X.

1.5K 185 25
                                    

"Kamu sempurna, karena perbedaanmu tersebut."

👑👑👑

Selama hidupnya, Jimin hanya mengandalkan beberapa kesempatan dan peluang yang sering datang menghampirinya. Tak jarang itu peluang yang mudah ataupun sulit. Seperti saat ini. Jimin lagi-lagi harus merasa bahwa hidupnya sedang terancam. Mungkin tersiksa baru terasa olehnya kali ini, saat ternyata Taehyung sudah membawanya keluar dari tempat wisata Candi Borobudur tersebut, dan memasukannya ke salah satu kamar Hotel yang letaknya lumayan jauh dari keberadaan Candi.

Tangannya masih berkutat, otaknya memperkirakan Taehyung akan melakukan apa kali ini. Terasa asin di indera perasanya. Ia mengelap sudut bibirnya yang ternyata sudah berdarah. Mungkin ia tak sadar, karena Taehyung membawa Jimin dengan cara menyeretnya tanpa belas kasihan. Tak sedikit sorot mata yang memperhatikan keduanya itu, namun saat Taksi datang menghampiri mereka berdua, semua orang di jalan tadi tidak bisa lagi melihat akan apa yang terjadi kemudian.

"Udah bangun lo?" Suara Taehyung menginterupsi Jimin, lantas lelaki manis itu menoleh, "udah, kita ngapain disini?" Jimin bergeser kala Taehyung ikut memenuhi ujung ranjang di sebelahnya.

"Bacot! Kita tinggal disini!" Ia membola saat mendengar jawaban Taehyung, jadi dia akan terpisah dengan grombolan temannya yang lain? "Terus yang lain gimana Taehyung? Nanti di cariin," Jimin begerak gusar, Taehyung menyeringai, "gak akan, kalo lu berhenti ngebacot. Paham?"

Taehyung berdiri dan membuka kemejanya, menyisakan baju kaos hitam berlengan pendek, juga jeans hitamnya. Jimin melipat kakinya di atas ranjang. Matanya menelisik ke setiap ujung kamar hotel mewah ini.

"Bersihin bibir Lu, Gua risi liatnya." Jimin menerima lap tangan yang Taehyung lemparkan ke atas kakinya. Ia mengambil lap tangan tersebut dan bangkit dari kasurnya. Kakinya sedikit perih, karena mungkin tergesek sepatunya yang sudah mulai sempit.

Tak ada lagi air mata, tak ada lagi rintihan. Semuanya sudah percuma jika di keluarkan. Taehyung bahkan tidak akan mengasihaninya lagi, bahkan jika ajal menjemput Jimin, pikirnya.

Seperti hal nya orang kebanyakan, bahwa Jimin pun punya hati. Jimin mampu menangis, juga Ia mampu kecewa. Hatinya terasa hancur kala mengingat bagaimana kasarnya perilaku Taehyung kepadanya. Bahkan sudah sangat jelas, bahwa di antara mereka, tidak pernah memiliki masalah apapun, terlebih Jimin yang tidak pernah mencari-cari masalah dengan Taehyung.

Namun kejadian-kejadian buruk selalu Jimin alami. Tapi sisi Malaikat Jimin selalu berkata bahwa, hal yang kini ia jalani, entah itu baik ataupun buruk pasti akan ada sebuah alasannya. Mungkin hal buruk ini datang pada Jimin dan hal baik itu datang kepada orang lain.

Seperti saat ia duduk di bangku sekolah dasar, waktu itu ia memakai pakaian seragam sekolah baru dari sang ibu. Ia berangkat kesekolah dengan berjalan kaki di antar sang Ibunda, namun di perjalanan ada mobil yang melaju dengan kecepatan begitu kencang, alhasil cipratan dari genangan air yang terdapat di jalan itu mengotori pakaiannya.

Saat itu pula Jimin tidak langsung marah, Ibunya berjongkok dan memegangi kedua bahunya, "gak apa-apa, ya? Mobilnya lagi buru-buru ada hal penting, kasian nanti kalo mereka telat. Kita ganti baju aja, okee?" Bibir Jimin yang mengerucut itu seketika memudar, di gantikan senyuman yang mana tercipta saat Ibunya ikut tersenyum ke arahnya. "Okeeee, Bu. Ayo pulang, hehehehe."

Sepenggal kisah yang selalu Jimin ingat, bagaimana Ibunya mengajarinya hal-hal baik waktu Ia kecil, bagaimana sang Ibu selalu berkata bahwa di setiap apapun yang kita miliki selalu ada hak orang lain didalamnya. Juga setiap usapan lembut telapak tangan sang Ibu di keningnya selalu jadi hal yang sangat nyaman jika di bayangkan ulang saat ini.

The Queen Without Crown-Vm&Km.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang