XV.

1K 100 38
                                    

Satu minggu berlalu, dan semuanya sudah berjalan seperti apa yang Jimin bayangkan. Ia semakin sibuk dengan bertambahnya pekerjaan menjadi guru les privat Jungkook. Hal ini tentu sangat disambut antusias oleh Jungkook, karena ia pikir akan bisa terus bersama dengan Jimin dalam tempo waktu yang lama.

Apakah dalam satu minggu itu semuanya berjalan dengan mulus? Jawabannya, TIDAK.
Taehyung masih bersikeras melarang agar Jimin tidak melanjutkan pekerjaannya. Mungkin ada faktor lain yang menunjang alasan Taehyung ini. Namun itu semua tidak dibuktikan, alhasil Jimin menolaknya dan tetap mengajar Jungkook. Alasan sederhana lainnya. Jimin berhutang uang pada Jungkook seperti yang diucapkan laki-laki manis itu di Rumah Sakit.

Jimin tentu tidak keberatan karena ia masih punya banyak waktu luang selepas pulang sekolah, masih banyak waktunya untuk bisa belajar dan juga beristirahat. Namun berbeda dengan lelaki yang semakin enggan melepaskan keberadaan Jimin di dekatnya, Taehyung.

Tidak heran, karena semua yang diinginkan Taehyung pasti selalu terwujud. Meski harus berhadapan dengan Jungkook, kawannya sedari kecil.

Bel sekolah telah berbunyi tanda bahwa kegiatan belajar mengajar sudah selesai. Lelaki yang kini sudah memiliki ransel baru itu berjalan terlebih dahulu ke arah lokernya, hanya untuk sekedar mengambil buku pelajaran yang nanti malam akan ia pelajari.

Langkah kecilnya terhenti kala lengan kekar lebih dulu meraih buku ditangannya.
"Jadwal ngajarin Gua nih, Pak Guru."

Jimin si pria yang lebih pendek itu sedikit mendongak melihat Jungkook yang hari ini mengenakan topi hitam. Ia berpikir sebentar tentang jadwal mengajarnya yang ia rasa hari ini tidak ada kelas untuk Jungkook. Namun apa tadi kata Jungkook? Jadwal pengajaran untuknya? Tak bisa kah Jimin beristirahat?

"Tapi, Kook. Hari ini kan gak ada kelas les buat kamu?" ucap Jimin menjelaskan takut-takut Jungkook keliru. Jungkook tersenyum dan meraih satu buku lagi yang berada di tangan Jimin.

"Emang gak ada, hehehe. Keluar aja yuk sama gua, Jim. Makan. Gua yang traktir dahh...." jelas Jungkook. Belum sempat Jimin menjawab, lelaki dengan postur tubuh lebih besar dari Jimin itu sudah menuntun Jimin ke arah parkiran sekolah, menuju ke sebuah motor besar berwarna hitam yang masih terparkir di sana.

"Kita mau kemana dulu tapi?" Jimin berusaha memakai helm yang Jungkook berikan. Sedikit kesulitan dan akhirnya Jungkook membantu memasangkan helm tersebut hingga tak sengaja, mata mereka bertemu, tidak begitu lama hanya saja ada beberapa detik untuk diri mereka masing-masing merasakan suatu hal yang berbeda, yang sama sekali belum pernah keduanya rasakan sebelumnya.

Terlebih Jungkook yang kali ini masih terpaku melihat ke arah Jimin. Jimin yang lebih dulu tersadar itu segera menepuk pelan bahu Jungoook. Dan mendapati Jungkook yang langsung salah tingkah.

"Gimana ceritanya lo bisa cantik gini? Jujur gua normal bisa belok pas liat lo bentukannya begini Jim," ungkap Jungkook yang mana membuat Jimin terdiam setelahnya warna merah muda menghiasi kedua belah pipi gembilnya.

"Brengseknya, Taehyung harus lebih dulu ngedapetin lo ketibang gua, gua yakin sekuat tenaga dan kemampuan gua, gua akan selalu berusaha buat bikin lo ngerti perasaan gua,"

Jimin terdiam mendengarnya karena jujur, ini sangat teeburu-buru.

"Sorry-soryy Jim, lupain aja, ya?" Jimin tersenyum kikuk dan mengangguk lemah. Tak banyak yang mampu Jimin ucapkan hanya beberapa gurat senyum sebagai balas perkataan Jungkook tadi.

Merasa heran? Tentu. Jimin begitu bingung sekarang. Isi kepalanya tak henti memikirkan bagaimana Jungkook bisa dengan gamblangnya berkata demikian disaat dirinya dan Taehyung sudah bersahabat sejak lama, dan kini Taehyung menjadi kekasih Jimin.

The Queen Without Crown-Vm&Km.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang