31

1.4K 164 15
                                    

"Lo pernah makan di sini? Enak?"

Gulf menggaruk belakang telinganya, dia lumayan ragu dengan jawabannya kemudian mengangguk. "Ya... Beberapa kali pernah, gak sering banget tapi pernah. Enak si, cuman agak mahal."

"Gak apa-apa, kalau kualitas sama harganya sepadan worth it aja kok." Teresa tersenyum, dia duduk di tempat kosong yang tersedia setelah Gulf bilang bahwa pria itu yang akan memesankan makan malam untuk mereka berdua.

Tidak lama menunggu, Gulf datang bersama makanannya. Mereka melalui proses makan malam dengan keheningan, Gulf beberapa kali memeriksa notif ponsel dan mengecek apakah ada panggilan masuk dari orang lain atau Mew mungkin. Tapi tidak ada satu pun, dia menghela napas dan kegiatannya itu tidak lepas dari amatan Teresa sendiri.

"Lagi resah? Mau cerita sesuatu?"

Gulf menatap gadis cantik itu, teman masa kecilnya yang lusuh kini telah menjadi wanita anggun yang manis. Dia menimbang keputusannya untuk bercerita atau tidak pada gadis yang dijodohkan ibunya kepadanya ini.

"Menurut lo.."

"Ya?"

"Menurut lo, suka sama sejenis itu salah gak?"

Teresa memandangnya aneh untuk sejenak. "Lo lagi tertarik sama dunia LGBTQ?" Gulf menjawabnya dengan gelengan ragu. "Suka sama sejenis ya? di Indonesia hal begitu masih tabu banget ya, tapi kalau menurut gue suka hal yang wajar gak menjurus atau harus kepada gender tertentu, yaa... Terserah mereka mau suka sama siapa 'kan?"

Gulf mengangguk. "Gimana caranya supaya tau lo itu sebenernya suka sama sejenisnya atau engga?"

Teresa menaruh sendok yang dia pegang, meminum jus nya dan menatap Gulf geli. "Gue belum pernah suka sama sejenis, Gulf. Mungkin lo harus coba sendiri kalau mau tau."

Gulf mengernyitkan alis dan menggeleng. "Gak mau!"

Teresa tertawa. "Oh iya, Gulf," Gulf menoleh ke arah Teresa mengamati wajah gadis itu yang berubah serius. "Kayaknya gue kenal siapa yang nganterin lo kemarin pas gue pertama datang, itu Mew Suppasit 'kan? Kalian temenan?"

Gulf tersedak milkshakenya saat itu juga.

-o0o-

Disarankan membaca sambil mendengarkan lagu Dandelions agar terasa feelnya

"Ah shit, hujan!"

Mew melepas Jaketnya dan menutupi kepalanya saat akan masuk ke dalam restoran cepat saji yang akan ia tempati untuk makan malam kali ini. Mengibaskan jaketnya yang terkena tetesan hujan lumayan banyak kemudian bersiap ke tempat pemesanan. Belum juga kakinya sampai di sana sosok pria yang dirindukannya beberapa hari ini muncul dihadapannya.

"Mew..."

"Kanawut."

Mew melirik wanita disebelah Gulf yang merangkul lengan pria itu mesra, dia merasakan perih di dadanya membuat ekspresinya kian datar dan nafsu untuk makannya kali ini berkurang drastis. Jadi dia memutuskan untuk memberi anggukan pada Teresa yang memberinya salam selaku karywan Nagan di perusahaannya kemudian pemit pergi dari sana.

Namun Gulf menahan tangannya.

"Mew."

"Saya salah restoran, senang bisa bertemu kamu malam ini, Kanawut. Saya pergi."

Gulf melepas rangkulan yang diberikan Teresa untuk mengejar Mew dan itu cukup membuat Teresa terkejut. Gulf menarik kaus putih Mew yang panjang dan mengernyitkan alis cukup dalam.

"Gue ada dosa apa sih sama lo? Sampai buat ngeliat gue aja lo ga sudi, hah?!"

"Bicara apa kamu? Jangan begitu, jaga perasaan pasangan kamu."

"Berhenti ngomong ngelantur soal pasangan!"

Ditengah hujan yang membasahi keduanya dan panggilan Teresa yang tertuju pada Gulf diabaikan untuk yang kesekian kalinya, air hujan yang menetesi wajah Gulf dan membasahi rambut rapi Mew itu tidak membuat wajah kesal Gulf luntur beserta aristokratnya wajah Mew sekarang.

"Gulf. Teresa butuh kamu."

"Gue gak perduli! Lo harus ngomong ke gue sekarang juga, apa salah gue sampe lo gamau liat gue bernapas di dekat lo! Setelah semua yang lo lakuin ke gue, sama badan gue, dan ngobrol abrik pikiran gue lo kira lo pantes giniin gue sekarang, Mew?! Lo gak semantep itu, brengsek! Gue benci sama lo!"

"Benci saja! Saya juga benci diri saya sendiri yang bahkan gabisa buat ambil hati kamu barang secuil! Saya benci harus liat kamu kesana kemari sama perempuan itu, kamu kira saya rela? Tampang brengsek saya ini gak punya hati, Gulf?! Kamu kira saya begitu?!"  Mew membalas suara tinggi Gulf, dia mencengkeram lengan pemuda itu. "Berapa kali lagi saya harus berusaha rela untuk kesempatan yang bahkan saya gak pernah dapat? Berapa kali lagi saya harus cemburu untuk kamu yang bahkan sudah dimiliki orang lain?"

"Gue sama Teresa temenan, Mew. Kenapa lo gak pernah mau ngerti..."

"Saya paham. Tapi saya rasa kamu gak perlu jelasin itu ke saya 'kan? Dari awal kamu memang mau menyingkirkan atensi saya. Saya minta maaf untuk semuanya, terutama soal sex kita... Saya akan tanggung biaya psikiater kamu kalau kamu trauma, saya juga-"

Kata-katanya berhenti tiba-tiba ketika layangan tangan Gulf sampai di pipi Mew cukup keras sampai membuat pria dewasa itu berpaling. Saat menoleh ke arah Gulf dia melihat mata penuh kecewa dari pria itu.

"Lo... Lo bajingan terbrengsek yang pernah gue temuin Mew, gue benci sama lo, gue benci semua gay kayak lo! Gue benci orientasi seksual gue yang berubah karna lo, gue benci, bangsat!"

Setelahnya Gulf pergi dari hadapan Mew yang berdiri kaku melihat punggung sempit itu kian menjauh dan mendatangi Teresa. Gadis itu tampak sigap memegang wajah Gulf yang hampir membiru karena dingin, kekhawatiran besar berada tepat di wajah Teresa. Semua akan sadar saat melihatnya termasuk Mew yang menatap tidak percaya kejadian di depannya, serta omongan Gulf untuknya tadi. Dia melihat Teresa melihatnya dengan pandangan bingung, kemudian Mew memutuskan untuk pergi setelah melihat Gulf dipeluk oleh Teresa.

Malam yang kacau, untuk hatinya yang juga berantakan.

-o0o-

TBC

Aku up sekarang aja deh karna banyak yg bilang pada lupa, jadi up seminggu sekali gimana setiap hari Minggu? Dan... Apa ditamatin aja?

FUCK YOU! DADDY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang