjadi pacarnya melainkan seorang kakak tanpa dia ketahui. Pintu ini terlihat sunyi, perlahan berjalan mendekat pintu. Duduk beralas lantai, menyilangkan tangan diatas lututnya yang di tekuk sebagai tumpuan.

"Na, lo ngak bisa terus begini. Masih banyak yang sayang sama lo. Semua khawatir sama lo." Suaranya selembut mungkin.

Tetap idak ada jawaban.

"Na, dalam kehidupan ini kita tidak akan tau ada apa di depan sana. Pasti ada pertemuan, ada perpisahan. Ditinggalkan atau meninggalkan. Ada kebahagiaan ada juga kesedihan, dan kenyataan yang tidak bisa dirubah."

"Seperti lo adalah adik gue," batin Reyhan sebelum melanjutkan ucapannya.

Hati Reyhan masih terasa sakit dengan kenyataan itu karna itu pula dia juga meninggalkan Sheyna.

Will You Be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang