26

3.7K 363 42
                                    

"Gulf! Gulf kamu mau kemana? Kamu bilang hari ini libur kampus 'kan? Gulf?"

Kejadian beberapa menit yang lalu sempat membuat Mew terdiang dan terbelangah karena reaksi Gulf yang tidak terduga. Namun, hal tersebut segera disadarkan dengan kepergian Gulf secara tiba-tiba, pria itu menghentak banyak barang dengan emosionalnya juga membanting pintu tanpa perasaan.

Kini, Mew tengah mengejar Gulf yang masih berjalan dengan terburu-buru di koridor Apartemen bahkan sampai menuruni lantai gedung. Menolak bicara apapun pada Mew bahkan tidak ingin menatap matanya sekali pun, lelaki itu tampak sangat kesal karena wajahnya jauh lebih merah dari biasanya, dia tidak mengumpat seperti biasanya dan hanya diam seribu bahasa.

"Gulf," panggil Mew lagi. Dia menyentuh tangan pria lain yang seketika berhenti berjalan kemudian berbalik.

"Apa sih, anjing?"

"Saya manusia," kata Mew. Mereka berdiri tidak jauh dari gerbang gedung Apartemen. "Kamu kenapa?"

"Gak tau."

"Kalau kamu saja tidak tahu bagaimana saya bisa tahu?"

"Makanya lo tempe aja."

Gulf memalingkan wajahnya, mengernyitkan alis ketika panasnya matahari pagi menjelang siang mulai menyapa kulit Tan miliknya. Sementara di sisi lainnya Mew menghela napas untuk meredam emosi, dia menarik tangan Gulf yang lagi-lagi di tepis dengan umpatan kasar.

"Apa sih?"

"Kamu cemburu?"

Gulf melotot ke arahnya, dia menunjuk dirinya sendiri "Gue? Najis! Jangan kegeeran. Gue cuman gak suka ya, gak suka aja, lo paham kata gak suka, 'kan? Bukan cemburu."

Memilih mengulum bibir untuk membunyikan senyum yang akan membuat Gulf semakin melonjakkan amarahnya akhirnya Mew mengangguk "Iya, paham. Kamu mau pulang? Biar saya antar. Saya ambil kunci mobil dulu."

Gulf mengibaskan lengannya ke udara kosong "Gak, gak, gue bentar lagi dijemput kawan. Lo balik aja ke Apart lo, atau sono pergi kerja. Tadi kan udah di samperin SEKERTARIS lo tuh."

Hampir tertawa, pria dewasa itu terbatuk untuk menyembunyikan senyumnya "Ya sudah, saya mau pergi kerja sekalian nemuin sekertaris saya, ada banyak acara bareng dia. Kamu have fun, ya." Akhirnya Mew mengusak rambut hitam legam Gulf sebelum pergi masuk kembali ke dalam gedung Apartemen.

Gulf melongo, dirasa ada yang bercokol dihatinya, enggan mengakui apa pun itu dugaannya, jadi dia hanya diam menunggu Bright datang tanpa sepatah kata pun.

-o0o-

"Temen lo kesurupan, Bret?"

Bright mengedikkan bahunya, dia menggeleng sekali lagi ketika Mild menyenggol siku tangannya, mereka tengah mengamati Gulf yang kini hanya diam menikmati camilan di tangannya dan segenggam ponsel yang terus dia mainkan dengan wajah datar dan tanpa suara sedikit pun.

Suatu hal langka ketika Gulf Kanawut tidak mengeluarkan suaranya sekadar mengumpat atau apa pun yang membuat suasana menjadi ramai.

"Gulf."

"Hm."

"Kosple Nisa Sabyan apa kebelet beol, lo?"

"Njing," bungkus bekas snack dilempar tepat mengenai wajah Mild yang senantiasa ikut mengumpat. Bright tertawa setelahnya.

"Nah gitu dong ngumpat, dari tadi diem aja lo kenapa, sih? Ada masalah?" Tanya Mild.

Gulf menggeleng "Gak ada, gabut aja."

"Gabut lo tuh treak treak sambil ngejulidin ayam-ayam kampus ya, anjing, kaga ada tuh modelan Gulf diem begini, kaga ada, monyet."

Bright membuka kaleng soda di tangannya "Jadi Gulf anjing apa monyet?"

"Dugong."

"Berantem kita, Mild."

Mild tertawa "Btw kata Bret dia jemput lo tadi di gedung Apartemen gede yang isinya orang-orang tajir melintir itu, ya? Lo ngapain di sana? Selese tugas?"

Gulf mengernyit "Tugas apaan?"

"Biasa, open BO."

"Congor lo, Mild!" Botol soda yang tadi Bright taruh karena isinya sudah tandas di lempar oleh Gulf menuju bahu Mild, pria itu tertawa sembari mengaduh sakit menikmati wajah temannya yang semakin mengerut.

Setelahnya mereka diam untuk beberapa saat dan beberapa saat itu digunakan masing-masing dari mereka untuk saling lirik, setelah dirasa pasti kemudian Bright mengangguk dan mengecilkan volume televisi membiarkan Gulf bercerita.

"Jadi..."

-o0o-

"Sore bang Gulf."

"Sore, Win. Rajin banget, ini baru anak muda yang disenangi oleh bangsa, kagak molor aje kerja lo, sekali-kali dateng duluan begini langsung deh bersih-bersih."

Win tersenyum, menampakkan senyum pepsoden miliknya "Uang kost gue nunggak tau bang gara-gara dipake buat beli video game, jadinya harus rajin kali aja dikasih bonus."

Gulf memukul pelan bahu rekan kerjanya itu "Anak muda jurusan perdakjalan begini nih hasilnya, kaga tau begimana arus hidupnya. Entar lo kalo gue temuin Mabar bareng yakjuj makjuj kagak kaget gue."

Merengutkan wajah, Win kembali membersihkan meja-meja yang sedari tadi tengah ia bersihkan, sesekali melirik Gulf. Pria itu sedang mengecek ponselnya dan memeriksa menu di Cafe mereka dan kerap kali mengobrol bersama rekan yang lainnya.

"Bang Gulf," panggilnya. Gulf berdeham untuk menjawab seruan tersebut.

"Abang beneran punya sugar Daddy?"

Gulf melotot kemudian mengangkat kepala untuk menatap Win yang kini memasang wajah polos kebingungan, dia melempar serbet bekas di tangannya "CONGOR LO BOCAH, SUGAR DADDY MULU! GUE STRAIGHT!"

"Straight apaan, nih ya, abang kalo jadi karakter di komik komik Boys Love gitu bang, pasti jadi Uke tsundere gatau diri gitu kalo kata gue."

Gulf melotot sekali lagi ke arahnya "GAK, GAADA! APAAN UKE UKE, UKE LELE?!"

"Sensi amat, pms kali ye?"

"GUE DENGER."

-o0o-

To Be Continued

FUCK YOU! DADDY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang