Part 26

348 33 0
                                    

rembulan telah bertakhta tinggi di langit, tak ada cahaya bintang menghiasi malam itu lagi pula jauh di dalam hutan terlarang ini kegelapan seakan menelan seluruh wilayah itu bulat-bulat begitu mencekam namun hal itu di sukai oleh mereka yang kini menguasai hutan tersebut.

"mhhmm... hngg!" suara rendah yang terdengar begitu manis dengan deru nafas yang terengah bergema memenuhi ruangan tersebut diiringi dengan suara geraman kasar dan berat secara bersamaan.

Tubuh itu bergetar pelan di bawah tekanan bobot tubuh di atasnya. Wanita itu memiliki rambut pirang yang panjang dengan daun telinga meruncing khas kepunyaan kaum itu dan namanya? Entahlah pria yang kini menguasai dirinya bahkan tidak mengetahui namanya namun wanita itu tidak punya pilihan saat di seret paksa dari ruang bawah tanah hanya untuk menjadi budak nafsu penguasa yang kini menduduki takhta mereka. Ia ketakutan namun berusaha untuk tidak menunjukkannya ia takut nyawanya akan melayang malam ini jika ia melakukan sedikit saja kesalahan.

Pria itu dengan kasar mencumbu gadis Elf itu, ia berusaha untuk menikmatinya akan tetapi tetap saja tak perduli seberapa keras ia memaksakannya ia tidak bisa membohongi dirinya. Ia tidak menginginkan wanita ini, dahaganya tidak terpenuhi ia justru semakin haus akan sosok wanita itu. Wanita yang ada dalam fantasi nya beberapa waktu belakangan ini.

Meski wanita yang kini di bawah kungkungannya memiliki tinggi badan, bentuk tubuh, mata, dan wajah yang hampir serupa tetap saja mereka orang yang berbeda. Ia tidak sama. Finnick menggerang kesal ia menghentikan kegiatannya yang tidak menyenangkan baginya itu, nafasnya terengah namun bukan karena ia menikmati malam nya melainkan menahan amarah yang membuncah di dadanya.

Ia ingin sekali mendobrak wilayah kawanan itu dan menangkap wanita itu dengan tangannya sendiri namun ia tak bisa berbuat banyak ia tak bisa menggila membabi buta menyerang kaum itu hanya untuk memiliki wanita itu karena mereka memiliki aturan dan perjanjian antar kaum yang sudah sejak lama dijaga. Entah itu hanya bualan semata atau bagaimana namun itu benar benar mengikat mereka bagai rantai tak kasat mata. Suara rintihan dan isakan tertahan terdengar di telinganya membuat Finnick semakin kesal saat ini.

"To..tolong.. jangan bunuh aku y..yang mulia, maafkan aku." Pinta gadis malang itu lidahnya keluh menyebut kata 'yang mulia' namun demi nyawanya ia tak punya pilihan lain, wanita itu berlutut di kaki Finnick seraya menggosok-gosok kedua telapak tangannya memelas ampun namun Finnick tidak perduli. Ia mendekat kembali pada wanita itu menjambak rambut wanita itu kasar membuat manita itu menengadahkan wajahnya dan mengekspos leher jenjangnya yang penuh dengan bercak merah akibat cumbuan Finnick. Seketika Finnick merasa muak melihat nya ia sangat bodoh berfikir wanita di hadapannya itu akan bisa memuaskan rasa dahaganya terhadap Eletha.

Finnick dengan bengis menggigit pembuluh darah wanita itu darah segar mengalir membasahi mulutnya dan bahu wanita itu.

"AKHHHH TI.. HENTIKANN." Wanita itu mengerang dan mencakar dada telanjang Finnick berharap itu akan menyakitinya dan ia akan melepaskan gigitannya namun alih-alih Finnick melepaskan gigitannya ia justru semakin mengeratkan tancapan taringnya pada leher wanita itu dalam hitungan detik wanita itu terkulai lemas lalu kehilangan kesadarannya lebih tepatnya nyawanya.

Setelah selesai menghisap habis darah wanita itu Finnick melepaskan gigitannya dan melempar tubuh tak bernyawa itu kasar ke atas pembaringan. Kain putih yang menyelimuti pembaringan megah itu seketika dikotori karena darah wanita tersebut, Finnick menatap tubuh wanita tersebut sekali lagi dan merasa muak karenanya.

"Menjijikan sekali." Ucapnya ia kemudian dengan bengis merobek dada wanita itu dengan tangan kosongnya menancapkan salah satu tangannya pada dada wanita itu dalam dalam kemudian menarik sesuatu dari dalam dada itu. Sebongkah daging utuh yang sudah tidak lagi berdetak berada dalam genggamannya ia meremas jantung mati milik wanita itu seolah memeras jeruk dan menjilati sedikit darah yang mengalir membasahi tangannya. Ia benar benar menghisap habis darah dari tubuh wanita itu tak bersisa.

The Great LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang