part 9

4 5 0
                                    

   Langit begitu kelam seakan bercerita tantang kejadian kelam yg begitu mengiris jiwa , sang bintang pun tak mau menemani kelam malam ini , hanya hembusan angin yg menusuk hingga ke tulang , jangkrik  serta lolongan anjing yg terus saling bersahutan .
    Seorang pria berpakaian serba hitam nampak mencari sesuatu di sebuah gedung tua yg sudah kosong dan telah lapuk .

"Nyusahin aja Pake ketinggalan segala" ucap pria itu sambil menepuk sebuah koper hitam .

Braag

   Terdengar suara barang yg jatuh , pria itu coba berpikir positif , lelaki yang kerap di pangil Johan itu segera mengambil barang yg ia cari namun tiba-tiba pintu lapuk yg ada di hadapannya itu menutup dengan kencangnya .

" Woy , siapa di sana " teriak Johan yg mulai panik , dengan segenap ke beraninya Johan membuka pintu lapuk itu namun tak ada siapa-siapa di sana .

Preng

  Kaca yg sudah banyak coretabya itu tiba-tiba saja pecah dan hampir mengenai Johan , perasaan Johan mulai tak karuan hawa di ruangan itu berubah menjadi dingin dan pengap , terdengar suara derap langkah yg mendekatinya , rasanya ada seseorang yg berdiri di belakangnya , Johan pun berbalik , hanya ruangan kosong yg telah lapuk yg ia lihat dengan bantuan seter yg ia bawa .

"Kembalikan" terdengar samar suara yg Tampa pemilik .

"Siapa itu" teriak Johan .

"Kembalikan" suara itu semakin jelas namun begitu lirih dan terdengar berbisik , tiba-tiba telinga Johan berdengung .

"Kau jahat"

"Gak aku bukan orang jahat , pergi " Johan mulai ketakutan dengan suara yg terus terdengar Tampa wujud itu .

"Kau harus mati" dengan rasa takut yg telah menyelubungi menyelimutinya Johan mencoba tuk pergi dari tempat itu namun kakinya terasa sangat berat bagai baru saja di cor .
   Johan terus menyoroti sekelilingnya , saat tak sengaja sorot cahaya itu memperlihatkan kan seseorang yg berdiri di depan jendela yg telah pecah , sosok itu tersenyum miring dengan wajah pucat serta mata hitam pekat keseluruhan , sungguh mengerikan .
   Hal itu membuat Johan tak dapat mengendalikan rasa takutnya seketika senter serta koper yg ia bawa jatuh menghantam tanah , sekuat tenaga ia berlari , namun itu sia-sia karena sosok itu telah kembali berdiri di hadapannya .

"Pergi jangan gagu saya " teriak Johan yg sudah tenggelam dalam rasa takutnya keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhnya .

"Kembalikan" suara itu terdengar begitu lirih.

"Saya gak tau apa-apa itu semua atas perintah ayah mu" sosok di depannya itu tertunduk dalam dan dengan sekali kedipan mata sosok itu sudah ada tepat di hadapan Johan seketika Johan pun lari sekuat tenaga hingga tanpa ia sadar , sebuah pagar besi yg sudah rusak dengan posisi miring ( / ' miring kaya gini') yg siap menantinya di depan , tak bisa mengelak seketika ujung besi yg runcing itu menusuk dada Johan , Johan hanya bisa membuka matanya saat benda itu menusuk dadanya hingga belakang , bau anyir pun menyeruak masuk Indra penciuman Johan , penglihatan  Johan seketika mengabur dan gelap pun merenggut , cairan merah pekat mulai mengalir , menetes membasahi tanah kering itu .

     Pagi ini Alex nampak terburu-buru , pagi sekali ia mendapat kabar , bahwa salah satu pekerjanya tewas , dengan terburu buru Alex meninggalkan rumah bahkan ia meninggalkan sarapan .

"Bun , ayah mu kemana kok kaya buru-buru banget ?" Tanya Raka yg baru saja sampai di depan meja makan , tubuhnya sudah terbalut seragam sekolah .

"Katanya ada temennya yg meningal " jawab sarah , sukur Sarah tak seperti , hari-hari sebelumnya yg nampak selalu ketakutan dan berteriak histeris , Raka hanya menanggapi dengan ber'oh- ria .
   Makanan pun tersaji begitu banyak , hampir sebuah jenis makanan ada di meja itu .

Raga Sajiwa√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang