part 6

8 7 0
                                    

    Setiap orang tua pasti senang melihat anaknya bahagia , kedua orang tua pasti akan menjaga anak-anak mereka dengan segenap jiwa , senyum dan tawa mereka seakan menjadi penenang . Namun saat kasih sayang itu hilang anak yg mereka lukai akan menjadi bom waktu untuk mereka kelak , terkadang keterbatasan , kelainan , kecacatan menjadi alasan rasa itu terkikis , hingak akhirnya habis , bukankah darah lebih kental  daripada air? .
    Cuaca nampak sedikit lebih mendung dari biasanya tak nampak mentari yang bersinar di pagi ini Sang Cakrawala nampak mendung dengan gurat-gurat kelabu yang nampak jelas , hari ini sedikit berbeda dari hari-hari biasanya , entah apa yang terjadi di keluarga sajiwa , tak seperti hari-hari biasanya Sarah tak ada di meja makan dari kemarin ia Nampak tak ingin keluar kamar ia Hanya berdiam diri di kamar tanpa melakukan apapun Terkadang ia seperti orang ketakutan yang melihat sesuatu namun yang lain tak melihatnya , Saat Sendiri Terkadang ia sering menjerit histeris entah apa yang dirasakan Sarah ataupun yang dilihatnya belakangan ini memang sikap sarah sedikit aneh , namun Raka dan Alex hanya berpikir bahwa sarah hanyalah kelelahan.

" Selamat pagi yah " Sapa Raka dengan senyum cerahnya.

" pagi juga " balas Alex yang sudah duduk manis di meja makan dengan secangkir kopi.

" Bunda mana yah? "Tanya Raka pada sang ayah yang asyik menikmati kopinya.

"Ada di kamarnya, Dia sedang tidak enak badan " jawab Alex, Raka pun ikut bergabung duduk di meja makan tak berapa lama para pelayan pun datang menyajikan berbagai hidangan sarapan untuk hari ini.

" Apa Raka boleh sekolah hari ini yah" tanya Raka ragu-ragu.

" enggak " jawab Alex singkat.

" kamu di rumah aja dulu jagain Bunda kamu " lanjut Alex dengan wajah datarnya, raka pun tidak bisa berbuat apa-apa Dia hanya bisa menuruti apa mau sang ayah.

  Sarah terlonjak kaget, saat mengetahui dirinya telah berada di sebuah gudang yang penuh dengan debu kotor , di situ tak ada siapapun selain dirinya , seingatnya Tadi ia masih berada di kamarnya namun mengapa sekarang dia berada ditempat ini, siapa yang membawanya kemari, yang mencoba untuk bangkit meraba-raba dinding yang Sudah usang itu dingin ini itu nampak sudah Lapuk termakan usia ia menjadi sedikit khawatir gedung ini akan rubuh dan menimpa dirinya, sayup-sayup terdengar suara langkah yang semakin mendekat mendekat dan terus mendekat hingga pergelangan tangannya dapat merasakan, sebuah genggaman tangan yang terasa sangat dingin menusuk indra perasa nya, Siapa yang ada bersamanya di tempat ini, dengan perlahan Sarah menoleh ke belakang namun tak ada siapapun di belakangnya hanya sebuah gudang kosong yang tak berpenghuni, Sarah mencoba menguatkan dirinya dengan perlahan ia mulai berjalan untuk mencari jalan keluar namun seakan ruangan ini tak bertepi tak ada pintu yang ia lihat Bahkan tak ada Seberkas cahaya pun yang bisa menerangi langkahnya hingga terdengar seseorang memanggilnya dengan suaranya yang seakan tercekik suara itu mulai merasuk indra pendengaran Sarah.

"Bun--da"

Suara itu nampak terdengar begitu mengerikan suara itu semakin mendekat dan sebuah kilatan petir menampakan siluet seseorang yang berdiri mematung melihatnya sosok itu berjalan mendekati Sarah , semakin mendekat, semakin mendekat dan terus mendekat hingga memangkas jarak antara Sarah , seakan rembulan ingin memperlihatkan kan kepada Sarah sosok di depannya, saat sinar rembulan menyinari sosok itu betapa terkejutnya Sarah saat memperlihatkan seorang pemuda berdiri di depannya dengan kemeja putih membalut tubuhnya perlahan kakinya melangkah, seketika pula sosok di kedepannya mulai berubah wajahnya berubah begitu pucat dengan mata yang hitam pekat keseluruhan, dari balik kemeja putihnya mulai terlihat darah yang merembes keluar mengotori kemeja putihnya itu, Sarah membekap mulutnya saat melihat apa yang ada di hadapannya, sosok itu terus mendekat dengan darah yang keluar dari mata hitamnya.

" pergi " sarah berteriak histeris saat sosok itu semakin mendekat kearahnya, tubuh Sarah bergetar hebat Karena rasa takut yang menyelubungi jiwanya, sarah menutup kedua matanya berharap sosok mengerikan di hadapannya akan menghilang saat ia membuka matanya kembali , selang beberapa menit dia kembali membuka matanya dan tak melihat sosok yang tadi ada di depannya itu dia bisa bernapas lega namun suara itu kembali terdengar.

" kembalikan apa yang seharusnya menjadi hak saya " suara tanpa pemiliknya , sarah melihat sekelilingnya tak ada siapapun yang ada di sana hanyalah dirinya namun suara itu nampak begitu jelas menusuk Indra pendengarannya .

" pergi Jangan ganggu saya" teriak Sarah dengan histeris, dia menutup kedua telinganya berharap tak mendengar suara itu namun suara itu terus terdengar terdengar seperti bisikan tepat di telinga yah yang terus memanggilnya Bunda.

  " pergi" sarah langsung terduduk saat ia terbangun dari tidurnya, wajahnya sudah dibanjiri oleh keringat dan Deru nafas yang tak beraturan, Sarah melihat sekelilingnya  terdengar helaan napas lega saat ia mengetahui bahwa Iya masih ada di kamarnya, itu hanyalah sebuah mimpi namun begitu tampak nyata, merasa haus Sarah pun mengambil air di atas nakas dekat ranjangnya, awalnya semua baik-baik saja hingga Sarah rasakan meneguk air itu, Sarah Langsung melempar gelas situ sembarang  saat yang ia lihat bukanlah sebuah air mineral , melainkan sebuah cairan merah yang mirip seperti darah, ketika Sarah menjadi histeris sungguh sangat tertekan dengan apa yang selalu ia alami kejadian-kejadian yang diluar Nalar sering sekali menghampirinya akhir-akhir ini membuatnya seakan gila sendiri, Apa mungkin sosok itu dendam kepadanya mungkin saja .
   mendengar suara teriakan Sarah Alex langsung bergegas menghampiri Sarah yang sudah menangis ketakutan, Apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya apakah mungkin Sarah merasa  dihantui rasa ketakutan dan rasa bersalah mungkin saja iya.

"Kamu kenapa? " tanya Alex mengusap lembut kepala sang istri.

" dia ada di sini Mas" jawab Sarah di sela tangis.

" Sar dengerin aku, dia udah gak ada, semua yang kamu lihat itu cuman halusinasi" ucap Alex meyakinkan bahwa semua yang dilihat Sarah hanyalah sebuah halusinasi.

" nggak Mas , dia terus neror aku, aku takut Mas" Sarah seperti orang yang begitu ketakutan.

" udah, kamu harus tenang jangan termakan halusinasi kamu sendiri" Alex memang benar-benar tak pernah percaya dengan hal-hal yang berbau mistis.

" Ya udah aku berangkat kerja dulu, kamu baik-baik di rumah jangan mikir yang nggak-nggak telepon aku kalau ada apa-apa " pesan Alex pada sang istri, hanya mengangguk patuh akan perintah yang dilontarkan suami.

      Dilain  tempat dua orang pemuda Tengah asyik berbincang, di sebuah kantin sekolahan elit di kota itu dua orang pemuda itu tak lain dan tak bukan adalah Dino dan Reno, pagi ini Dino harus rela menemani Reno sarapan di kantin karena kedua orang temannya tak masuk.

"Lingga emang  kenapa nggak masuk? "Tanya Dino dengan mimik muka datarnya.

" kata nyokapnya sih sakit " jawab Reno dengan mulut penuh dengan makanan, Dino hanya mengangguk-angguk paham.
    Hari ini tak banyak yang dilakukan oleh Dino dan Reno, apalagi Reno dari tadi dia merasa sangat bosan berada dekat dengan Dino yang notabennya seorang yang dingin dan jarang sekali bicara , akhirnya jam pulang sekolah pun tiba para siswa dan siswi pun berbondong-bondong meninggalkan tempat itu begitu  pula dengan Dino dan Reno  siap untuk pulang.

" mau langsung pulang no? " tanya Reno pada Dino.

"Nggak, gue mau ke panti asuhan dulu "jawab Dino.

"Mau apa lo ke panti asuhan, mau adopsi anak lo, mana bisa, pacar juga nggak punya "

"Emangnya Panti Asuhan tempat adopsi anak doang "

"Enggak juga sih, terus Lo mu apa dong ke sana"

" terserah gue mau ngapain juga bukan urusan Lo "

" biasa aja kali jawabnya jangan sewot "

" terserah "jawab Dino singkat dan mulai memasuki mobilnya, namun Reno berusaha mencegahnya.

" ikut" seru Reno .

" punya kaki kan?" bukan menjawab Dino malah bertanya suatu hal yg bisa ia jawab sendiri .

"Punya" jawab Reno

"Jalan aja sendiri , gue yakin Lo bukan anak kecil yg perlu di gendong" ucap Dino dengan sinis .

Raga Sajiwa√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang