part 23

2 2 0
                                    

" mau apa kamu ke sini?" Tanya seorang pria berjas dengan angkuhnya .

"Saya hanya ingin memberi tau anda bahwa sekarang anak anda tengah kritis" ucap Bagas pada pria di depannya , ada suatu hal yg membawa Bagas menemui pria itu , sebenarnya Bagas sangat malas menemui pria di hadapannya itu , melihat mukanya saja dia sudah sangat muak .

"Hahaha" pria itu tertawa meremehkan .

"Apa kami seorang pengarang?" Tanya pria itu lalu kembali tertawa .

"Anak saya baru saja menelpon saya , dan jelas keadaanya baik-baik saja , lantas sekarang kamu datang dan mengarang cerita bahwa anak saya kritis , maaf saya buka seorang sutradara yg bisa memfilmkan karangan kamu itu" ucap pria itu , menganggap omongan Bagas hanya lelucon belaka .

"Saya tidak membicarakan anak yg bersama anda , melainkan anak yg anda buang " Bagas menatap tajam lawan bicaranya .

"Dengar baik-baik anak saya hanya satu , yaitu Raka sajiwa " ucap pria berjas itu yg tak lain adalah Alex .

"Sekuat apa pun anda mengelak , lingga tetap anak anda , di dalam tubuhnya mengalir darah anda "

"Dia bukan anak saya" Alex mulai meninggalkan suaranya , berbeda dengan Bagas yg nampak biasa saja dan nampak memandang remeh Alex .

"Bukankah sebulan yg lalu anda menginginkan lingga , hingga anda membuat istri saya ketakutan" ucap Bagas , sedangkan Alex malah tertawa .

"Kamu siapa berani beraninya bicara seperti itu kepada saya , saya menginginkan anak itu hanya untuk menyelamatkan anak saya , saya tidak butuh anak tak berguna seperti dia "ucapan Alex mampu memuat Bagas terpancing emosi .

"Berengsek , di mana hati anda hah " satu Bogeman mentah berhasil mendarat di pipi kanan Alex , membuat sudut bibirnya terluka dan mengeluarkan cairan merah , Alex mengusap darah dari sudut bibirnya dengan ibu jarinya , dan menatap nyala Bagas , satu pukulan berhasil mendarat di rahang Bagas , Alex berteriak memangil para bodyguardnya , beberapa pria bertubuh kekar pun masuk .

"Habisi dia" perintah Alex , para pria itu pun mulai menyerang Bagas , sedangkan Alex hanya menjadi penonton yg begitu menikmati setiap adengan yg terjadi , Bagas berusaha melawan namun sayang ia kalah jumlah .

"Cukup" teriak Alex , para pria itu pun seketika berhenti dan melepaskan Bagas begitu saja , Bagas telah tersungkur dengan keadaan yg tak bisa di bilang baik-baik saja , hampir seluruh wajah dan tubuhnya di penuhi luka , Alex mendekat dan mencengkeram dengan kuat bahu Bagas membuat si empunya meringis kesakitan .

"Ini akibatnya kalo kamu berani mengusik hidup saya " ucap Alex penuh penekanan di setiap katanya .

"Silahkan bila anda ingin membunuh saya , tapi saya mohon tolong lingga , dia butuh donor darah " ucap Bagas memohon , apa saja akan ia lakukan asal lingga selamat , walau nyatanya ia bukan ayah kandung dari lingga tapi Bagas begitu menyayangi lingga seperti anaknya sendiri , apa pun akan ia lakukan walau taruhannya nyawanya sendiri .

"Kamu pikir saya peduli , mau dia mati pun saya tak akan peduli " ini ucapan yg di katakan seorang ayah pada anak kandungnya sendiri , mungkin bila lingga mendengar ucapan itu ia akan sangat terluka , namun selama ini yg lingga tau Bagaslah ayah kandungnya , nyatanya Bagas hanyalah seorang pria baik hati yg merangkul seorang wanita malang yg kehilangan harga dirinya , seorang pria bajingan dengan kejinya merenggut mahkota seorang wanita berhati Sultra dan pergi begitu saja dengan wanita lain tanpa berniat bertanggung jawab pada wanita malang itu , pria itu adalah Alex dan wanita malang itu adalah Mila , saat Mila berada di titik terendah Bagas datang merangkulnya dan memberi kebahagiaan untuk Mila , Mila pun mulai menata hidup baru bersama Bagas dan berusaha melupakan masa lalunya , Bagas menerima Mila apa adanya begitu pun keluar Bagas mereka menyambut baik Mila , Bagas tak bisa memiliki keturunan kehadiran lingga membuatnya merasa kesempurnaan di atas keterbatasannya .

"Aku mohon , apa pun akan saya lakukan, asal anda bersedia menolong lingga " Bagas terus memohon agar Alex bersedia mendonorkan darahnya untuk lingga putranya sendiri yg telah ia buang dan sia-siakan , setidaknya Bagas berharap pria di hadapannya ini masih memiliki hati nurani .

"Memangnya kamu punya apa ?, Saya tak akan Sudi memberi setetes darah saya ini untuk anak sialan itu"

"Cuh" Bagas meludah di depan Alex , membuat Alex semakin marah .

"Saya heran mengapa Tuhan masih mempertahankan iblis seperti mu di muka bumi ini "ucap Bagas membuat wajah Alex memerah akibat marah , Alex langsung melayangkan pukulannya dan berhasil membuat Bagas berteriak kesakitan , tanpa belas kasihan Alex menginjak kepala Bagas , ia menatap tajam Bagas yg meringis kesakitan .

"Dengar jangan pernah usik kehidupan saya , urus saja anak tak berguna itu dan istri mu yg lemah itu " ucap Alex .

"Bawa dia pergi dari hadapan saya , saya tak Sudi melihat wajah gembel ini" para pria bertubuh kekar itu mulai menyeret tubuh Bagas menjauh dari Alex .

"Kamu akan menerima akibatnya Alex" teriak Bagas .
Bagas di lempar begitu saja oleh para bodyguard Alex ke atas aspal untung saja tak ada mobil yg melewat , Bagas berusaha bangkit tangannya terkepal mencoba menghilangkan amarahnya , Bagas berjalan tertatih menuju mobilnya , ada istri serta anaknya yg menunggunya , dengan kecepatan di atas rata-rata Bagas melajukan mobilnya menuju rumah sakit .
Saat sudah sampai di rumah sakit , banyak pasang mata yg memandangnya aneh , bagaimana tidak dengan keadaan Bagas yg babak belur dan penuh luka membuatnya menjadi pusat perhatian , begitu pula saat ia sampai di depan UGD , istri langsung memeluk Bagas dan menangis .

"Kamu kenapa mas?"tanya Mila , mengusap lembut pipi sang suami yg di penuhi luka dan memar .

"Aku gak papa" jawab Bagas menghapus sungai kecil di pipi mulus sang istri .

"Gak papa gimana sih mas , liat muka kamu babak belur begini , siapa yg udah bikin kamu begini siapa mas ... hiksss"

"Aku tadi nemuin Alex " ucap Bagas yg mampu membuat Mila terdiam .

"Buat apa?" Tanya Mila .

"Cuman dia yg bisa nolong lingga , lingga perlu donor darah secepatnya , dan aku gak bisa nolong lingga , karna aku bukan ayahnya " ucap Bagas , Mila kembali memeluk erat suaminya , sedangkan yg lain menatap bingung .

"Maafin aku , aku udah gagal jadi ayah buat lingga"

"Enggak mas , kamu gak pernah gagal , kamu dunianya lingga mas " ucap Mila , sungguh adengan yg memilukan , dimana seorang ayah yg memperjuangkan seorang anak yg bukan darah dagingnya dan menyayanginya lebih dari ia menyayangi dirinya sendiri , namun ironis ayah kandung yg seharusnya memberikan itu semua malah tak acuh dengan hidup sang anak , bukankah darah lebih kental daripada air?.
Tiba-tiba beberapa perawat dan dokter berlarian memasuki ruangan UGD , Bagas mengerikan salah satu perawat untuk bertanya .

"Ada apa ini?" Tanya Bagas yg sudah ikut panik sedangkan istrinya terus menangis di dalam pelukannya .

"Keadaan pasien menurun derastis , dan kami belum menemukan donor darah untuk pasien" jawab salah satu perawat , kemudian berlalu begitu saja , Mila semakin histeris mendengar itu .
Beberapa menit mereka terdiam dengan rasa takut yg membelenggu , apa yg terjadi di dalam apa lingga baik-baik saja?, Batin mereka , tak ada yg bisa di lakukan selain terus berdoa , apa akhirnya pintu pun terbuka , namun mereka tak suka melihat wajah dokter itu yg terlihat sedih .

"Maaf kami sudah berusaha semampu kami tapi , pasien tidak bisa bertahan , saya turut berdukacita atas kepergian pasien" ucap dokter itu .

"Anda jangan becanda , anak saya gak mungkin pergi gitu aja " Bagas tak percaya dengan apa yg di ucapkan sang dokter , sedangkan Mila langsung berlari menerobos masuk ke dalam .
Hal pertama yg Mila lihat adalah para suster yg mulai melepaskan alat-alat medis dari tubuh anaknya , Mila mendorong salah satu suster dan memarahinya .

"Apa yg kalian lakukan hah , kalian mau bunuh anak saya , anak saya sedang sakit kenapa kalian melepaskan alat-alat itu " teriak Mila , para suster yg ada di sana tak bisa berbuat apa-apa .

"Lingga sayang , ini ibu bangun na , bangun liat ibu" ucap Mila namun anaknya itu bandel , ia masih terpejam dengan tenang Tampa terusik sedikit pun .

"Bangun nak , lingga denger ibu kan , bangun " tangis itu terdengar begitu memilukan bagi siapa saja yg melihatnya dan mendengarnya .

"Bangun nak ... Bangun ... Bangun" teriak Mila sembari mengguncang tubuh tak berjiwa itu , anaknya telah pergi untuk selama-lamanya dia tak akan pernah kembali , tangis pun pecah melepas seorang lingga yg kini telah terpejam dengan tenang .

Raga Sajiwa√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang